bc

Pre-Marriage Agrement with Mr. Billioner

book_age18+
50
IKUTI
1K
BACA
billionaire
contract marriage
HE
dominant
drama
bxg
city
polygamy
like
intro-logo
Uraian

Levronka Adrea C. merupakan seorang dokter muda yang baru saja kembali ke Indonesia setelah tinggal dan melanjutkan pendidikannya di Amerika. Ia bekerja di salah satu rumah sakit swasta milik Charlos Group. Banyak yang bilang ia sangat mirip dengan mendiang Arletta, namun rambut pirang dan iris abu-abu yang menjadi ciri khasnya sangat berbeda dengan Arletta.

“Arletta,” panggil salah seorang pria dengan iris biru.

“Maaf, Pak. Saya adalah Adrea, bukan Arletta.”

Sudah setahun Adrea kembali ke Indonesia. Ia tengah menatap mansion yang belasan tahun tidak pernah ia kunjungi. Tidak banyak yang berbeda di sana, seluruh interior masih sama seperti sebelas tahun lalu.

“Saya tahu, kamu Arletta. Sebelas tahun Saya menunggumu, apa hukuman itu belum cukup?”

“Saya Adrea, Mr. Smith.”

“Berhentilah berpura-pura, kamu tidak bisa membohongi saya Miss Charlos.”

Louis melangkah untuk mengikis jarak antar keduanya. “Saya tahu penantian saya tidak akan sia-sia, jadi maukah kamu menikah dengan saya?”

“Saya mau, tapi saya menginginkan perjanjian pranikah untuk Tuan.”

“Apa pun akan saya berikan asal kamu menjadi istri saya.”

chap-preview
Pratinjau gratis
Kembali ke Indonesia
Seorang gadis dengan rambut pirang sebahu itu baru saja turun dari pesawatnya. Setelah perjalanan belasan jam, akhirnya ia sampai di negeri yang membuatnya terluka hingga harus belasan tahun berada di negeri orang. Arletta melepaskan kaca mata hitamnya, iris mata abu-abunya tampak begitu mencolok. Beberapa orang yang menatapnya berbisik melihat kecantikannya yang seperti bukan orang pribumi asli. Ia menunggu para bodyguard untuk mengambil kopernya, setelah ini ia akan pergi ke apartemen yang telah di siapkan oleh kedua orang tuanya. Dia memang Arletta Maysha Charlos, anak ketiga dari Albern Byrlee Charlos yang diisukan meninggal sebelas tahun lalu. Saat ini Arletta harus berpura-pura menjadi Adrea, dokter muda lulusan terbaik dari Harvard University. Sebenarnya tidak bisa dikatakan menyamar, namun lebih tepatnya ia merubah identitasnya dan menyembunyikan marganya setelah tragedi belasan tahun lalu. Arletta langsung masuk ke mobilnya saat salah seorang pengawal membukakan pintu untuknya. Tidak lama kemudian akhirnya ia bisa beristirahat di apartemen mewah miliknya. Mulai minggu depan Arletta akan bekerja di Rumah Sakit CMC, rumah sakit milik keluarganya. Arletta menghela nafas kasar, sebenarnya Charlos telah menawarkan untuk ia menetap di Amerika saja dan ia akan membangunkan sebuah rumah sakit untuk Arletta di sana, namun Arletta menolak. Ia mempunyai sebuah misi yang lebih menyenangkan di Indonesia. Arletta menatap sejenak dirinya di pantulan cermin wastafel kamar mandinya. “Adrea, semoga berhasil. Tapi bukankah Arletta tidak pernah gagal?” Ia tersenyum smrik memahami monolognya barusan. *** Arletta sedang fokus dengan catatan di hadapannya sembari menunggu pasien berikutnya. Baru saja hendak menyapa, kerongkongannya tercekat menatap dua sosok yang ia kenal betul. Salah satunya, seorang wanita berambut coklat sepunggung dengan tubuh kurus dan paras pucat pasi. Tidak hanya dirinya, mereka juga cukup terkejut dengan sosok Arletta. “Arletta?” tebak Michele lirih. “Ibu Michele? Perkenalkan saya Adrea. Kebetulan saya memang dokter baru di sini. Bisa saya periksa sekarang?” ucap Arletta mengalihkan perhatian Michele. Michele dan Louis masih mematung. Sementara Arletta tersenyum manis dan membuyarkan keduanya dari lamunan masing-masing. “Ibu Michele? Apa Ibu baik-baik saja?” ujar Arletta ramah. “Ah maaf, Dok. Dokter sangat mirip dengan mendiang sahabat saya. Kalau saja dia masih hidup, pasti dia juga sudah menjadi dokter seperti Dokter Adrea,” balas Michele sendu. “Oh seperti itu, saya turut berduka cita ya, Bu,” komentar Arletta tersenyum manis. Arletta segera memeriksa Michele. Jujur ia tidak tahu harus senang atau sedih. Setelah sebelas tahun tidak pernah bertemu dengan Michele, akhirnya ia bisa kembali bertemu dengannya. Namun kondisi Michele semakin menyedihkan, jauh dari yang ia prediksi. “Dokter Adrea? Apa Dokter baik-baik saja?” ujar Michele saat bukanya memeriksanya Arletta justru melamun. Arletta sadar dari lamuanya, ia tersenyum ramah dan kembali memeriksa Michele. Michele harus menjalani serangkaikan tes laboratorium untuk pemeriksa lebih lanjut. Dia juga telah menjelaskan semua keadaan Michele saat ini, baik kepada Michele ataupun Louis yang mengantarkannya. “Jadi lebih baik Ibu Michele melakukan medical chek up lebih lanjut lagi. Karena menurut pemeriksaan saya, sepertinya ada sebuah sel kanker yang sedang menjalar berdasarkan ciri-cirinya. Bapak, suaminya Ibu Michele?” tanya Arletta berbasa-basi kepada Louis. Louis yang sedari tadi memperhatikan Arletta tanpa sedikit pun berkedip pun terkesiap. Dia merapikan jas yang ia kenakan untuk menetralisir rasa gugupnya. “Bukan, saya kakaknya,” jawab Louis. Arletta mengangguk paham, kemudian dia mulai mengurus surat rujukan untuk Michele ke dokter spesialis kanker yang bisa menangani wanita itu lebih lanjut. Setelah itu keduanya keluar dari ruangan Arletta dan membiarkan pasien selanjutnya untuk diperiksa oleh Arletta. *** Arletta telah menyelesaikan praktiknya di jam sepuluh malam. Ia mengendarai mobilnya di kecepatan sedang. Tiba-tiba saja pikirannya melayang pada kejadian tadi siang. Ia mencengkram setirnya kuat. Merasa gagal menjaga wanita itu, Arletta terus-terusan mengumpati dirinya sendiri. Namun, Arletta tidak boleh gegabah. Ia telah menyusun sebuah rencana secara matang setahun belakangan ini. Cukup lima belas menit dari rumah sakit tempatnya bekerja, Arletta telah sampai di apartemennya. Ia merasa ada yang mengikutinya, untuk itu Arletta mengirimkan pada beberapa bodyguard Charlos pergi terlebih dahulu karena ia curiga orang suruhan Louis tengah membuntutinya. Arletta memencet beberapa digit nomor dan menempelkan sidik jarinya sesaat kemudian pintu apartemennya terbuka. “Aku harus berhati-hati dengan Louis. Dia pasti tidak percaya begitu saja jika aku Adrea,” lirih Arletta saat merapikan barang-barangnya. Sebenarnya Arletta bisa saja dengan mudah melenyapkan orang suruhan Louis itu. Namun, ia lebih suka mengikuti permainan saja. Setelah membersihkan dirinya, Arletta menatap gemerlapan malam di kota metropolitan. Secangkir teh hijau menemani santainya saat ini. Arletta menelefon salah satu orang kepercayaannya. “Bagaimana dengan informasi yang saya butuh ‘kan?” “ … “ “Bisakah kalian bekerja lebih cepat dari yang saya perintahkan sebelumnya?” “…” “Ada sedikit masalah, tapi saya rasa tidak terlalu besar jika kalian bisa melakukannya lebih cepat.” “ … “ “Minggu depan saya harap berkas yang saya inginkan sudah ada di tangan saya.” Arletta mematikan telefonnya sepihak. Salah satu ujung bibirnya terangkat, ia membayangkan bagaimana jika publik tahu jika dirinya masih hidup? *** Pagi ini arunika telah datang meski hari masih terbilang cukup awal. Sepertinya musim kemarau telah menyambut karena di jam tujuh saja baskara telah memancar terik. Arletta dengan santai menggunakan hotpans dan hoodie oversize berwarna army. Beberapa bahan pokok di apartemennya telah habis, jadi ia harus belanja. Arletta mendorong troli belanjaannya pelan, sembari sesekali ia menaruh barang yang ia butuh ‘kan. Kaki jenjangnya terekspos membuatnya terlihat jakun. Apalagi Arletta memiliki tinggi badan di atas rata-rata tinggi badan wanita Indonesia. Saat hendak mengambil sebuah kopi instan, tangan Arletta tidak sengaja di genggam oleh salah satu pria beriris biru. “Maaf, Pak. Silakan,” ujar Arletta sopan mempersilahkan Louis mengambil kopi instan itu terlebih dahulu. Louis menatap lekat iris abu-abu milik Arletta. Semalam orang suruhannya mengatakan bahwa wanita itu tinggal di sebuah apartemen yang tidak jauh dari supermarket ini, bahkan saat ini ia memang sengaja datang ke supermarket itu untuk bertemu dengan wanita yang sangat mirip dengan gadis yang ia cintai. “Arletta … “ “Maaf, Pak. Saya Adrea, bukan Arletta,” peringat Arletta. Louis sadar dari lamuannya, kemudian dia bergegas mengambil satu botol kopi instan yang ia cari. “Maafkan saya, Dokter.” Arletta tersenyum ramah, kemudian dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat. “Saya permisi, Pak.” Louis memberi jalan untuk Arletta. Ia tidak beranjak dari tempatnya saat ini, menatap lekat punggung ramping yang ia masih ingat jelas. Adrea sangat mirip dengan Arletta, hanya saja wanita itu berambut pirang dan berbola mata abu-abu. “Dia benar-benar mirip seperti Arletta. Hati saya juga masih bergetar hebat jika di dekatnya. Kamu akan menjadi milikku. Tidak peduli kamu benar-benar Arletta atau bukan.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook