bc

Istri Kecil untuk Presdir

book_age18+
128
IKUTI
1K
BACA
revenge
BE
arrogant
boss
heir/heiress
drama
affair
like
intro-logo
Uraian

Xaviera mengumpati nasibnya sendiri. Belum cukup ayah tirinya yang selama ini menyiksa dan mengambil alih perusahaan milik ayah kandungnya, saat ini ia harus menjadi korban dari perjodohan konyol untuk menyelamatkan perusahaan keluarganya yang berada di ambang kebangkrutan.

“Aku gak mau, Yah! Aku masih sekolah, suruh Bellanca aja yang nikah,” protes Xaviera tegas.

“Tiga bulan lagi kamu lulus. Sudah, menurut saja. Sesekali kamu harus berguna. Cukup otakmu yang bodoh, jangan sampai kamu benar-benar tidak berguna,” desak Jasver.

Tidak bisa menolak lagi, Xaviera harus menikah dengan Aderaldo, presiden direktur PT Phelan Perkasa, yang akan membantu perusahaan keluarganya agar tidak jadi bangkrut. Aderaldo adalah sosok yang dingin, arogan, dan tidak suka dibantah. Sifatnya membuat Xaviera muak dan ingin kabur dari perjodohan itu.

Namun akankah keduanya bisa saling jatuh cinta nantinya dan menurunkan ego untuk saling mengalah?

chap-preview
Pratinjau gratis
Perjodohan
Cakrawala telah bergradasi warna ungu dan merah muda. Senja yang indah di tengah musim kemarau di bulan si cancer. Gadis cantik itu memarkir sepedanya di sebuah pelataran rumah megah yang menjulang bak istana. Jangan tanyakan kenapa dia hanya memakai sepeda, sedangkan dia dari keluarga konglomerat ternama di kotanya. Ceritanya panjang dan semua bermula saat mamanya meninggal. Seluruh hartanya dikuasai oleh ayah tiri serta saudari tirinya. Namun, Xaviera masih bersyukur. Setidaknya dia masih bisa tinggal di rumahnya sendiri. Sesaat memasuki rumah megah itu, ternyata di ruang tamu terdapat beberapa orang yang sepertinya tamu dari Jasver, ayah tirinya. “Siapa gadis itu? Sepertinya dia yang saya cari. Dia sangat cocok dengan putra sulung saya,” ujar pria dengan jas rapi yang duduk di depan Jasver. “Dia hanya anak pembantu di sini. Lagi pula dia adalah gadis bodoh dan tidak berguna. Saya yakin Pak Gavriel akan menyesal jika memilih dia. Lebih baik Pak Gavriel memilih anak saya saja. Dia pintar, cantik, dan memiliki bakat. Xaviera, masuk dan cepat bersihkan rumah. Kamu jangan mengganggu saya sedang meeting di sini,” seru Jasver. Xaviera membulatkan matanya tidak terima. Anak pembantu dia bilang? Dia merupakan cucu tunggal dari Dhanurendra. Justru yang bukan siapa-siapa di sini adalah pria itu. Dia hanya pria licik yang merampas seluruh harta miliknya. “Apa yang kamu lihat, Xaviera! Masuk dan cepat bersihkan rumah,” titah Jasver menaikkan suaranya satu oktaf. Saat hendak pergi, Gavriel justru menahannya. “Tunggu. Xaviera? Xaviera Veera Dhanurendra? Bukankah dia adalah cucu Dhanurendra? Jadi dia selamat?” Jasver merutuki dirinya. Anak itu memang selalu membuatnya sial. “Kemarilah, Nak. Saya ingin berbicara denganmu,” titah Gavriel lembut. Dengan ragu Xaviera mendekati Gavriel. Pria itu tersenyum ramah kepada Xaviera. Dia adalah gadis yang ia cari. Keturunan dari keluarga Dhanurendra yang sebenarnya. Gadis cantik itu memiliki surai kecokelatan dengan iris berwarna gelap. Hidung mancungnya dengan bibir tipis membuatnya terlihat sangat cantik dan cocok bersanding dengan putra sulungnya. “Dia benar-benar mirip dengan Dhanurendra,” lirih Gavriel menatap takjub gadis di hadapannya. “Saya menginginkan gadis ini. Keputusan saya sudah bulat. Jika Pak Jasver tidak mengizinkan maka lebih baik kita batalkan saja kerja sama kita dan Pak Jasver harus membayar kerugian proyek di Batam yang gagal senilai empat puluh milyar,” ujar Gavriel tegas. Xaviera membulatkan matanya. Ia masih berusaha mencerna maksud dari Gavriel. Apa dia akan dinikahkan dengan om-om tua di hadapannya itu? “Bentar-bentar. Ini maksudnya gimana, Om? Saya … saya … “ “Kamu akan saya jodohkan dengan putra sulung saya,” potong Gavriel. Xaviera tertawa renyah. Dia akan dijodohkan? Memangnya Xaviera hidup di tahun berapa? Jasver mendelik melihat Xaviera yang tengah tertawa renyah, sementara Gavriel hanya tersenyum tipis. “Saya gak mau. Lagi pula saya masih sekolah,” tolak Xaviera mentah-mentah. “Ayah sudah putuskan. Mau tidak mau kamu harus menerima perjodohan itu, Xaviera. Kamu mau perusahaan bangkrut?” desak Jasver. “Aku masih sekolah, Yah.” “Tiga bulan lagi kamu akan lulus.” “Aku mau kuliah!” debat Xaviera yang masih kekeh dengan keputusannya untuk menolak perjodohan ini. “Kamu masih bisa melanjutkan pendidikanmu setinggi apa pun yang kamu mau nanti,” balas Gavriel. “Sudahlah, Xaviera. Sesekali kamu harus berguna. Cukup selama ini kamu menyusahkan saya. Kapan lagi kamu bisa menikah dengan keluarga konglomerat seperti Keluarga Phelan? Kamu ‘kan bodoh, dari pada nantinya kamu gak laku dan menjadi perawan tua. Lebih baik kamu terima perjodohan ini saja,” urai Jasver enteng. Raut muka Xaviera memerah. Ia tidak terima dengan perkataan Jasver barusan. Ia tahu, mungkin ia cukup lemah di bidang akademik. Namun, tidak ada yang memungkiri kalau ia mahir dalam bidang olahraga terutama memanah. “Maaf, Om. Tapi saya tidak mau.” Setelah mengucapkan kalimat penuh penekanan, Xaviera pergi begitu saja mengacuhkan Jasver yang sudah meneriaki. Ia tidak peduli jika nanti Jasver akan menghukumnya. Sesampainya di kamar, Xaviera membanting tubuh kecilnya di atas kasur. Iris gelap itu menatap