5. Wedding Days

1098 Kata
Mobil melaju cepat melintasi jalanan bebas hambatan itu, semakin menjauh meninggalkan kota menuju suatu tempat. Di dalam mobil pengemudi terlihat kesal dengan wajah serius sampai ia menghantam setir yang tidak bersalah untuk melampiaskan amarahnya. Semua agenda yang sudah di jadwalkannya jauh hari hancur berantakan hanya dengan satu buah kata perintah dari atasan. Walau merasa tidak senang, tidak ada yang dapat diperbuatnya selain bertindak sesuai yang diperintahkan. “Halo sayang... Maafkan aku sepertinya hari ini pun aku tidak bisa menemanimu, bagaimana ini?” Tanya Argus panik juga merasa sangat bersalah. “Tidak mengapa Argus, sudah kukatakan aku bisa mengurusnya semua sendiri.” Jawab July sama sekali tidak ambil masalah atas ketidakhadiran Argus dalam persiapan pernikahaan mereka. Hari ini adalah janji pertemuan mereka dengan pihak WO. Banyak janji yang harus July buat dengan berbagai pihak untuk persiapan pernikahannya meski ingin membuat pesta secara sederhana. Mulai dari gedung pernikahan, tata rias dan busana pengantin, WO, katering dan sebagainya. “Sungguh July? Kamu tidak apa-apa? Saat ini aku dalam perjalanan dinas mendadak dari kantor, aku benar-benar tidak bisa menolak. Maafkan aku...” “Iya aku mengerti.” July juga pekerja kantoran jadi ia bisa memahami situasi Argus dengan baik dan memakluminya. July juga bukan tipe wanita yang akan merengek untuk memaksa melakukan persiapan pernikahan selalu berdua dengan pasangan ke mana-mana. “Eum lalu,” Nada suara Argus di sambungan telepon terdengar ragu sesaat sebelum menyampaikan, “Aku mungkin tidak akan mengundang kenalan atau keluargaku untuk hadir dalam pernikahaan kita. Tentu! Aku sudah katakan pada mereka sejujurnya, tapi tanggapan mereka sesuai dengan perkiraanku... Kau tidak apa-apa dengan itu July?” Argus bukan tidak ingin mengundang rekan kerja atau kenalan serta teman-temannya pada pernikahan kedua dengan July. Hanya saja karena masih tersangkut proses hukum perceraian dengan Minerva, dan lingkup kerja profesi Argus yang sempit hingga ia tidak bisa membagi kabar gembira itu pada orang sekitar. Dalam pekerjaan Argus penilaian, kepercayaan dan citra amatlah penting. “Apa boleh buat, hal seperti itu tidak bisa kita apa-apakan lagi. Aku baik-baik saja sungguh!” Padahal hubungan mereka bukanlah hubungan terlarang atau perselingkuhan tapi mengapa tidak ada seorang pun yang bisa dengan tulus menyambut bahagia dan berdiri di pihak mereka tentang pernikahan ini. July pun sama sekali tidak terpikir jalan menuju pernikahaannya akan bertabur kelopak bunga tapi duri dan luka. “Aku akan segera menemuimu begitu kembali dari dinas, maafkan aku. Aku mencintaimu July...” Ucap Argus pertanda sambungan telepon harus segera diakhiri. “Jangan paksakan dirimu. Hati-hati saat berkendara! Aku akan menunggumu.” July menutup panggilan telepon Argus. Bukan maksud hati memutus panggilan dengan bersikap dingin. Tapi July sudah sampai di depan bangunan cafe tempat yang menjadi tujuannya. July bermaksud menemui satu-satunya orang yang ia anggap sebagai sahabat sejak lama. Pemilik cafe dan bangunan itu, tempat langganan July membeli kopi bernama Kate. July datang untuk mengantar undangan pernikahaannya sendiri. “Selamat datang.” Sambutan formal pegawai cafe begitu July masuk ke dalam ruangan. July menghampiri kasir. “Bisa panggilkan manager? Kami sudah janji bertemu.” Pinta July pada pegawai di balik stand toko. Tanpa banyak bertanya pegawai yang sudah sangat hafal wajah July sebagai pelanggan tetap langsung pergi menghilang ke bagian dalam, masuk ke ruang khusus staff. July menunggu dengan mengambil tempat secara acak di kursi kosong yang cukup banyak tersedia. Tapi agaknya July memilih tempat yang sedikit memberi privasi dan kenyamanan untuk bicara berdua dengan Kate. Lalu orang yang July tunggu tidak butuh waktu lama hadir di hadapannya. “Tidak seperti biasanya, kenapa kau terdengar sangat serius ingin bicara denganku?” Lontar pertanyaan Kate begitu duduk bersama July. “Ada apa? Kau ingin bicara tentang apa?” “Aku akan menikah Kate.” Ucap July tanpa memutar kata. “Benarkah! Dengan siapa? Wah! Selamat July... Kenapa kamu tidak pernah ceritakan padaku kalau sudah punya calon pasangan serius?” “Maafkan aku Kate, tapi ya begitulah aku memutuskannya juga secara tiba-tiba.” “Ahaha... Oh July, aku bukan marah. Tidak mengapa selama aku bisa mendengar kabar bahagia ini darimu. Apa dia seorang dari perjodohan yang dipasangankan tantemu?” “Sama sekali bukan, dia seorang yang sejak lama aku menjalin hubungan. Ya, kami sudah cukup lama mengenal.” July menghindari menatap wajah Kate saat bicara. “Oh ya, siapa dia? Apa aku mengenalnya?” Tanya Kate sangat penasaran dan antusias. July tersenyum hangat, merasa terhibur dengan reaksi luapan kegembiraan Kate yang lugu. “Tidak, akan kukenalkan kamu nanti saat acara pesta. Tidak saat ini, maaf dan bisakah kamu mengerti aku?” Kate memang merasa janggal dengan sikap July yang seolah menutupi sesuatu, tapi Kate tahu pasti sahabatnya itu punya alasan tersendiri. “Tentu saja July, kamu pasti punya alasan. Lagi pula kita sebagai orang dewasa punya kesibukan masing-masing, aku bisa mengerti.” “Terima kasih Kate, selalu.” July tahu itu, hanya Kate yang dapat mengerti dirinya. “Selama semua baik-baik saja July... Lantas ada yang bisa aku bantu atau aku lakukan untukmu? Katakan saja.” Kate tahu pasti banyak hal yang harus July urus selama persiapan pernikahannya tapi ia tidak tahu harus memberi sumbangsih apa untuk July. Apa yang sedang July butuhkan sekarang. “Tidak ada Kate, semua baik-baik saja. Dan aku juga datang untuk menyampaikan ini sendiri padamu.” Karena Kate adalah orang spesial bagi July sampai ditemui secara pribadi untuk memberikan undangan pernikahanya. July mengeluarkan kartu undangan pernikahannya dan diletakkan di atas meja. “Wah! Akhirnya July, kamu akan menikah! Aku turut bahagia untukmu sungguh!” Tatap Kate takjub menerima kartu undangan July. Kate sudah sering kali mendengar July dipaksa ikut kencan buta yang dirancang oleh tantenya dan selalu berakhir dengan kegagalan. Kate juga pernah merasa cemas dengan July yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada pria. Tapi kemudian saat ini secara mengejutkan kartu undangan hadir di hadapan mata Kate, sampai ia berpikir July sengaja ingin membuatnya terkejut dan haru. “Oh July... Kamu sudah bertahan dan berjuang melalui semua dengan baik selama ini.” Kate tidak kuasa melewatkan momen mengharukan itu tanpa memberi pelukan erat pada July. Kate tahu sejarah hubungan July bersama Argus dan bagaimana July berhasil keluar mengatasi semua kesulitan dan penderitaan masa lalunya seorang diri. Itu mengapa July juga merasa amat bersalah pada Kate dalam pelukan sahabatnya itu, yang mana tidak pernah July berbagi cerita bahwa faktanya ia kembali bersama Argus menjalin hubungan hingga memutuskan untuk menikahinya. Satu orang lagi bertambah hati yang akan terluka dan kecewa dengan keputusan July ini. July berharap setelah Kate tahu yang sebenarnya, ia akan tetap berada di pihaknya memahami keputusan July seperti saat ini dan terus menjadi support terbesar dalam hidup July. Berharap hubungan mereka bukan malah berakhir setelah Kate mengetahui July kembali bersama Argus. ***upcoming
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN