Chapter 39: Foto

985 Kata
Di sekolah Angel termenung duduk di belakang sekolah memikirkan kejadian tadi pagi. Tidak biasanya sikap Julian menjadi seperti tadi, bahkan raut wajahnya menunjukkan kekesalan. Apa mungkin memang ada kejadian tadi malam dengan Ray.  Bicara soal Ray,  dia juga jadi aneh hari ini, apalagi saat tadi pagi ia menarik tangannya paksa untuk berangkat sekolah Kenapa sikap Ray sama Julian hari ini aneh?  batin Angel saat berada di satu mobil dengan Ray.  Bahkan ia enggan untuk menatap laki-laki itu yang sedang menyetir.  "Angel! " Ray memanggilnya. Tak ada sahutan,  Angel lebih memilih memandang dibalik jendela mobil seakan tak mendengar panggilannya. "Angel! " Ray memanggilnya kembali,  kali ini lebih keras.  Sontak saja gadis itu menoleh dengan raut wajah bingung. "Iya Ray,  kenapa? " "Kamu mikirin apa sih,  daritadi aku perhatiin kamu diam aja. " Angel menggelengkan kepala,  ia berusaha tersenyum di depan Ray. "Enggak kok, nggak ada apa-apa! " "Beneran? " Ray mulai curiga.  Angel tak pandai berbohong, ia kembali menoleh ke arah Ray yang menyetir santai. Laki-laki itu tampak acuh dan fokus menyetir. "Ray!" suara dari mulut Angel akhirnya terdengar. Langsung saja Ray menoleh. "Ada apa?" tanyanya sembari fokus menyetir. "Kamu sama Julian baik-baik saja kan? Apa terjadi sesuatu?" tanya Angel ragu. Ray menatapnya datar memberi jeda untuk tak menjawab pertanyaan Angel. Laki-laki itu memilih membisu sejenak. "Ray!'" panggil gadis itu lagi. Ia tak suka diabaikan. Ciiitt, suara rem menghentikan laju mobil mereka. "Ray hati-hati!" Geram Angel. "Jangan bicara tentang Julian lagi." kali ini Ray meninggikan nada bicaranya seakan kesal. Angel pun diam, ia tak berani bertanya lebih lanjut tentang Julian atau dirinya. Tapi dapat dipastikan dari sikap Ray jelas menandakan kalau kedua saudara ini memang sedang ada masalah. *** Di sekolah. "SHILA SAYANG, lihat gue bawa apa?" Kedatangan Brian yang begitu heboh di kantin tak pelak mengagetkan Shila dan Angel yang sedang menikmati santap siangnya. "Apaan sih Brian, lo datang-datang ganggu aja!" gerutu Shila kesal. "Gue mau nunjukkin sesuatu. Hasil foto gue kemarin." Brian memperlihatkann kamera di depan Shila berharap gadis itu akan memujinya, tapi sayangnya Shila sama sekali tak tertarik. "Nih lihat bagus kan, pemandangan yang gue dapatkan waktu jalan-jalan sore hari di taman, lihat Shila!" Brian terus bersikukuh memperlihatkan padanya. Angel yang melihat keduanya hanya terkekeh sesekali tersenyum kecil, "Brian, sekarang elo jadi tukang foto ya?" Brian menoleh, "Lihat nih Ngel, gue emang sengaja nyari spot yang bagus buat gue ikutin di lomba fotografer di sekolah," ucapnya. "Lomba?" Angel baru tahu kalau sekolah mengadakan lomba foto. "Udah deh Brian, mana mungkin lo bakal menang, apalagi lawannya anak kelas 3 yang jago-jago." Shila seakan mematahkan semangat Brian yang sangat antusias. "Gue bisa buktiin ya, gue bakal menang!" "Oh ya??" Shila ragu. "Gue serius, kalau gue menang, lo harus jalan sama gue, gimana?" Ancam Brian tiba-tiba Spontan saja Shila terkejut dengan ucapannya, kenapa jadi dirinya yang menjadi taruhan. "Kok gue?" "Deal!" "Apaan sih Brian." "Gue anggap setuju, lo setuju kan Ngel?" kali ini Brian mencari sekutu untuk mendukungnya. "Iya gue dukung kok!" "Yes!" "Angel!" geram Shila sedikit mendobrak meja karena kesal. "Shila, jangan