"MAMA! " Julian langsung menghamburkan pelukan pada mamanya yang barusaja pulang ke rumah.
Bersamaan dengan kedatangan Angel dan Ray yang berbarengan, tampaknya Angel asing dengan perempuan anggun dengan potongan rambut pendek dengan celana kulot. Walau diperkirakan umurnya sudah 40an tahun ke atas, ia masih terlihat muda untuk seusianya.
"Julian kangen banget sama mama! "
Angel baru sadar kalau perempuan cantik di depannya adalah mama Julian. Dapat dilihat dari mata Ray tampak berkaca-kaca.
"Ray! " panggil Malika tersenyum padanya, ia juga melihat Angel di sana.
Malika kemudian berjalan mendekati keduanya, "Kalian sudah besar selama mama tinggal! " Malika membelai rambut Ray dengan lembut. Lalu beralih pada sosok gadis di sebelah Ray.
"Kamu pasti, Angel! " tudingnya.
"Selamat siang tante! " Angel langsung menunduk memberi hormat.
Malika tersenyum dengan sikap canggung Angel. Mungkin karena baru pertana kali mereka bertemu. "Jangan panggil tante, panggil mama seperti Julian dan Ray! "
"T-tapi tante—"
"Sst, Julian sudah cerita banyak soal kamu, boleh tante memeluk kamu, sayang! "
Angel kaget. Namun ia mengiyakan keinginan mama Malika. Detik itu juga Mama Malika langsung memeluknya di depan Ray dan Julian.
"Mama sangat merindukanmu, Angel!"
Samar-samar Angel mendengar suara Malika saat berbisik lembut di telinga kanannya. Seusai keduanya berpelukan cukup lama, Malika membelai rambut sambil mengulas senyum tipis.
"Cantik seperti orangnya! "puji Malika.
"M-makasih Tante...eh maksudnya, Ma!"
"Oh ya, pasti kalian lapar, tadi mama beliin pizza, ada di meja makan!"
"Wah asyikkk! " Julian paling antusias.
Ray dan Julian langsung beranjak menuju ke meja makan. Namun, saat Angel hendak mengikuti mereka. Malika menghentikannya.
"Angel, boleh tante bicara sama kamu? " pintanya.
Angel sedikit canggung. Dengan terbata-bata, ia pun mengangguk. "I-iya tante! "
Ray yang melihat mereka sedikit curiga, tapi ia segera tepis perasaan negatif dalam dirinya.
***
Di taman dekat kolam renang.
"Bagaimana kabar ayah kamu, sayang? " tanyanya.
Raut muka Angel yang semula ceria kembali murung. Sampai sekarang ia bahkan belum tau kabar ayahnya. "Ayah... Dia—" Angel menggantungkan kalimatnya. Kedua tangannya gemetar.
Malika merasa ada yang tak beres dengan gadis ini. "Angel, kamu kenapa? "
"Ayah—"
"Ayah—"
"Ayah kamu kenapa? "
"Ayah—"
"Ayah Angel pergi, sampai sekarang belum ada kabar terbaru mengenai keberadaan Ayah Angel, Ma! " potong Ray yang muncul secara tiba-tiba.
"Pergi, maksud kamu apa sayang? Ayah kamu baik-baik aja kah? " Malika mulai cemas.
"Angel, jawab Mama, Ayah kamu baik-baik ajakan? " Malika mendadak sangat cemas. Ray yang melihatnya memandangnya aneh apalagi saat Malika menyebut dirinya "Mama" di hadapan Angel.
"Kalian sudah lapor polisi?" kecemasan Malika semakin membuat Ray bertambah bingung.
"Mama kenapa sangat cemas mendengar ayah Angel hilang?" tanya Ray curiga.
Malika tersadar saat melihat Angel maupun Ray yang malah memandang aneh padanya. "Bu-bukan begitu sayang, tante cuma terkejut mendengar ayah kamu hilang. Kita harus mencarinya! "
"Kita udah mencarinya tante. Tapi keberadaan ayah nggak ada kabar. Mungkin ayah sudah pulang! " kata Angel.
"Kalian belum memastikannya kan? "
Keduanya menggelengkan kepala.
"Tante akan bantu buat nemuin ayah kamu, sayang! " Malika kembali membelai rambut Angel dan memeluknya. Kecurigaan Ray semakin bertambah. Ia tahu satu hal kalau Malika tak mungkin bersikap seperhatian itu pada Angel yang notabene adalah orang asing di keluarganya.
"Jangan khawatir ya, sayang!"
Angel seperti menemukan sosok keibuan yang selama ini dirindukannya. Ia merasa nyaman saat mendapat pelukan dari mama Malika.
....
Kepulangan Malika membawa angin kebahagian di keluarga Raveno. Sosok keibuanya membuat Julian maupun Ray merasa nyaman, apalagi Angel yang ikut mendapat perhatian darinya. Sosoknya yang ramah membuat Angel tak canggung dan langsung akrab dengannya.
Malam ini, Malika menyuruh para pelayan untuk menghidangkan makan malam spesial kesukaan Julian maupun Ray. Angel duduk tepat di depan Angel dan bersebelahan dengan Ray. Sementara Julian duduk di sebelah mamanya.
"Angel, makan yang banyak, tante terpaksa sediain banyak makanan, soalnya tante nggk tahu makanan kesukaan Angel, " kata Malika tersenyum
Awalnya Angel canggung dengan sikap Malika yang menaruh perhatian khusus padanya. Apalagi ia berada di tengah dua anak dari wanita ini. Julian tak terlalu menggubris sikap mamanya yang berlebihan, mungkin ini bentuk perhatian karena Angel adalah tamu di rumah ini. Namun berbeda dengan Ray yang sejak tadi diam, tapi matanya memandang lekat pada dua perempuan di hadapannya.
"Jangan khawatir sayang, tante udah suruh orang-orang buat nemuin ayah kamu. Jadi kamu nggak perlu sedih lagi," kata Malika.
Angel hanya tersenyum. "Terimakasih, tante. Tante baik banget sama Angel!"
***
Sementara itu di kediaman keluarga William. Leon baru saja pulang dan langsung dihadang seorang berjas hitam menghampirinya.
"Darimana saja kamu, Leon?" tanya Yudha, kakaknya.
"Keluar, biasa! "
"Ini sudah jam berapa, apa kamu tidak tahu peraturan di rumah ini, dilarang—"
"Iya tahu, nggk boleh pulang diatas jam 12 malam, tapi sayangnya aku bukan keluarga ini! "
Leon mengabaikan Yudha dan memilih pergi meninggalkan kakaknya yang masih mematung di tempat. Leon naik menuju ke kamar, baru tiga langkah ia menaiki anak tangga, seseorang menghampiri Yudha dengan terburu-buru.
"Tuan, laki-laki itu kabur!"
"Bagaimana bisa. Bukankah aku sudah menyuruh kalian menghabisinya?"
"Rupanya dia berpura-pura mati. Dia berhasil kabur dari ruangan, Tuan!"ucapnya tertunduk
Samar-samar Leon yang masih berdiri mendengar percakapan mereka yang lirih. Kabur? Siapa yang kabur? Leon curiga.