Menyelamatkan

1070 Kata
"Eh, ada Neng cantik! Sini, Neng. Mau kencan sama Abang, ya?" Salah satu dari kelima preman itu menghampiri dan mencolek dagu Kaliya. Kaliya kesal. Dia langsung memegang tangan lalu menonjok tepat pada wajah dan kemudian mendorong preman itu hingga tersungkur kesakitan. "Jangan colek gue. Ya Tuhan, masa gue harus facial lagi sih? Udah cepetan maju lo semua!" Kaliya mengusap-ngusap dagunya seolah dicolek oleh preman itu sangat menjijikkan. Sikap Kaliya membuat seluruh preman yang ada menjadi geram. "Kaliya?" Teraza yang sudah jatuh lemas terkejut melihat kehadiran Kaliya. Melihat temannya terjatuh, Bewok berusaha menerjang Kaliya. Dengan cepat Kaliya menghindar dan memukul perutnya hingga dia mengaduh kesakitan. Ketika preman lain yang masih ada di hadapan teraza segera menyerang Kaliya secara bersamaan. Namun, tindakan itu segera didahului dengan Kaliya yang menendang dan memukul mereka hingga mereka bergelimpangan di jalan. Karena kalah kelima preman itu bangkit lalu melarikan diri. "Pergi lo semua! Awas kalau sampai gue lihat muka kalian lagi!" Kaliya berteriak mengancam. Setelah kepergian kelima preman itu Kaliya segera membantu Teraza berdiri. Kaliya memapah Teraza lalu mendudukkannya di atas trotoar. "Thanks," ucap Teraza singkat sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. "Lo nggak apa-apa?" Tanya Kaliya sedikit panik melihat darah yang mengalir dari pelipis Teraza. "Nggak apa-apa kok. Cuma bonyok." Teraza terkekeh pelan sambil meringis kesakitan. "Lo juga ngapain sih ngeladenin lima preman itu? Bonyok kan lo!" Kaliya mengomel sambil mengusap luka Teraza dengan sapu tangan miliknya. Teraza yang mendengar omelan Kaliya hanya tersenyum dan diam. Membiarkan Kaliya membersihkan luka-lukanya. Seusai membersihkan luka Teraza. Kaliya duduk di samping Teraza dan memberikan minuman yang berasal dari tasnya. Sesudah itu mereka duduk dan saling diam. "Lo mau ke mana, Kal?" Teraza yang akhirnya tidak betah berdiam diri bertanya duluan kepada Kaliya yang sudah menyelamatkannya. "Gue kan mau ke tempat latihan. Lo kenapa di sini? Bukannya Lo harus ke tempat latihan?" Kaliya Mulai bersuara. "Motor gue mogok, Kal." Teraza menunjuk motornya yang masih diam di tempat yang sama. "Mmm, pantesan. Tapi, lo nggak bakalan bisa latihan dalam keadaan begini, Za. Mendingan lo ikut gue. Biar motor lo diurus temen gue yang punya bengkel. Sebentar gue telepon." Kaliya lalu mengambil handphone-nya dan berbicara dengan cepat. "Tapi, bukannya lo harus ngajar, Kal?" Teraza merasa tidak enak harus menyusahkan Kaliya lagi. Sedangkan dari awal pertemuan mereka Teraza selalu kurang baik pada Kaliya. "Udah nggak apa-apa. Sementara, mereka bisa latihan sendiri. Lo juga nggak mungkin kan pulang dalam keadaan begini? Nanti pasti bikin khawatir Bonyok lo." Kaliya mencerocos panjang lebar lalu segera memanggil sopir taksi yang masih menunggu Kaliya untuk membantunya Memapah Teraza masuk ke dalam taksi. Setelah menunggu teman Kaliya yang datang membawa motor Teraza, Kaliya masuk juga ke dalam taksi. "Neng, pacarnya ya?" Sopir taksi itu bertanya usil kepada Kaliya yang diam. Kaliya melotot. Udin tertawa. Sepertinya, menjahili Kaliya merupakan ritual yang sangat menyenangkan. "Jadi ke Jalan Anggrek, Neng?" "Udah, jangan bawel deh! Nggak jadi. Balik arah. Ke perumahan Puri Indah." Kaliya menyuruh Sopir itu segera menjalankan mobilnya dan membawa mereka ke arah rumah Kaliya. Sepanjang perjalanan Kaliya dan Teraza hanya diam membisu dengan pikiran mereka masing-masing. Kaliya memapah Teraza masuk ke dalam rumahnya. Dia segera mengontak resepsionis tempat latihan taekwondo dan meminta Citra untuk sementara memimpin berjalannya latihan. "Ingat, ya. Lo nggak boleh bilang ke Mami kalau gue yang nolong lo. Lo juga nggak boleh bilang kalau lo itu anak asuh gue di tempat Bang Indra," ancam Kaliya setelah melihat mobil Mami terparkir manis di garasi itu tandanya Mami sedang tidak pergi ke salon. Teraza Resih dengan kebawelan Kaliya. "Iya, Bawel. Cepet deh lo bawa gue masuk. Gue udah pada nyeri nih." "Halah... ini kan rumah gue." Kaliya menoyor kepala Teraza. Teraza terkikik menahan tawa karena bibirnya terasa perih. Ujung bibirnya sedikit sobek. Kaliya langsung masuk ke dalam rumah. "Mamiii..." "Apa sih?" Mami yang sedang asyik membaca majalah fashion tak menoleh sedikit pun pada Kaliya. "Mamiii..." "Apa, Kaliya?" Mami menengok ke arah suara teriakan putrinya. "What?! kamu bawa siapa itu? Ya ampuuun... cepat duduk. Kamu ambil P3K di kotak obat." Kaliya mengangguk dan mendudukkan Teraza di samping Mami. Mami merinding melihat banyaknya darah yang mulai merembes ke pakaian seragam Teraza. Setelah beberapa menit, Kaliya kembali membawa kotak obat dan handuk kecil yang berisi es batu. "Nih... taruh di pelipis lo. Biar darahnya berhenti." Kaliya menyerahkan handuk kecil itu. Mami masih memperhatikan wajah Teraza. "Bukannya kamu yang nolong saya waktu saya dijambret?" "Ah! Masa sih, Tan?" "Iya. Kamu ngaku saja!" Desak Mami. Kaliya menepuk dahinya. Penyakit Mami kumat. Selalu memaksa orang untuk mengaku. Padahal belum tentu benar-benar Teraza yang menolong Mami. Teraza tersenyum malu-malu. "Ah, udah, Mami. Jangan desak dia. Kasihan." "Ih... beneran. Kamu, kan?" "Iya, Tante. Dan preman-preman itu yang sekarang bikin saya babak belur kayak gini." Kaliya melotot pada Teraza. Dasar cari perhatian! Mami ternganga. Dia langsung menyambar P3K yang di pegang Kaliya. Akhirnya Mami yang membersihkan luka Teraza. "Kamu satu sekolah ya ternyata dengan Kaliya," ucap Mami sembari pelan-pelan menempelkan perban ke pelipis teraza. Teraza memindahkan handuk kecil berisi es batu di ujung bibirnya yang sedikit sobek. "Saya juga baru tahu, Tan." "Loh? Bagaimana sih? Pasti Kaliya nggak beken. Beda banget sama Mami dulu. Seantero sekolah, nggak ada yang nggak kenal Mami." Teraza tersenyum. Sedangkan Kaliya semakin cemberut. "Percaya, Tan. Tante masih cantik kok." "Ah... anak manis." Mami mengusap rambut Teraza. Tiba-tiba handphone Mami berdering lantang. Mami bangkit untuk menjauh. Kaliya yang membereskan kotak P3K dan perbannya serta menarik paksa handuk kecil yang sedang dipegang Teraza. "Mami harus ke salon. Ada klien yang menunggu Mami. Kamu istirahat di sini saja, Dear. Oh ya, nama kamu siapa?" Ucap Mami menatap Kaliya kemudian berganti menatap Teraza. "Teraza, Tan..." "Nah, Teraza, Tante tinggal dulu, ya." Teraza tersenyum tipis sembari mengangguk. "Dan Kaliya... Nanti sore guru les balet kamu Mami undang ke rumah untuk menyelesaikan masalah kalian. jangan ke mana-mana. Awas!" Mami langsung berlalu dengan tergesa. Teraza menahan tawa mendengar Kaliya diancam jangan keluar rumah karena guru les balet yang akan datang ke rumah. "Lo juga les balet?" "Ah... bukan urusan lo." Kaliya manyun semanyun-manyunnya. "Eh, minum dong!" "Mboook! Ada tamu! Bikinin minuman!" Teriak Kaliya memanggil pembantu rumah tangganya. "Maunya lo yang bikin, Manja!" "Gue nggak mau!" "Gue bilangin Mami nih kalau lo masih berhubungan dengan dunia taekwondo." "What! Harusnya tadi gue biarin lo mati dikeroyok preman tengil itu dasar yang kerap kali ya mendengar kesal sambil berjalan dengan langkah yang besar menuju dapur sedangkan terasa tersenyum geli melihat dirinya bisa mengancam kalian lampunya kan udah enggak ada yang di luar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN