Chapter 38: Brother Conflict

1244 Kata
"Ray,  lo nggak harus semarah itu sama Julian,  dia saudara lo,  dan —" Angel berusaha mengejar Ray yang masih kesal setelah pertengkaran mereka di belakang tadi. "Ray dengerin gue,  Julian itu—" Ray kesal, ia berhenti dan memutar tubuhnya ke belakang tepat di hadapan Angel. "Lo tuh b**o atau apa sih,  lo pikir gue nggak tahu apa yang Julian lakuin sama lo tadi? " "Memang dia ngelakuin apa?  Kami cuma ngobrol sebentar di belakang,  apa itu salah?" Angel membela diri. "Dia hampir nyi—" "Ray,  Angel,  kenapa kalian belum tidur? " suara dari belakang mengejutkan mereka. Malika yang mengenakan piyama tidur berjalan mendekati mereka.  "Barusan tadi,  mama juga lihat Julian. Kalian nggak berantem kan? " tanya Malika Ray tersenyum,  "Enggak kok,  Mah,  kita baik-baik aja!" "Syukurlah,  kalau begitu,  kalian cepat tidur sana,  udah malem,  besok kan kalian masuk! "kata Malika mengingatkan. "Iya mah! " jawab Ray,  diikuti senyum dari Angel.  "Angel,  kamu juga tidur ya,  sayang.  Udah malam! " "Iya Tante! " Setelah kepergian Malika,  kini keduanya saling berpandangan.  Ray mulai mendekat,  kini lebih serius,  tiba-tiba sebuah dekapan hangat diberikan Ray tanpa permisi saat tubuh kecil dipeluknya.  "Aku nggak suka! " "Ray! "tubuh Angel perlahan kaku.  "Jangan tersenyum pada orang lain,  aku nggak suka!" Angel berusaha melepas pelukan yang dirasa membuatnya sedikit sesak. Namun Ray seperti enggan untuk melepas.  Beruntung tak ada orang di sekitar mereka saat ini.  Dalam diam,  Angel tersenyum.  Entah ia ikut senang saat Ray mengatakan itu,  tapi yang jelas,  perasaan Angel sedikit tenang di dalam dekapannya.  Ia nyaman.  "Cepet tidur gih, udah malam,  besok kamu bisa telat! " titah Ray. "Iya,  iya,  laksanakan Komandan! " Ray yang mendengarnya hanya tertawa sambil mengacak rambut Angel gemas.  "Ya udah cepet tidur! " Angel mengangguk,  ia pun masuk ke kamarnya.  Setelah kepergian Angel yang telah masuk kamar,  Ray masih memiliki urusan dengan saudaranya itu.  Ia pun tak langsung masuk ke kamar. Namun memilih masuk ke kamar sebelah. Kamar Julian. "Apa lagi? " spontan tanpa menoleh,  Julian yang tengah rebahan mengetahui siapa yang masuk tanpa permisi itu. Ray berjalan santai sambil memasukkan kedua tangan di saku celana jeansnya.  ia berdiri tepat di hadapan Julian yang masih tak beranjak dari tempat tidurnya.  Ia seakan malas untuk menanggapi kedatangan saudaranya itu.  "Kenapa? " "Apa mau lo? " Ray memulai pembicaraan.  Ia berjalan mendekat.  Julian masih bungkam,  posisinya masih menunduk ke bawah tanpa menoleh pada Ray.  "Gue tau Julian, elo emang suka main-main sama cewek,  tapi gue mohon sama lo.  Jangan Angel! " "Gue nggak pernah main-main sama Angel! " Ray menautkan kedua alis bingung,  menatap Julian dengan mimik wajah serius, "Maksud lo? Jangan bilang elo suka sama Angel!" ucapan Ray yang terlampau lantang membuat seseorang yang sedari tadi hendak mengetuk pintu enggan untuk melakukannya.  Julian suka sama Angel,  bagaimana mungkin?  Batin seorang perempuan dari balik pintu tanpa kedua laki-laki yang ada di dalam curiga.  "Julian!" hampir tersulut emosi,  Ray menarik kerah kaos Julian dengan tatapan emosional.  "Gue nggak pernah main-main sama Angel,  lo tahu itu Ray.  Iya gue tahu hubungan lo sama Angel kaya gimana.  Gue juga tahu perasaan lo sama Angel." Perlahan Ray melepas cengkraman kerah kaos Julian dan mendorongnya,  "Lo saudara gue Julian.  Gue nggak bisa bersaing sama saudara gue sendiri. " Ray pasrah.  "Ray!" melihat Ray yang begitu rapuh membuat Julian merasa bersalah padanya.  Bagaimanapun juga perasaan Ray juga berarti untuknya.  Apalagi mereka adalah saudara.  "Maafin gue! " Ray tertawa kecil,  ia kembali berjalan mendekati Julian.  "Kali ini gue nggak bakal ngalah sama lo,  gue nggak bisa ngelepasin Angel! " Ucapan Ray membuat Julian bungkam seribu kata. Sorot mata Ray kali ini juga dua kali lebih serius dari biasanya.  Baru kali ini Julian melihat Ray begitu dalamnya mempertahankan seorang gadis setelah Mika tiada.  Ataukah mungkin,  sosok Mika yang selama ini di hati Ray sudah pupus. Apa laki-laki ini benar-benar telah melupakan gadis kecilnya itu.  *** Ruang temarang di kamar Angel tak dapat membuat gadis itu terlelap dalam tidur,  ia berusaha beberapa kali memejamkan mata.  Namun,  hasilnya nihil. Ia juga mencoba menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman untuk tidur,  tapi tak berhasil.  Ada perasaaan aneh yang mengganjal di pikirannya.  "Kenapa aku jadi nggak bisa tidur gini ya? Ayo dong Angel,  tidur!" Sia-sia.  Matanya tak terpejam dan rasanya ia tak benar-benar mengantuk. Ia pun kembali bangkit dari tempat tidur untuk keluar dari kamar mengambil segelas s**u hangat.  Kata orang s**u hangat bisa membuat seseorang lebih tenang. Mungkin dengan cara itu Angel bisa lebih mudah untuk tidur,  harapnya.  Saat Angel keluar dari kamar. Ia melihat tante Malika berdiri di depan pintu kamar Julian dengan posisi mematung,  dan masih di posisi yang sama,  tante Malika sama sekali tak beranjak dari sana.  "Tante! " sapanya saat Angel menghampirinya. "Tante kok belum tidur? " Kedatangan Angel membuat Malika gelagapan,  pasalnya wanita itu tengah menitihkan air mata.  "Lho kenapa tante menangis? " Berusaha Malika mengusap kedua matanya agar tak dicurigai Angel kalau dirinya memang sedang menangis.  "Enggak,  siapa yang nangis sayang! " "Tapi... " "...ini tadi mata Tante kelilipan debu,  jadi berair,  Tante nggak nangis kok! " elaknya justru membuat Angel semakin menaruh curiga padanya. "Terus kenapa tante cuma berdiri di kamar Julian,  Tante nggak mau masuk ke dalam? " "Bukan urusan lo,  gue berubah karena siapa.  Memangnya kenapa kalau gue udah bisa lupain Mika.  Pada akhirnya gue juga bakal lupain dia." suara dua orang saling bersitegang terdengar jelas di telinga Angel dan Malika yang berada di luar. "Apa Julian sama Ray lagi berantem ya Tante? " "Angel,  lebih baik kamu tidur aja ya.  Sudah malam,  besok kan masuk sekolah! " berusaha Malika mengalihkan pembicaraan.  "T-tapi Tante! " Malika mendekati Angel dan mengantar Angel kembali ke kamarnya meninggalkan kamar Julian,  dan entah keributan apa yang terjadi pada dua saudara di dalam sana. "Julian sama Ray nggak berantem kan?  " Angel masih penasaran.  Malika hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.  Namun, berbeda dengan Angel yang masih cemas keduanya.  Bagaimana kalau suara yang ia dengar tadi memang menunjukkan kalau sedang terjadi pertengkaran,  atau hal lain yang membuat Ray bersikap kasar dengan Julian.  Semua prasangka buruk membuat Angel tak tenang.  "Kamu jangan khawatir.  Mereka nggak mungkin berantem sayang,  Ray dan Julian itukan saudara.  Ray juga nggak akan kasar dengan Julian.  Jadi lebih baik kamu kembali tidur ya! " ucapan Malika sedikit membuatnya tenang. Ia mengangguk pelan dan kembali masuk ke kamarnya.  "Angel tidur dulu Tan. Selamat malam! " "Malam sayang! " balas Malika penuh senyum.  * 07.00 WIB Ruang makan Suara garpu saling beradu tatkala kedua meja kini diduduki dua orang laki-laki dengan pose saling berhadapan.  Wajah mereka tertunduk ke bawah sambil makan.  Beberapa kali mereka terlihat saling melirik kemudian memalingkan wajah acuh ke samping. Para pelayan yang berdiri enggan mencampuri urusan keduanya.  Sementara tepat di sebelah Ray,  Angel telah duduk dan menikmati sarapan pagi dengan segelas s**u dan roti tawar selai stroberi.  Sementara Malika duduk di sebelah Julian sambil sesekali melirik mata Angel. Suasana ruang makan kembali dingin saat tak ada obrolan hangat seperti biasa.  Apalagi sekarang Julian ikut-ikutan diam seribu kata membuat batin Angel bertanya-tanya.  Ray meletakkan sendok di sisi piring tanda selesainya makan.  Ia lalu bangkit dari tempatnya duduk.  "Ayo Angel,  berangkat!" Angel yang belum selesai menghabiskan rotinya mau tak mau pasrah saat tangannya ditarik oleh Ray. "Mah,  Ray sama Angel berangkat dulu ya?!" Ray tak menggubris saudaranya yang masih diam di meja makan itu.  Brak, suara gebrakan meja membuat Malika dan Angel ikut terkejut.  Pasalnya ia tak pernah melihat Julian melakukan itu. Tanpa kata,  Julian langsung bangkit dan mengambil tas yang memang sudah tergeletak di meja.  Ia berjalan melewati keduanya begitu saja. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN