Blair membiarkan saja Sarah menangis. Ia mengakui kekuatan stamina putrinya sangat baik. Akhirnya setelah lewat tengah malam, gadis itu tertidur karena kelelahan. Ia menaikan selimut putrinya sebelum keluar dari kamar. Tepat saat ia berada di ruang tamu apartemennya, ponsel yang sengaja di tinggalkan di sana berdering. Ia mengecek siapa pemanggil sebelum mengangkat. “Ya?” sahutnya malas karena tahu yang menelepon adalah mantan suaminya. “Bagaimana Sarah?” Setelah semua masalah yang ada, kini mantan suaminya jadi sering menghubunginya. Entah kejadian yang dialami adalah sebuah berkah atau malah kerugian untuknya, Blair tak terlalu memikirkan. Ia hanya bersyukur akhirnya diberi waktu menikmati kebersamaan bersama putrinya. “Dia tidur,” jawabnya singkat pada Mahesa. Di seberang sana ma

