Suasana SMA Tunas Bangsa sudah mulai Lenggang. Hanya tampak beberapa siswa-siswi yang duduk-duduk menunggu jemputan atau menunggu teman sambil mengobrol santai.
"Kaliya, Beneran lho mau balik sendiri aja?" Gensi kembali menanyakan hal yang sama kepada Kaliya untuk ketiga kalinya dan hanya dijawab Kaliya anggukan kepala.
"Ih, Kaliya... nanti lo nggak dicariin si Mami? Kata Mama gue..."
"Udah. Pokoknya gue enggak apa-apa kok pulang sendirian gue mesti ngelatih di tempat Bang Indra nih. Kemarin dia udah kasih amanat selama dia di Korea gue yang ngelatih murid-muridnya. Mami nggak bakalan ceri kalau kalian berdua nggak bocor. Awas, ya." Kaliya mencubit gemas Tiny yang baru akan mengeluarkan kalimat saktinya.
"Ya udah. Kita balik duluan ya, Kal. Lo hati-hati." Gensi dan Tiny pun meninggalkan Kaliya yang sedang memasukkan seragam setelah tadi berganti Kaos biasa.
"Oke," jawab Kaliya tanpa menoleh.
"Eh, ada Nona Manis." Tiba-tiba saja Angel dengan tiga dayang setianya sudah berdiri di samping kali ya yang sedang diam menunggu taksi di dekat sekolah.
Kalimat Angel sontak membuat Kaliya menoleh dan sedikit terkejut karena empat musuhnya datang mengganggu. Cewek kerempeng dengan tinggi tidak melebihi Kaliya itu memandang Kaliya dengan Seringai yang diikuti oleh tiga dayang setianya Ratih, Meva, dan dayang cowok 'tomboy' bernama Deni.
"Mau apa lo?" Tanya Kaliya ketus.
"Mau apa kata lo? Ya kita mau hidup lo nggak tenang lah. Hihihi," Angel berkata sambil tertawa yang terasa sangat dibuat-buat.
"Udah deh! Pergi lo semua! Gue lagi males ribut!" Kaliya yang sedang terburu-buru mengancam empat orang yang tergabung dalam geng paling terkenal karena keangkuhannya di seantero SMA Tunas Bangsa, Black Angel.
"Lo kita kita bakalan nurut sama lo? Den, Mev, Ratih, pegang tangannya!" Perintah Angel itu langsung disusul pegangan dari ketiga dayang Angel di tangan Kaliya tindakan mereka spontan membuat Kaliya memasang kuda-kuda.
"Pergi!" Kesabaran Kaliya serasa habis. Tangannya yang berusaha ditarik membuat Kaliya sangat marah. Lalu, Kaliya dengan refleks menggenggam tangan Deni yang terlebih dulu sampai di tangannya dan memutar tangan itu ke belakang sehingga membuat Deni yang gemulai itu menjerit kesakitan.
Meva dan Ratih yang melihat Deni menjerit kesakitan merasa sedikit gentar, namun Angel berteriak mengancam, Eh, lo berdua kenapa diem! Hajar tuh dia!"
Kaliya yang merasa sedikit terancam melepaskan Deni dan mendorongnya hingga tersungkur kerumputan. Meva dan Ratih berusaha menarik tangan Kaliya. Namun, dengan sikap Kaliya menyingkir sebelum Meva dan Ratih yang bertubuh sama kurusnya dengan Angel berhasil menyentuhnya. Tindakan Kaliya itu membuat Meva dan Ratih terjungkal ke depan menindih Deni yang masih tergeletak.
Angel yang melihat tiga temannya tumbang langsung mengambil posisi kuda-kuda. Dia yang memiliki kemampuan bela diri karate bersiap menyerang Kaliya. Kaliya yang merasa sangat kesal tidak ingin terpancing emosinya oleh ketua Geng itu. Mata Kaliya menatap ke kiri dan kanan jalan. Dia berusaha mencari apa saja yang dapat membawanya pergi secepat mungkin dari tempat itu. Tepat ketika Angel siap menyerang Kaliya melihat sebuah taksi dan memberhentikannya dengan tergesa. Sebelum serangan Angel berhasil mengenai tubuh Kaliya meloncat naik kedalam taksi yang berhenti di pinggir trotoar. Gerak refleks Kaliya itu membuat Angel sangat terkejut dan marah.
"Heh! Jangan kabur lo! Bilang aja lo takut!" Angel berteriak-teriak saat taksi itu mulai berjalan.
"Sorry, Gel. Gue lagi nggak ada waktu ladenin lo semua! Lain kali kita duel di tempat yang semestinya. Kaliya membuka jendela dan berteriak Seraya taksi yang ditumpangi membawanya pergi meninggalkan Angel yang masih berteriak-teriak marah.
(*)
"Wih, ada anak orang kaya nih!"
Teraza yang sedang jongkok dan memperbaiki motor kesayangannya yang mogok di tengah jalan terkejut akan suara yang tiba-tiba ada di belakangnya. Seketika dia menoleh ada lima Pemuda tanggung dengan pakaian berantakan seperti preman. Bau alkohol tercium dari mulut dan tubuh mereka.
"Eh, bocah! Bagi kita duit dong!" Seorang preman dengan tubuh Tambun yang tadi berdiri di belakang temannya merampas tas teraza yang tergeletak di samping Teraza.
Teraza yang kurang siap akan tamu dadakan yang mengusiknya tidak berhasil meraih tasnya yang kini telah berpindah tangan. Gerombolan preman itu tertawa-tawa Sambil mengobrak-abrik isi tas Teraza. Melihat kelakuan preman-preman itu, Teraza segera bangkit dan berusaha merebut kembali tasnya.
"Balikin tas gue, Bang!" Teraza tenang menghadapi preman-preman itu. Namun, dia terkejut setelah memperhatikan dengan jelas wajah preman-preman tersebut. Salah satu dari mereka adalah orang yang seminggu lalu dia kalahkan saat sedang menjambret seorang ibu.
"Balikin? Sini ambil sendiri! Bewok, tangkep!" Sosok tambun yang tadi mengacak-acak dan mengambil tas Teraza melempar tas itu ke tangan temannya yang dipanggil Bewok.
Teraza yang sangat kesal akhirnya kehilangan kesabaran. Dia menerjang preman bernama Bewok itu dan berhasil merebut kembali tasnya. Keempat preman lain yang melihat temannya tersungkur jatuh akibat tendangan Teraza berusaha menyerang balik Teraza. terjadilah baku hantam empat lawan satu. Teraza yang masih kelelahan dan tangannya sakit akibat tendangan Kaliya kemarin menjadi kewalahan diserang secara bersamaan oleh keempat preman itu.
"Hajar, Man! Itu bocah tengik ternyata yang minggu lalu ngebuat bonyok gue!" Preman bernama Bewok yang tadi tersungkur bangkit dan berteriak membantu teman-temannya.
Teraza semakin kewalahan menghadapi kelima preman tersebut dengan satu tangan yang masih terasa sakit berkali-kali pukulan pukulan keras berhasil mengenai tubuh dan wajah Teraza.
Kaliya yang berhasil melarikan diri dari Black Angel menghempaskan tubuhnya lega di atas jok taksi. Ia melirik arloji pink mungilnya sekilas. Sudah tiga sore. Dan Kaliya harus sudah tiba di tempat latihan jam empat tepat.
"Bang, ke Jalan Anggrek. Ngebut, ya!"
"Eh, si Nenng lagi. Masih betah Neng ke Jalan Anggrek? Nggak mau ke Jalan Mawar lagi aja?" Kaliya kaget mendengar suara tang tudak asing baginya. Dengan cepat, dia menatap sooir taksi yang duduk di depannya. Oh my god! Dia lagi! Kaliya mendengus kesal karena harus bertemu dengan sopir taksi menyebalkan itu untuk ketiga kalinya.
"Lo lagi! Kenapa hidup gue sial banget selalu naik taksi lo, ya!" Sungut Kaliya.
"Kita jodoh kali, Neng. Buktinya ketemu lagi." Sopir taksi bernama Udin Saripudin yang Kaliya lihat pada tanda pengenal yang menempel di dekat dasbor mobil terkekeh geli.
"Udah deh! Jangan bikin gue kesel! Jalan aja ke Jalan Anggrek atau mau gue tonjok?!" Kaliya mengancam dan membuat sopir itu tidak lagi banyak bicara.
Kaliya diam saja selama perjalanan. Namun, ketika hampir sampai ke tempat latihan, dari jauh Kaliya melihat keributan seperti orang yang sedang berkelahi. Mendekatkan dirinya ke jendela dan berusaha melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Lalu, ia terkejut karena melihat salah satu sosok yang sedang berkelahi itu adalah Teraza. Teraza tampak tidak berdaya melawan lima orang sekaligus. Melihat itu semua, Kaliya menghentikan taksi yang ditumpangi lalu segera turun untuk
membantu Teraza.
"Ada apa nih?!" Kaliya sedikit berteriak sembari berjalan tenang. Teguran Kaliya membuat ke lima orang preman yang sedang asyik memukuli Teraza berhenti.