bc

Adira

book_age12+
14
IKUTI
1K
BACA
revenge
second chance
friends to lovers
drama
sweet
bxg
heavy
serious
first love
friendship
like
intro-logo
Uraian

Semua seperti mustahil untuk Adira terima. Ibaratkan kebahagiaan baru mendatanginya semalam dan hari ini, ia rasakan lara abadi tak tertahankan.

Mampu bertahan adalah harapnya, namun bukan hanya sulit, hal itu tak mungkin.

Terlalu merapat lara itu mendekapnya, terlalu sesak juga menghimpit.

chap-preview
Pratinjau gratis
Teruntuk Adira
Serius itu asli. Kenapa diri saya tak percaya? Saya aneh? Ah tidak juga. Syarat untuk mendapatkan kartu ujian adalah: Pertama, ruang kelas harus 500% bersih. Kalau bisa sampai hiegenis dan enak dijilat. Kedua, semua siswa harus memutuskan di ruang kelas. Jangan harap jika tidak duduk dengan rapi dan tertib bisa mendapat kartu ujian, itu hanya akan berlaku dalam mimpi! Sekali lagi saya tegaskan MIMPI !! Ketiga, setujui semua disetujui telah disetujui. Misal, dibayar SPP bulanan, tugas-tugas latihan atau PR yang diberikan oleh guru mata pelajaran, dan mungkin ada uang kelas kas harus dilunasi. Oh ya satu lagi kas pramuka wajib. SMP Negeri 61 Kota Kopah, sekolah saya tercinta dengan semua fasilitasnya membuat saya bangga menjadi salah satu siswa yang belajar di sana. Kelas 8 Pisang, 36 orang siswa menempati kelas tersebut, termasuk saya dan 35 jiwa lainnya. Kelas 8 Pisang konon katanya favorit dari yang didukung. Alaaah! Tidak ada itu! Menurut saya semuanya favorit, sama, nggak ada bedanya. Astaga lupa. Nama saya Nalisa Narnelia Naputrs, dan yang di sebelah saya Tamanna Katismi. Kami berdua ingin mendeskripsikan segala sesuatu tentang sekolah kami. Namun teman saya Tamanna ini orangnya pemalu, jadi dia hanya dapat bersembunyi di balik layar. Jadi nama saya Nalisa, tapi kamu bisa mengundangku NASA. Saya akan senang hati jika kamu menunggu saya begitu sebab cita-cita saya ingin menjadi astronot perempuan pertama yang berasal dari negara plus enam dua, menginjakkan kaki di bulan, kemudian pergi tanpa ampun, mengambil semua yang cocok, keindahan, karisma. Dan kompilasi saya kembali ke negara tercinta, saya hanya melihat senyuman dari para rakyat jelata yang bertransforamasi menjadi rakyat jelata kelas atas. Karena negara Belanda dan teman-teman membuat makmur karena hasil dari tanah jajahannya? Jika iya, maka tidak sulit untuk mencontek cara kerja memakmurkan negara ala Belanda. Jika tidak, maka tukarkan saja para penduduk negara bunga dengan rakyat negara Belanda. Oh hentikan ini Nalisa. Kau sudah melebar ke mana-mana, bahkan beralih ke Belanda. Oh selow Ferguso! Saya masih tahu porsi saya sampai mana. Tidak dapat Anda coba. Umur saya 14 tahun, Tamanna juga 14 tahun. Jumat, 30 Februari 2005, hari pusaka, hari kelahiran saya. Sabtu, 31 November 2004, Tamanna dikumpulkan. Ulang tahun belum jatuh tempo Maka dia masih menunggu 14 tahun. Di sini, di pentas seni acara perpisahan kelas 9. Saya berdiri tanpa rasa gugup sedikit pun. Saya tahu, sedang menunggu matinya, aku membujuk panitia untuk mengizinkan aku tampil di atas panggung. Namun begitu pun, getar dan keringat tak urung menyelimuti tubuh jujur yang mulai merasakan demam. Demam panggung. Yang bisa dibicarakan di panggung hanya siswa kelas 9 karena semua orang tahu merekalah raja dan ratu di acara perpisahan mereka. Saya yang masih duduk di kelas 8 memang tidak naik ke atas panggung, memelas selama dua jam. Akhirnya buah manis saya dapatkan. Di sinilah saya berdiri. Di atas panggung. Jutaan pasang mata hanya terfokus pada saya, hanya pada saya seorang. Merasa bangga akan hal itu, namun hanya sesaat. Karena memilih pilihan yang saya pilih antara: Berdiri di atas panggung ini atau golek-golek manja di rumah. Maka pilihan saya sudah jelas yang ke dua. Pilihan iktam Mera bersih. Apaan sih? Abaikan saja! Lingkaran cahaya! Lingkaran cahaya! Syukur Mic-nya berfungsi dengan baik. “Hari ini adalah hari spesial untuk kelas 9 atau calon kelas 9. Mereka sangat tampan dan cantik. Balutan gaun dan kaos tempahan yang pantas untuk dijekik, padahal itu hanya untuk sekali saja, yaitu hari ini. Alis yang seperti disulam itu membuat seluruh mata hanya tertuju pada mereka, make up menor itu menjadi luksan mahakarya nan indah yang tak tertandingi. Uhh belum lagi bibir merah mengggoda yang diminta diluluhlantahkan segera. ” "Hei kau jaga mulutmu." Pak Kasto berteriak cukup keras kepada saya. Hal itu hanya dapat membuat saya tercengang sesaat. Pak Kasto langsung diambil oleh Pak Budi untuk kembali duduk di posisi awal. Sementara baru memberi kata sambutan, saya sudah dituding oleh telunjuk Pak Kasto, Bagaimana kalau saya memberikan pidato inti? Bisa-bisa kepala saya dibuat satai nikmat. “Meminta intinya, saya tidak mau setuju pada perpisahan kelas 9. Saya hanya ingin menyetujui perpisahan Pak Joy yang di-PHK 2 hari yang lalu. Hari ini juga diperuntukkan untuk perpisahan Pak Joy, namun demikian dipentingkan ia ditempatkan di posisi yang paling tidak disetujui. Jauh di belakang sana. " Semua kepala menoleh ke belakang. Pak Joy tertunduk malu karena dirinya menjadi objek perhatian. “Tidak perlulah kita mengutip alasan dia di PHK, itu hanya akan menjatuhkan marwahnya sebagai guru. Tapi yang aku tahu itu kelas wali yang bagus. 1 tahun kurang dua bulan, dia menjadi ayah dari murid-murid kelas lima pisang. Kelas yang teramat sangat nakal, padahal itu merupakan kelas unggulan. Kelas yang selalu dibandingkan dengan kelas kebebasan anggur. Ohh sunggguh kuping aku panas setiap mendengar pujian untuk kelas kebebasan anggur. Alasan kelas kami tidak lebih baik dari kelas empat anggur tidak kompak. Itu tidak mungkin. Ih nggak kompak ya kelas Terpadu Pisang! Nggak kayak kelas kebebasan anggur! Kompak dalam hal kebaikan dan kompak dalam hal kejahatan jelas berbeda sayangku! “Entah pada tanggal berapa yang jelas saya tidak ingat. Saat pagi-pagi kira-kira selai 7 lewat 5 menit, seluruh kelas sedang kucar-kacir kerj PR Biologi. Seorang teman mengatakan 'woy tak usah kita siapkan moh prnya. Kompak ya kita kompak, satu kelas tak lengkap. 'Sungguh miris saya mendengarnya. Bagaimana jika kita melihat 'woy kompak ya kita kompak kita semua kelas persiapan Biologi' uhh kan enak, itu pun tanpa ada kalimat tambahan 'tapi kita contek-contekan'. Entahlah moral moral yang dioptimalkan kau? “Kelas Delapan Pisang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Kelas yang padat, karena konon katanya di kelas itu orang banyak yang menganut sistem individualis dan apatis. Berkubu-kubu katanya. Ya saya akui itu memang benar. Tak terelakkan, faktual dan akurat. “Setiap guru yang masuk selalu mengeluhkan hal itu, sungguh saya jenuh mendengarnya, beban hidup saya bertambah jadinya. Membuat kelas bebas Pisang padat, dibahas, MUSTAHIL, sudah saya miliki tadi. Namun, guru-guru tetap meminta hal itu dari kami tanpa perlu meminta izin atau tidak perlu. Tanpa peduli pada motif kekompakan itu sendiri. Mereka hanya menuntut kekompakan. Tetap. Saya ceritakan.        “Sepenggal kisah menarik yang masih terpatri jelas dalam ingatan saya, cuplikan cerita yang masih berwarna, cerah, tidak luntur sama sekali. “Saat pembagian kartu ujian semester 1 kelas pembagian. Kami semua duduk rapi, diam, tertib. Menunggu agar kartu ujian kami beralih dari tangan Pak Joy - wali kelas kami - ke tangan kami masing-masing. Kami selalu mempertimbangkan jengkel terhadapnya, alasannya adalah suaranya saat menjelaskan mata pelajaran yang dibawakannya, yaitu Matematika. Suaranya terdengar seperti nyanyian lagu Nina Bobok pengantar tidur. Membuai, menarik, dan membuat ngantuk. “Kartu-kartu kami sudah siap dibagikan. Namun, s**l bagi kami. Dia tiba-tiba meminta pertanyaan yang tidak pernah kami sangka akan keluar. Sudahkah kamu menjenguk Nandira? Kami hanya menggelengkan kelemahan sebagai jawaban. “Nandira memang sudah tidak masuk selama seminggu. Parahnya lagi jarak rumah Nandira dan sekolah sangat dekat, hanya 2 buah rumah. Itu berarti benar-benar kelewatan kami jika sama sekali belum menjenguknya. 'Saya saja sudah menjenguknya,' 'Mas Joy, dia meninggalkan kami begitu saja. Kami kebingungan. Apa yang harus kami lakukan? Sementara ditengok keluar hanya siswa kelas kami yang belum pulang. Dasar Nandira! Karena dirimu kami jadi lama pulang. 'Ayolah kita jenguk si Nandira woy, biar bisa kita dapat kartu ujian trus pulang' entah kata siapa itu, yang pasti kita bisa langsung tahu itu. Ayo! Ayo! Kondisi sekolah yang sudah sunyi mmembuat langkah kami ringan untuk melangkah keluar dan mendatangi rumah Nandira. Bagaimana kami bisa berbasa-basi bertanya bagaimana keadaannya dan apa yang dideritanya? “Tak sampai 5 menit, kami sudah tiba di rumah Nandira. Kakaknya langsung menyuruh kami semua masuk. Sebenarnya Kondisi Nandira sudah baik-baik saja, tidak ada yang perlu dicemaskan. Dia hanya menderita penyakit cacar air, kami mendapatinya duduk-duduk sambil duduk sambil menonton TV. Membuat geraman tertahan di ujung tenggorokanku semakin menjadi. “Lupakan basa-basi yang tadi diadakan, kini kami hanya fokus pada makanan yang disuguhkan. Uh enak! Karena kata kakaknya Nandira 'cepat-cepat kalian makan, di sini kalian bisa gratis, tapi kalau di kantin bayar' seloroh kakaknya memang benar 100% “Serba-serbi gorengan disuguhkan, sudah pasti kami salah fokus. Kami berpamitan pulang, padahal kami mau ke sekolah lagi sebenarnya. Tidak mungkin, kan kami memberi tahu apa yang sebenarnya kami alami, bisa-bisa kecil hati si Nandira. “Kembali ke sekolah dan ternyata lengang, kami datangi kelas kami, Pak Joy tidak ada. Kami datangi ke dewan guru, juga tidak ada. Kami Jadi mencari-cari Pak Joy ke segala sudut sekolah, tetapi tidak ada juga. Dan kami tiba di parkiran, kami melihat jelas motor Pak Joy masih terparkir di sana. Mungkin Pak Joy belum pulang, mungkin dia bersembunyi. 'ayo kita kempeskan bannya moh, biar tak bisa dia pulang.' 'ha iyo iyo oke kempeskan saja.' 'iyo cepat-cepat kempeskan.' 'cocok-cocok itu kempeskan saja biar sama-sama tak pulang.' 'betingkahan pula si Joy, rasakanlah akibatnya.' 'iyo kembali-tahannya kartu kita, kok tidak dah dari tadi aku pulang ha.' 'Iyo dah golek-golek cantik aku.' 'cepatlah Yoga kempeskan.' “Oh Aphrodite yang kecantikannya masih kurang layak dibandingkan aku, baru kali ini aku melihat kekompakan sejati kelas kami, kelas 8 Pisang. “Yoga hanya mengempeskan sebentar saja, dia tidak segila itu untuk mengempeskan ban depan motor Pak Joy. 'woy woy woy itu Pak Joy woy, balek ke kelas dia. Ayoklah kita balek ke kelas juga. ' “Kami semua kembali ke kelas, duduk rapi di bangku masing-masing. Pak Joy bertanya lagi sudah kamu jenguk si Nandira? Dan kami dengan riang jawab sudah. Lalu Pak Joy tanpa berpikir seribu kali untuk membaca kartu ujian kami.  “Akhirnya pulang jam 2, kami sudah pulang jam 11 tadi. Di saat perjalanan pulang saya tersenyum-senyum mengingat kekompakan kami tadi. Dan bukan hanya saya yang menyadari kekompakan itu, tetapi beberapa teman saya juga sadar. “Kompak dalam melakukan kejahatan. Mengempeskan larangan motor wali kelas. “Tapi aku lebih suka pada kekompakan kami yang berjalan satu arah satu tujuan kompilasi mencari-cari wali kelas kami yang sedang bersembunyi, tidak ada satu pun yang menolak untuk ikut melakukan pencarian. Semuanya memiliki Arah langkah yang sama, ke dewan guru, ke dewan guru semua, ke belakang sekolah, ke belakang sekolah semua, mulai-mutari sekolah. “Oke intinya, jangan tuding kami tidak bisa kompak. Karena jika dituntut untuk kompak, maka kami akan semakin tidak kompak. Dan lihatlah dari cerita yang saya ceritakan barusan dapat diperbesar kami pernah kompak, saat itu kompak maksud dan tujuan kami sama. Walau motifnya jahat, kami tidak pernah kompak. Selalu ambil hikmah dari setiap kejadian, jangan hanya membesar-besarkan derita saja karena itu adalah pekerjaan tiada guna. “Dengan curahan hati yang ingin aku sampaikan, semoga butiran hikamah dan amanatnya bisa sampai ke yang mau dengar aku. Oh iya aku ingin menyanyikan lagu. Air mata saya mengalir semua orang melambai-lambaikan tangan mereka mengiringi lagu yang saya nyanyikan, saya terharu karena mereka juga ikutan nangis, termasuk Pak Joy dan Pak Kasto. Para guru tengah mendatangi Pak Joy, mereka berjabat tangan dan berpelukan dengan Pak Joy. Padahal sebelum hari ini mereka tampak penuh benci pada Pak Joy. Pasalnya Pak Joy di-PHK karena mengonsumsi n*****a. Saya dari atas panggung sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Tanpa saya sadari teman-teman saya, yaitu kelas 8 Pisang naik ke atas panggung.Semuanya tanpa terkecuali Tamanna. Kami di atas panggung bernyanyi dan menari bersama. Bisa melihat dari sini semua kelas 9 kami mengucurkan air mata. Rias mereka jadi luntur, buat tampilan mereka menjadi bersemangat. Pak Joy kini menjadi pusat perhatian semua orang. Seluruh siswa menyalami Pak Joy. Ini adalah perpisahan yang sebenarnya. Maksudnya perpisahan Pak Joy.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Happier Then Ever

read
92.5K
bc

Love Match

read
180.2K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
77.6K
bc

Pengganti

read
304.0K
bc

Stuck With You

read
75.8K
bc

Ditaksir, Pak Bos!

read
149.8K
bc

Rainy

read
19.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook