"Siapa?"
"Kata Reza," sahut Lea.
"Terus kamu mau minta apa sayang? Aku bakal kasih semuanya buat kamu," ujar Kevin sambil mempererat pelukannya.
"Eee," Lea berpikir sejenak. "Ga banyak, cuman mau minta es krim," lanjut Lea.
"Nanti aku beliin," balas Kevin yang langsung dibalas anggukan semangat dari Lea.
"Ga adil ya Dev," celetuk Reza.
"Kenapa emang?"
"Yang good ketemu yang good, terus gimana nasib gue yang buluk?" keluh Reza.
Semua langsung mentertawakan nasib Reza. "Pada ketawa lo semua, nyindir diri sendiri mas!" sarkas Reza kesal.
****
"Udah urusannya?" tanya Alin saat melihat Lea yang sudah ada di kantin, dan di temani oleh anggota LK Reza dan Fino.
Lea mengangguk, "Gabung aja Lin, Ci!" ajak Lea kepada Alin dan Suci.
"Udah lo gabung aja," sahut Reza yang paham dengan tatapan ragu dari Alin dan Suci.
Mereka berdua akhirnya ikut duduk di sana, sambil menunggu makanan yang sudah tadi mereka pesan. Mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, termasuk Lea yang tengah asik berbalas pesan dengan Kevin.
"Para eneng dan mas-mas, ini pesenanya," ucap seorang penjual bakso yang memberikan 5 mangkok bakso kepada mereka.
"Berapa?" tanya Lea.
"75 ribu semuanya," jawab sang penjual.
Lea mengeluarkan uang kertas berwarna biru dan meletakkannya di atas meja. "Kalian ada uang 25 ribu nggak?" tanya Lea pasalnya di saku kantongnya memang tidak ada uang pecahan 50 an kebawah.
"Eh nggak usah Lea, biar Fino aja yang bayarin!" cegah Reza.
Pletak
Fino menggepak bahu Reza. "Uang gue ketinggalan di kelas Lea, Reza yang bakal bayarin semuanya," sahut Fino.
Reza memelototkan matanya, "E-eh iya gue aja yang bayar Le, duit gue a-ada kok," ucap Reza ragu.
Lea memutar bola matanya dengan malas. "Nih pak ambil!" ujar Lea yang tetap menyodorkan uangnya kepada si tukang bakso.
"Sisanya di bayar besok juga gapapa neng," balas sang bapak.
"Pak tenang aja, si Lea mah anak sultan," santai Alin liat saja apa yang dilakukan oleh sahabatnya ini.
Lea dengan santainya mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah muda dengan gambar wajah senyum lebar persis seperti si tukang bakso di depannya ini, lalu Lea memberikan uang tersebut. "Ambil aja pak kembaliannya!" ujar Lea yang langsung melahap baksonya.
"Udah gue tebakkan," ucap Alin lalu mengikuti Lea memakan baksonya dan diangguki oleh Suci.
Sedangkan Fino dan Reza saling pandang, bakso yang seharga 75 dibayar 150 oleh Lea. "Isi saku gue menangis Fin," ujar Reza pelan. "Punya gue juga Rez," balas Fino.
Mereka berlima pun melanjutkan acara makannya, hingga kantin yang tadinya sepi mulai ramai di isi oleh para siswi dan siswa di sana.
Anggota inti yang lainnya sedang di obati di markas karena serangan dadakan dari geng Wolf tadi pagi. Sedangkan Reza dan Fino lebih memilih mengobati laparnya saja di kantin sekolah.
"Mau sakit perut? Kenapa kuahnya sampai merah gitu!" Suara tersebut tiba-tiba masuk dipendengaran Lea, membuat ia harus memberhentikan sendoknya di udara.
Lea mengangkat wajahnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Kevin yang sudah ada di depannya, padahal pria itu mengatakan akan mengurus markas nya yang rusak, jadi Lea pikir ia akan aman-aman saja makan pedas - pedas seperti ini.
"Ee i...ini punya Alin kok," ucap Lea cepat lalu menggeser mangkok tersebut ke sebelah mangkok milik Alin. Namun gadis itu tak urung untuk memakan bakso yang sempat terjeda di udara tadi.
Kevin semakin menajamkan matanya saat melihat wajah Lea yang sudah merah menahan pedas.
"Minum!" suruh Kevin dingin lalu memberikan air putih kepada Lea.
"Pe...pedes," gumam Lea lirih namun ia tahan agar Kevin tidak memarahinya.
"Masih mau makan pedes lagi?" tanya Kevin geram.
Seisi kantin langsung melihat kearah Lea, mereka semua mencibir Lea secara diam-diam.
Kevin duduk di samping Lea, lalu memberikan s**u kotak kepada gadisnya. Dengan ragu Lea mengambil s**u kotak tersebut dan meminumnya.
Akhirnya Lea bisa bernafas lega saat rasa pedasnya mulai menghilang.
"Udah?" tanya Kevin yang masih terkesan dingin.
Lea mengangguk.
"Leo jangan marah ya, ya?" bujuk Lea dengan menampilkan wajah imut dan memelasnya.