galak-galak deh, gue yakin niat Brian itu bagus, bukannya sesama teman harus saling mendukung!" "Nah bener banget Ngel, gue setuju sama ucapan lo saat ini!" Brian semakin percaya diri, berbeda dengan Shila yang memasang wajah juteknya. "Terserah!" "Oh ya, boleh gue lihat hasil foto-fotonya?" pinta Angel penasaran. Langsung saja, Brian memberikan kamera pada Angel. "Tentu saja, Nih!" "Apaan, palingan juga motret gambar nggak jelas," gumam Shila yang masih kesal. "Wow, ini bagus banget. Ternyata lo jago juga ya," puji Angel "Nggak usah dipuji Ngel. Entar dia besar kepala," gerutu Shila. "Tapi ini emang bagus Shil, coba lihat deh!" Angel mencoba menunjukkan hasil kamera itu pada Shila, namun gadis itu sama sekali tak tertarik. "Ah udah ah, gue mau balik ke kelas!" Shila bangkit dan pergi meninggalkan keduanya yang masih di kantin. Angel mengamati setiap foto yang berhasil diabadikan Brian, beberapa foto memang terlihat acak, karena Brian asal memotret apa yang ia lihat, mulai dari anak kecil, jalanan, pemandangan, bahkan kumpulan oranh-orang yang sedang berjalan. "Gimana Ngel, bagus kan?" "Iya, bagus kok—" tatapan Angel berhenti pada satu foto kerumunan, dan ada salah satu foto seseorang yang menurutnya tak asing baginya. Seorang laki-laki paruh baya memakai topi dengan kemeja kotak-kotak berdiri sambil menelpon seseorang diantara orang-orang yang lewat. Angel tak salah lagi, ia mengenalnya. "Ayah!" Brian menatap bingung, "Kenapa Ngel?" Raut wajah Angel menjadi gelisah, dari foto ini sangat terlihat. Ia tak mungkin salah orang, jelas orang itu adalah ayahnya. "Angel!" Brian berusaha menyadarkan Angel dari lamunannya saat melihat foto di kamera itu. "Angel—" "Brian, di mana lo motret foto ini?" Angel tampak gelisah. "Kapan lo motret foto ini Brian?" Wajah Angel menjadi cemas. "G-gue motret tiga hari yang lalu, di taman deket–" belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Angel sontak berdiri. "Memangnya ada apa Ngel?" Brian curiga. "Gue harus nemuin Ayah sekarang juga!" "Ayah, ayah siapa?" Brian dibuat bingung. "Ceritanya panjang, Brian lo bisa antar gue ke taman itu sekarang!" Mohonnya. "Oh-oke!" "Ayo Brian!" Bergegas Angel menarik tangan Brian dan menuju ke parkiran luar. "Angel, lo yakin mau keluar?" Brian ragu saat akan mengambil motornya di parkiran. "Plis Brian, gue harus ketemu orang yang di foto itu." "Memangnya dia siapa? Kenapa lo jadi cemas gini?" "Dia ayah gue Brian, sudah hampir 3 hari ayah nggak ada kabar." ucapan Angel tentu semakin mengejutkannya. "Ayah lo??" "Ayo Brian!" paksanya  "T-tunggu Ngel!" Akhirnya Brian menurut, ia langsung mengambil motor dan membawa Angel keluar dari sekolah. Cekrek, seseorang berhasil memotret keduanya saat berboncengan. "Gotcha, gue dapat foto menarik, dengan begini pasti hubungan sama Ray ataupun Shila bakal hancur, Queen lo emang brilian!" Queen tak sengaja memergoki mereka sejak tadi, dan diam-diam mengikuti mereka dengan bersembunyi di balik tembok. Sementara itu, Ray tengah bermain basket sendirian dia lapangan, ia terlihat semangat memainkan bola dan dengan gesitnya memasukkannya ke ring basket. Dari arah belakang seseorang menghampirinya, ia mengambil bola dari ranjang kemudian melemparnya tepat masuk ke ring dengan sekali. Ray menoleh dan mendapati Julian lah yang melakukannya. "Julian!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN