Holla! How are you today?
Introducing, I\'m Zeze or usually my friends just call me Zee. Writing is a part of my life. If you want to be a part of my life, be my writing.
Binar nayanika yang sangat indah itu kini telah meredup. Bagaimana bisa sang sarwa begitu dasyat membalikan alur cerita. Dia, Lavanya Meesa atau kerap di panggil Meesa, gadis lugu yang beranggapan bahwa tidak ada orang jahat di dunia ini. Namun justru, Gavesha yang notabene adalah sabahatnya sendiri mematahkan stigma tersebut.
Agni mendorong Meesa kuat, hingga Meesa terjatuh dan kepalanya membentur batu dengan keras. Sakit, hanya sakit yang Meesa rasakan. Ia memegang kepala bagian belakangnya memastikan, astaga benar rupanya darah mulai keluar karena benturan yang keras tersebut.
“Ingat Sa! Ini bukan apa-apa, gue bisa ngelakuin hal yang lebih dari ini. Gue benci lo!“ ucap Agni lalu meninggalkan Meesa begitu saja tanpa memperdulikan gadis itu tengah mengerang kesakitan.
Meesa termangu, perasaannya kacau berusaha mencerna semuanya. Kepalanya berdenyut semakin pusing. Ia menangis, menangis sejadi jadinya berharap siapapun melihat dan menolongnya. Ia tidak percaya Agni melakukan semua ini, bahkan ia sudah menganggap Agni selayaknya saudara.
Hingga pada akhirnya semua pengelihatan nya perlahan mulai kabur, namun sebelum semua menjadi gelap, samar-samar ia melihat seorang laki-laki datang menghampirinya dengan begitu khawatir dan tergesah-gesah.
Siapakah yang menolong Meesa? Bagaimana kelanjutan hubungan persahabatan dirinya dengan Gavesha?
Levronka Adrea C. merupakan seorang dokter muda yang baru saja kembali ke Indonesia setelah tinggal dan melanjutkan pendidikannya di Amerika. Ia bekerja di salah satu rumah sakit swasta milik Charlos Group. Banyak yang bilang ia sangat mirip dengan mendiang Arletta, namun rambut pirang dan iris abu-abu yang menjadi ciri khasnya sangat berbeda dengan Arletta.
“Arletta,” panggil salah seorang pria dengan iris biru.
“Maaf, Pak. Saya adalah Adrea, bukan Arletta.”
Sudah setahun Adrea kembali ke Indonesia. Ia tengah menatap mansion yang belasan tahun tidak pernah ia kunjungi. Tidak banyak yang berbeda di sana, seluruh interior masih sama seperti sebelas tahun lalu.
“Saya tahu, kamu Arletta. Sebelas tahun Saya menunggumu, apa hukuman itu belum cukup?”
“Saya Adrea, Mr. Smith.”
“Berhentilah berpura-pura, kamu tidak bisa membohongi saya Miss Charlos.”
Louis melangkah untuk mengikis jarak antar keduanya. “Saya tahu penantian saya tidak akan sia-sia, jadi maukah kamu menikah dengan saya?”
“Saya mau, tapi saya menginginkan perjanjian pranikah untuk Tuan.”
“Apa pun akan saya berikan asal kamu menjadi istri saya.”
Xaviera mengumpati nasibnya sendiri. Belum cukup ayah tirinya yang selama ini menyiksa dan mengambil alih perusahaan milik ayah kandungnya, saat ini ia harus menjadi korban dari perjodohan konyol untuk menyelamatkan perusahaan keluarganya yang berada di ambang kebangkrutan.
“Aku gak mau, Yah! Aku masih sekolah, suruh Bellanca aja yang nikah,” protes Xaviera tegas.
“Tiga bulan lagi kamu lulus. Sudah, menurut saja. Sesekali kamu harus berguna. Cukup otakmu yang bodoh, jangan sampai kamu benar-benar tidak berguna,” desak Jasver.
Tidak bisa menolak lagi, Xaviera harus menikah dengan Aderaldo, presiden direktur PT Phelan Perkasa, yang akan membantu perusahaan keluarganya agar tidak jadi bangkrut. Aderaldo adalah sosok yang dingin, arogan, dan tidak suka dibantah. Sifatnya membuat Xaviera muak dan ingin kabur dari perjodohan itu.
Namun akankah keduanya bisa saling jatuh cinta nantinya dan menurunkan ego untuk saling mengalah?
“Aku sangat mencintai kamu, Allura,” tegas Sandykala tulus.
Binar mata hazel itu menatap lekat kalung salib yang selalu Sandykala kenakan. Bibir tipisnya tersenyum simpul. Ia mengangguk mengerti dengan pernyataan yang selalu Sandykala ucapkan.
“Aku tahu. Kamu boleh mencintaiku sebesar apapun yang kamu mau. Asal jangan lebih besar dari cintamu ke Tuhanmu,” pesan Arunika membuang mukanya.
Sandykala menatap lekat Arunika yang ada di hadapanya. Kemudian dia menatap cakrawala senja. Jika mengingat nama mereka, Sandykala dan Arunika yang berarti senja dan fajar membuat Sandykala tersenyum kecut.
Sepertinya semesta benar-benar tidak merestui keduanya. Seperti senja dan fajar yang tidak akan pernah bisa bersatu. Keduanya saling bertolak belakang dan tidak mungkin bertemu.
Namun akankah Sandykala akan tetap menjadikan Arunika satu-satunya wanita yang akan ia cintai seumur hidupnya sesuai dengan janjinya?