"Lea kan cantik, masak mau nganggurin Lea," ujar Lea sebal saat tidak melihat respon Kevin.
"Yaudah Lea pacaran sama kang Asep aja," lanjutnya.
"Lea, Asep tuh bapak gue. Jangan-jangan selama ini lo sama bapak gue--," curiga Reza.
"Lea milik gue!" tekan Kevin lalu langsung memeluk pinggang Lea dengan posesif.
"BUCIN!!" seru mereka bersamaan saat melihat sikap Kevin. Sebenarnya mereka masih terkejut dengan sikap Kevin yang berubah 180 derajat saat di dekat Lea, namun kedepannya mereka harus terbiasa. Lain halnya dengan siswi lain di sana yang terlihat jelas terkejut saat melihat Kevin dengan manjanya memeluk Lea.
"Inikan yang kamu minta." Kevin meletakkan sebuah berkas di atas meja.
"Apa itu?" tanya Lea bingung.
"Dokumen kepemilikan pabrik es krim. Aku gak tahu es krim yang kamu suka, jadi aku beliin kamu langsung pabriknya aja. Biar kalau kamu pengen es krim langsung ada," jelas Kevin dengan santainya.
"WATDEPAK MEN!!" teriak mereka bersamaan.
Lea mengedipkan matanya berulang kali, mencerna perkataan Kevin tadi.
"Aku minta es krim apa aja, yang harganya 10 ribuan juga gapapa. Kenapa malah beli pabrik es krim yang harganya 10 M si Leo ganteng," gemas Lea dan juga geram.
"Kamu cuman bilang es krim aja, jadi aku bingung, yaudah aku beli pabriknya aja."
Lea hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ingat Kevin adalah laki-laki yang tidak peka, jadi untuk kedepannya Lea harus menjelaskan dengan rinci maksudnya.
"Saldo kalian berapa si?" tanya Alin yang akhirnya mengeluarkan unek-uneknya.
Lea menggelengkan kepalanya, ia tidak pernah mengecek isi saldonya. Ia selalu menggunakan kartunya begitu saja, dan Lea juga bingung karena isi dari kartu tersebut tidak pernah habis.
Sedangkan Kevin hanya mengangkat bahunya tidak acuh.
"Sultan mah bebas," seru Reza lesu saat melihat tingkah duo bucin di depannya ini, yang sering membuat ia pusing dengan harta mereka.
****
"HUWAAAAAA!! Perut gue sakit banget si!" keluh Lea sambil berteriak.
"Ada apa non?" tanya Bi Asri yang tak sengaja mendengar teriakan dari Lea.
"Bibi perut Lea sakit," ujar Lea.
"Bibi buat teh anget ya," ujar Bi Asri yang langsung diangguki oleh Lea.
"Hu hu.... kalau tahu gini gue gak makan tuh bakso," seru Lea. Padahal Lea sering mengalami sakit perut karena makanan pedas, namun gadis itu seakan tidak peduli dengan kesehatannya, untung semenjak ada Kevin gadis itu mulai mengurangi.
Ceklek
"Bibi perut Lea kenapa makin sakit?" tangis Lea di bawah selimutnya.
"Karena kamu nggak dengerin apa kata aku!" Lagi suara berat itu membuat Lea terdiam.
"Aku denger kok, kan aku punya telinga. Cuman nggak aku turutin," balas Lea pelan.
Kevin yang mendengar penuturan Lea langsung menahan senyumnya, padahal ia tadi sudah ingin marah.
Sungguh Lea membawa pengaruh besar padanya, padahal jika dilihat dari sikap bar-bar Lea tidak mungkin gadis itu bisa menaklukkan ketua geng sepertinya.
"Sini aku elusin perutnya," ujar Kevin lalu beralih duduk di samping Lea yang sedang berbaring di atas tidurnya.
"Udah berapa kali?" tanya Kevin.
"Udah 5," jawab Lea lesu. Sungguh ia sudah lelah ke kamar mandi lima kali dan ia masih sakit perut.
"Sekarang kamu tidur! Aku elusin, pasti bakal nyenyak," ujar Kevin yang mulai mengelus perut Lea pelan membuat gadis itu nyaman dan mulai menutup matanya perlahan.
Drrrt drrrt
Saat ingin pergi ke alam mimpi, tiba-tiba Lea di bangunkan lagi dengan suara ponsel Kevin yang berdering.
"Aku bakal ke sana sekarang!" ucap Kevin lalu mematikan sambungannya.
"Siapa?" tanya Lea serak.
"Amel."
Jawaban Kevin membuat wajah Lea murung. "Yaudah samperin cepetan sahabat kamu itu!" ketus Lea lalu menarik selimutnya sampai atas kepala dan membelakangi Kevin.
"Sorry Sayang, Tidur yang nyenyak ya." Kevin mengusap kepala Lea pelan, "Selamat malam Baby." Setelah Kevin mengecup rambut Lea, akhirnya ia keluar dari kamar Lea.
"Amel s****n lo!" Ingatkan Lea untuk memberi pelajaran pada gadis itu.