Seketika setelah aku mengatakan itu, ruangan tempat aku melakukan undian mulai memudar secara perlahan dan kembali pada kontrakan ku, tepatnya di samping meja makan yang di atasnya terdapat dim sum yang di berikan oleh Kak Liu. Aku pun segera menghabiskan dim sum itu dan kemudian mandi untuk bersiap berangkat kerja.
Setelah selesai bersiap-siap, aku dengan santai keluar dari kontrakan ku dan tak lupa untuk mengunci pintunya. Setelah ku yakin semua sudah aman, aku mulai menyusuri tangga menuju ke lantai paling bawah dan kemudian berangkat kerja. Sesampainya di lantai bawah, aku mulai berjalan keluar dan menyaksikan pemandangan yang membuat ku bernostalgia akan hal ini. Pemandangan yang sama seperti sangat melekat di ingatan ku tentang ini, pemandangan yang membuat aku serasa ingin menangis karena tak percaya bisa di buat melihatnya lagi setelah beberapa lama.
Sebuah suara mengagetkan ku dan membuyarkan lamunan ku saat melihat pemandangan yang ada di depan mata ku. Suara itu berasal dari kepala ku yang mengatakan,” Tuan! Anda akan terlambat.”
“Ha? Oh matilah aku, 30 menit lagi aku masuk kerja dan aku masih ada di sini,” ucap ku sambil melihat jam tangan.
Aku pun berlari sekuat tenaga untuk pergi ke tempat ku bekerja, di pikiran ku telah berkecamuk tentang waktu ku yang hanya tersisa tiga puluh menit untuk sampai ke sana namun jaraknya saja mustahil.
“Hey Sistem!” ucap ku pada Sistem sambil berlari mengejar waktu.
“Iya Tuan,” jawab Sistem dengan singkat.
“Apa tidak ada kemampuan untuk melambatkan atau memberhentikan waktu sehingga aku tak akan terlambat untuk sekarang?” tanya ku pada Sistem sementara nafas ku sudah tersengal-sengal.
“Maafkan saya Tuan, semua itu terserah pada hadiah Random yang anda dapatkan di undian,” jawab Sistem.
“Astaga, jika begini aku akan terlambat!” rengek ku karena sudah kelelahan setelah sekian lama berlari.
Ckiiiiiittt....
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti secara mendadak di jalan raya tepat di samping ku saat aku tengah berhenti untuk sekedar mengambil nafas. Kaca dari mobil itu terlihat turun dan memperlihatkan wajah yang tak asing bagi ku. Seorang pria yang sangat familiar dan jika ku ingat-ingat kembali mobil ini memang tak asing bagi ku.
“Ayo cepat masuk, waktunya sudah hampir habis!” ucap nya dari dalam mobil sambil berkeringat dengan pakaian yang sama sekali tak rapi.
Aku mengingat pria ini, pria yang tak lain adalah sahabat ku sejak aku SMP. Namanya adalah Zhuo Han, hanya dialah yang benar-benar tumbuh bersama ku sejak SMP sampai sekarang namun dia meninggal dulu saat aku masih berumur tiga puluh tahun sehingga sungguh berkah bagi ku bisa bertemu kembali dengan sahabat ku lagi.
“K-kau Zhuo Han!” ucap ku karena kaget dengan kemunculannya.
“Haa? Apa-apaan dengan wajah bodoh itu? Masuklah atau aku akan meninggalkan mu b*****t!” ucapnya dengan sedikit memaki ku karena aku tak kunjung masuk ke dalam mobilnya.
Aku pun dengan cepat mengikuti perkataannya dan masuk ke dalam mobil sambil mengatur pernafasan dan emosi ku kali ini. Aku bisa saja menumpahkan air mata ini kapan saja karena tak kuasa menahan haru saat bertemu kembali dengan sahabat baik ku ini, namun aku tak melakukannya karena takut dia bingung oleh perbuatan ku. Bahkan aku baru mengetahui identitas sebenarnya saat dia meninggal, dia adalah anak tertua dari salah satu keluarga besar di cina. Namun dia tak pernah mengatakan itu pada ku dan perlakuannya serta seluruh keluarganya sangat-sangat baik pada ku.
“Hey Zhao, sejak kapan khaum bisa thererwambat sepewti imi? Seingawm ku barrwu kali ini kau mengejawhm wafktu bumkhan?” tanya dia sembari memakan roti di mulutnya.
“Apa yang kau katakan? Telanlah makanan mu sebelum kau bicara bodoh!” maki ku karena tak paham dengan perkataannya.
“Aku bilang, sejak kapan kau bisa terlambat? Seingat ku kau baru kali ini berlari mengejar waktu bukan?” tanya dia kembali setelah menelan roti yang memenuhi mulutnya.
Aku tak percaya bisa melihat tingkah bodoh dari sahabat ku ini lagi. Dulu hanya dialah orang yang ada di samping ku saat adik ku meninggal akibat penyakit, hanya dia yang berusaha menenangkan ku dan terus menjaga diri ku di saat-saat keterpurukan ku.
“Hei! Apa kau kesurupan? Kenapa kau diam saja bodoh?” ucapnya menghancurkan lamunan ku.
“Ahh itu, aku habis bermain-main dengan Kak Liu tadi, akibatnya aku sedikit kebablasan,” jawab ku menggodanya.
“Apa? Keberuntungan dari mana yang kau dapat? Sialan aku sangat iri pada mu,” ucapnya sambil memukul bahu ku.
“Jadi bagaimana rasanya?” tanya dia kembali pada ku.
Bahkan sifatnya yang seperti ini juga tak berubah, sifatnya yang menyukai perempuan namun tak berani berbicara dengan mereka. Hal inilah yang membuatnya tak memiliki seorang pacar meskipun dia tampan dan kaya.
“Rasanya apanya? Dia hanya memarahi ku layaknya jam weker dengan baterai baru,” jawab ku sambil menyilangkan tangan ku.
“Ha ha ha, itu sungguh seperti dirinya, singa betina yang ganas!” ucap Zhuo dengan tertawa terbahak-bahak.
Kami pun tertawa sepanjang perjalanan menuju tempat kerja kami, beruntungnya aku tempat kerja ku dan Zhuo di arah yang sama bahkan tempat kerjanya hanya berjarak satu blok dari tempat ku bekerja.
“Hei berhenti di sini saja, aku harus masuk lewat pintu belakang,” ucap ku sambil menepuk pundak dari Zhuo.
Dia dengan segera memberhentikan mobilnya di ikuti dengan aku meloncat keluar dari mobilnya agar bisa masuk ke dalam tempat kerja dengan tepat waktu. Aku berusaha berlari sekuat tenaga menuju pintu belakang. Begitu sampai, aku langsung membuka pintu dan mengambil kartu absensi untuk mengabsen hari ini. Beruntungnya aku, jika saja aku tak bertemu dengan Zhuo Han tadi, pasti aku sudah terlambat dan gaji ku akan di potong.
“Hei Zhao Lei! Kemana saja kau dari tadi? Semua kantung sampah ini menunggu untuk kau buang!” sebuah suara berat yang berasal dari balik tempat ku mengabsen. Suara yang sama sekali tak asing yang mana hanya mendengar suaranya saja membuat ku marah besar.
Benar saja pikiran ku saat aku mencoba menghampiri pusat suara itu berasal. Seorang pria dengan tinggi tubuh melampai ku yang ku pikir sudah sangat tinggi untuk ukuran orang asia, seorang pria dengan wajah yang beringas dengan luka di pipi kirinya membuat orang-orang berpikir bahwa dia adalah seseorang yang jahat dan memang benar itu adanya. Dia dan komplotannya sering menyiksa dan membully ku dulu bahkan menyebabkan aku harus pindah secara berkala agar tak bertemu dia dan komplotannya dulu.
“Hei apa kau mendengarkan ku? Jawab aku jika kau mendengar perkataan ku b*****t!” ucapnya sambil menatap tajam mendominasi ke arah ku.
“Maafkan aku kak, aku akan membuangnya sekarang!” jawab ku sambil menundukkan kepala kepadanya.
Namanya adalah Han Chuan, seorang pria yang memilih bekerja di restoran ini hanya untuk menyiksa semua karyawan di sini dengan kemauannya. Dia sebenarnya adalah salah satu anggota kelompok dunia bawah yang bisa dibilang besar dan kekuatannya tak dapat di remehkan. Oleh karena itu dia sering berbuat seenaknya di sini karena restoran ini adalah bagian kekuasaan dari kelompok itu.
Aku pun mau tak mau melakukan apa yang dia katakan tanpa berkata-kata lagi agar tak menyinggung dirinya, untuk kekuatan ku saat ini tak mungkin bisa aku menerima konsekuensi dari melawan orang ini. Jika salah sedikit maka hal yang sama seperti dulu akan terulang kembali dan hanya akan menjadi kegagalan yang sama bagi ku. Dengan adanya Sistem yang membantu ku kali ini, maka akan ku pastikan bahwa kegagalan yang menyedihkan dulu yang aku alami, tak akan terulang kembali dan aku akan mendominasi dengan keberadaan ku kali ini.