langit-langit kamar dengan sendu. “Pah, Mah. Kenapa kalian harus pergi? Ayah itu gak sebaik yang Mama kira. Berapa kali Xaviera kasih tahu tapi Mama gak pernah percaya. Apa Mama bisa lihat kelakuan ayah dari atas sana? Sekarang … Mama percaya. ‘kan? Xaviera gak mau, Ma. Pah … Xaviera capek,” seloroh Xaviera. Baru saja Xaviera hendak menutup matanya. Suara gedoran pintu dan teriakan dari Jasver terdengar mengusik ketenangannya. “Xaviera! Buka pintu kamar kamu atau saya dobrak,” pekik Jasver mengancam. Xaviera tampak berpikir sejenak. Jika ia buka, nanti Jasver pasti akan menyiksanya. Tapi, jika ia tidak buka Jasver pasti akan nekat berusaha untuk membukanya. Xaviera memutuskan untuk membukakan pintu kamarnya saja, sementara Jasver yang tadinya hendak mendobrak pintu kamar Xaviera harus tersungkur sesaat gadis itu membuka pintu kamarnya. Melihat nasib Jasver yang tersungkur di hadapannya, membuat Xaviera tidak tahan untuk menyemburkan tawanya. Jasver yang melihat putri tirinya itu tertawa semakin membuat amarahnya menyulut. Ia segera bangkit dan menarik rambut Xaviera tanpa belas kasih. “Berani kamu menertawakan saya, Xaviera? Kamu sudah mulai berani sekarang hah! Kamu harus diberi hukuman lebih untuk ini,” ucap Jasver tegas. “Lepas, Yah!” Xaviera berusaha untuk melepaskan tangan Jasver yang mencengkeram rambutnya. “Tidak akan. Kamu harus mau menuruti apa kata saya.” Jasver mendorong tubuh Xaviera sehingga gadis itu harus tersungkur. Ia melepaskan ikat punggungnya dan menggunakannya untuk mencambuk tubuh kecil Xaviera. Gadis cantik itu menahan pekikannya. Sesaat punggungnya terasa panas dan perih menjadi satu. Ia memejamkan matanya, menahan air matanya agar tidak jatuh. Mati-matian Xaviera bersikap biasa saja. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan Jasver, sementara Jasver yang tidak puas ia semakin keras mencambuk Xaviera. Tubuh Xaviera lemas, ia menahan rintihannya agar tidak terdengar oleh Jasver. Tangan mungilnya meraba meja belajar sebagai tumpuan. Dengan tertatih ia mencoba untuk bangkit sendiri. Jasver merasa tidak puas, ia beralih untuk menampar mulut Xaviera. Bibir tipis itu yang tadi digunakan Xaviera untuk menolak mentah-mentah permintaan Gavriel dengan gelap mata Jasver menamparnya hingga berdarah. Xaviera mengusap pelan sudut bibirnya yang terluka akibat ulah Jasver. Tatapannya tajam dan dingin membuat Jasver tersinggung. “Kenapa kamu menatap saya seperti itu? Kamu tidak suka? Kamu pantas mendapatkan ini semua supaya kamu tidak terus-terusan membantah ucapan saya. Bulan depan pernikahanmu akan diselenggarakan. Saya tidak peduli persetujuan kamu. Cepat obati luka kamu, agar mengering di hari pernikahan kamu nanti,” titah Jasver tegas. Saat hendak meninggalkan kamar Xaviera, tangan mungil Xaviera menahan Jasver. Gadis itu memberikan sebuah cutter yang ia ambil dari meja belajarnya. “Bunuh aku aja, Yah. Bukankah dengan itu Ayah bisa mengusai seluruh harta keluargaku?” ujar Xaviera yang telah muak dengan semuanya. Jasver membuang cutter itu. Ia menatap tajam putri tirinya tersebut. “Kalau saja Pak Gavriel tidak menginginkanmu, tentunya dengan senang hati saya akan membunuhmu,” balas Jasver dingin. Setelah kepergian Jasver, beberapa orang pelayan datang untuk merawat luka Xaviera. Saat salah seorang hendak menyentuh Xaviera, gadis itu menolak. Ia menepis tangan wanita itu dan mengusir mereka semua. “Pergi! Gak usah peduliin gue. Kalian juga biasanya gak pernah peduliin gue,” pekik Xaviera mengusir para pelayan yang hendak merawatnya. “Maafkan kami, Nona. Kami hanya menuruti perintah Tuan Jasver,” jawab salah satu pelayan. Xaviera tertawa sumbang. “Pergi!” Xaviera menutup pintu kamarnya dengan keras, kemudian ia menguncinya dari dalam. Dengan menahan rintihannya, ia berjalan meraba tembok. Lukanya yang kemarin saja belum kering, hari ini Jasver menambah luka baru dan ditambah luka baru di sudut bibirnya. “Apa Mama masih percaya, kalau ayah itu baik?” Monolog Xaviera menatap lukanya getir di depan kaca. “Gimana pun caranya, gue harus bisa membatalkan perjodohan ini. Gue tahu caranya.” Xaviera menarik ujung bibirnya. Ia mempunyai rencana yang bagus untuk membatalkan perjodohan konyol ini.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook