Aku hanya bisa terdiam menyaksikan dua pria dewasa lagi berbicara dan bercanda sambil makan siang. Aku benar-benar diam menunduk menahan hasrat ingin menjerit. Bisa makan di satu meja bersama pria idolaku jelas membuatku semakin gila. Sejak tadi aku dikejutkan dengan kejadian-kejadian yang membuatku memilih jadi pendiam.
Tiba-tiba datang dua orang pria mendekat ke arah meja kami bertiga. “Oy bang, gabung sabi kali”
Dua orang pria dengan perawakan tidak begitu tinggi, yang satu dengan rambut agak gondrong dan satunya dengan topi snapback berwarna hitam. Kedatangan mereka ke meja kami disambut ledekan-ledekan dari dua pria yang sejak tadi menyantap makan siang bersamaku.
“Bro ambilin dong, tarik aja kesini tuh kursinya” perintah si pria dengan rambut agak gondrong.
“Yee ... enak ye lu maen duduk aja” protes si pria dengan snapback di kepalanya.
Mereka adalah Aris dan Jay. Haris atau dikenal Aris adalah nama si pria yang rambutnya agak gondrong, Ia keyboardis dari grup band S&T. Yang satunya lagi adalah Jay, si pria dengan snapback dan pakaian serba hitam. Jay adalah seorang gitaris dan main rappernya S&T. Jay ini dikenal playboy dalam artian baik, karena temannya banyak dari kalangan wanita terkenal dan cantik tapi Ia tetap memilih jomblo.
Setelah keduanya duduk dan bersiap untuk makan, tiba-tiba Sam bergabung bersama kami. Benar-benar aku jadi lebih pendiam lagi di antara pria-pria tampan ini.
“Gila, gue berasa paling cantik disini” gumamku dalam hati.
Galang memperkenalkanku di sela kegiatan makan siang ini. “Eh ini kenalin Ravena, calon produser kita”
“Hai Ra, gue Aris. By the way gue suka blazer lo cakep banget” sapa si pria gondrong yang memang dikenal sebagai fashionista di agensi ini. Omong-omong Ia juga selebgram.
“Hai, gue Jay. Gue yang paling tampan di agensi ini” Jay si pria snapback dengan pipi chubby itu berusaha memperkenalkan kegantengannya kepadaku.
“Ra gausah didengerin banget dua bocil ini, emang berisik anaknya” canda Galang sambil menyentuh punggung tangan kiriku.
“By the way, lo kenal S&T ga?” tanya Jay dengan mulut penuh makanan yang membuat pipi chubbynya menggembul lucu.
“Kenal dong, gue juga sebenernya udah pada tau nama-nama kalian” jawabku sambil menahan kegemasan melihat si lucu Jay.
“Kalo gitu, yang paling ganteng menurut lo siapa?” Jay terlihat excited menunggu jawabanku.
“Jay lah siapa lagi” jawabku yang disambut tepukan tangan cukup meriah hingga membuat si empunya tangan berdiri kegirangan.
“Beneran gue?” tanyanya pelan memastikan jawabanku jujur tidak berbohong.
“Heeum, Jay kan yang paling ganteng. Bener kan?” tanyaku kepada Galang dan yang lain yang memberikan ekspresi aneh dan tidak percaya.
“Jay, lu tau gak, sebenarnya dia tuh cuma nyenengin lu doang” Aris mencoba menyulut emosi Jay. Ya tentu emosi bercanda pastinya.
“Kalo Jay yang paling ganteng, trus yang kamu idolain banget siapa, Ra?” Galang mencoba masuk ke pembicaraanku dan yang lainnya.
Menahan senyum malu hanya bisa ku jadikan respon kepada Galang dan yang lain. Malu bukan main aku ditanya mengenai pria idolaku di S&T.
“Hem iya siapa, Ra” Aris menimpali pertanyaan serupa.
“Jadi penasaran gue” Jay juga mencoba memaksaku menjawab pertanyaan.
“Chris” jawabku singkat dengan nada pelan.
Tanpa sengaja mataku dan mata Chris bertemu. Iris pria itu cukup kecil dan mungil sehingga terlihat sangat menggemaskan seperti biji buah kelengkeng. Hanya diam yang ada di antara aku dan Chris. Si empunya iris mata kecil bak biji buah kelengkeng itu hanya memberikan senyuman manis, amat sangat manis.
“Wah bener kan apa kata gue, cewe kayak Ravenna sih sukanya ya sama Chris” Aris tiba-tiba meriuhkan suasana pemilihan idola di meja makan.
“Sejak kapan lu ngomong dah gue tanya sejak kapan?” Jay menyahuti temannya itu sambil mengangkat sendok di udara tanda ingin segera memukul Aris.
Chris, Galang dan Sam hanya bisa tertawa melihat tingkah dua pria dewasa yang seperti bocil itu. Ya, bocah cilik, mereka seperti bocah-bocah cilik yang berisik jika disatukan. Aku juga ikut tertawa melihat tingkah keduanya. Ternyata tingkah yang selama ini hanya bisa ku lihat dari layar tidak jauh berbeda dengan kenyataannya. Keduanya sama lucu dan berisik, tapi aku yakin mereka bisa meningkatkan mood ketika sedang buruk.
“By the way, thanks ya, Ravenna” Chris menatapku lekat masih dengan senyum manisnya.
Aku yang ditatap tidak mampu bernafas. Dipanggil dengan namaku sepenuhnya membuat aku salah tingkah.
“Sama-sama, Kak” jawabku singkat dan ku yakin saat ini pipiku memerah persis kepiting rebus.
“Panggil Chris aja, biar lebih santai”
“Aah, iya Chris”
Suaranya sangat manis seperti popcorn yang dilapisi penuh caramel. Pantas saja Ia bisa terkenal sebagai vokalis. Band S&T ini memang terkenal dengan keseluruhan anggota grupnya yang piawai menyanyi. Tidak heran mereka banyak digemari para gadis, suara Chris saja sudah membuat jiwaku meleleh. Apalagi suara mereka berlima jika dipadukan.
“By the way, Ra. Aku masih kepikiran sama lagu kamu tadi” Sam memotong sesi salah tingkahku akibat senyum Chris.
“Lo bener-bener ya, Sam. Udah kek, masih di meja makan ini” protes Galang sambil memukul piring dengan sendok dan menghasilkan bunyi ribut.
“Engga gitu bro, gue penasaran dapet inspirasi darimana bisa sebagus itu lagunya”
“Ah itu, pas buat liriknya aku sambil dengerin lagu Crazy in Love yang official soundtracknya, Kak” jawabku mencoba membantu Sam menghilangkan penasarannya.
“Oh pantesan, trus ide heavy breathnya dari intro lagu itu juga berarti?” tambahnya.
“Engga, Kak. Heavy breathnya aku terinspirasi dari lagu salah satu grup dari Korea yang judulnya Red Lights”
“Hem tau gue lagu Red Lights” Aris tiba-tiba masuk ke pembicaraanku dan Sam.
“Lo udah denger lagu Ravenna, Ris?” tanya Galang ke pria semi gondrong itu.
“Belom” jawabnya masih dengan mengunyah santapan terakhirnya.
“Coba dengerin deh, seru banget kata gue” Jay merespon Aris dan Galang.
“Lo udah denger?” Aris bertanya ke Jay sambil kebingungan sejak kapan Ia mendengar dan mengetahui lagu yang mereka bicarakan.
“Udah, kemarin dikasih denger sama Bang Chris di studionya” jawab Jay.
“Gimana? Turn on gak kalian?” Sam bertanya kepada keduanya.
Jay terdiam menunjukkan ekspresi terkejut yang kutangkap ekspresi itu sangat lucu persis seperti tupai yang ketahuan mencuri kenari. Mata bulatnya terbuka lebar dan bibir kecilnya ikut membulat. Sedangkan Chris hanya merespon dengan tawa kecil.
“Gila lo” kata Chris singkat.
.
“Disini, Ra. Kamu bisa hapus aja melodi yang bagian ini, ganti dengan melodi biola sedikit aja untuk menambah kesan R&B nya dan juga bisa menambah kesan seksinya” Sam mengoreksi lagu yang sejak tadi kami bicarakan.
Sesi makan siang tadi kami akhiri karena waktu terus berjalan dan masing-masing dari kami memiliki kewajiban di agensi ini. Meskipun aku masih masa pelatihan, tapi aku juga punya kewajiban menyelesaikan lagu yang pernah kukirimkan ke agensi. Dengan bantuan Sam aku memperbaiki laguku agar lebih baik dan layak dirilis.
“Oh iya, Kak. Emang kalo pake melodi yang tadi agak lebih berisik jadi susah nembus kesan seksinya sih sebenarnya menurut aku”
“Nah iya bener. Udah bagus sebenarnya pilihan kamu tapi lebih bagus kalau ditambahin dikit di bagian yang tadi aku bilang di versenya” Sam mencoba merubah susunan laguku dan memutarnya lagi untuk dikoreksi.
“Iya, Kak. Oiya untuk bagian endingnya itu aku pengen ganti buat yang suaranya fade out gitu kira-kira gimana, Kak?” tanyaku memberi saran kepada Sam.
“Bagus juga, tapi kalau bisa jangan jauh-jauh dari kesan heavy breath yang di intro. Biar masuk aja gitu ke lagunya kan dimulai dengan intro begitu” jelas Sam.
Sam mencoba memutarkan lagu yang telah kami koreksi sejak tiga jam lalu. Terlihat kaki dan kepala Sam bergerak seirama dengan mata terpejam tanda Ia menikmati lagu yang telah dikoreksi.
“Gimana?” tanya Sam setelah lagu itu selesai di bait terakhir.
“Bagusan begini, Kak. Kalau bagian bridgenya ditambah lagi gimana, Kak? Kurang lama menurut aku”
“Bisa, tapi ini udah sore banget, Ra. Besok aja kita lanjut lagi gimana?” Sam menjawab sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
“Boleh, Kak”
Sekedar informasi mengenai pembicaraan kami mengenai lagu tadi. Intro itu kependekan dari Introduction yaitu pembukaan yang digunakan untuk mengawali lagu, verse yang dimaksud disini adalah musik pada verse yang mengandung melodi dan ritme, brigde disini dimaksud transisi atau musik transisi, sedangkan ending untuk mengakhiri sebuah lagu. By the way, aku juga masih awam banget mengenai bagian-bagian lagu. Informasi ini ku dapat hasil dari googling sebelum berangkat ke agensi di hari penandatanganan kontrak kerjaku disini.
Saat aku bersiap untuk pulang, tiba-tiba pintu studio terbuka dan menunjukkan Galang dari balik pintu.
“Udah selesai?” tanya Galang.
“Udah, Kak”
“Pulang bareng aku aja, Ra” Galang menawarkan tumpangan.
“Boleh, Kak” Aku menerima tawaran Galang.
Memang arah apartemen kami berdekatan, Jadi aku tidak merasa keberatan ditawari tumpangan seperti itu. Setelah selesai bersiap, aku dan Galang berjalan ke arah parkiran. Agensi ini menyediakan lokasi parkir berseberangan dengan gedung. Sebab itu, tadi pagi aku bisa berpapasan dengan Galang di halaman gedung.
“Kak, kemarin kamu ngirimin donat ‘kan?” tanyaku ke Galang yang sedang menyetir.
“Iya, Ra. Aku gak konfir dulu ke kamu ya, untung drivernya gak salah alamat” jawabnya masih dengan fokus terbagi ke jalanan yang padat.
“Iya, Kak. Aku heran soalnya perasaan aku gak lagi mesan apa-apa kok tiba-tiba udah ada delivery-man di apartku”
“Hahaha jadi kok bisa tau dari aku gimana ceritanya?”
“Aku tanya lah ke delivery-man nya, terus dia bilang dari Galang Aditama. Baru aku bisa lega, by the way makasih ya kak. Aku malam itu lupa ngechat kamu soalnya keasikan makan donat” candaku yang dibalas tawa.
“Haha bisa aja kamu. Iya sama-sama, Ra. Itu kemarin aku lagi lewat toko donat terus keingat kamu, makanya aku kirimin”
“Loh kok bisa keingat aku, deh. Mukaku mirip donat gitu maksudnya?”
“Engga. Tapi kemarin aku lihat di tas kamu ada keychain bentuknya donat jadi pas lihat toko donat tuh kebayang kamu gitu”
“Ya ampun kak, random banget tapi makasih banyak loh. Jadinya ada orang yang inget aku hahaha”
Perjalanan pulang kami dihiasi canda dan tawa, sambil beberapa kali terdengar lagu-lagu yang terputar di pemutar musik. Galang benar-benar bisa membuat siapapun merasa nyaman di dekatnya, pantas saja Ia memiliki banyak teman dan kenalan. Selama perjalanan kami juga bertukar cerita. Galang ternyata punya hobi bercerita dan sepertinya Ia merupakan pendengar yang baik. Melihat dari bagaimana Ia merespon dan mendengarkan cerita-cerita ku.
“Makasih banyak ya, Kak” ucapku pada Galang setelah tiba di apartemenku.
“Sama-sama, Ra. Ntar kalo butuh apa-apa bisa kabarin aku ya, apart kita juga deketan ternyata” Galang lagi-lagi menawarkan bantuan kepadaku.
Tidak perlu heran karena Galang ‘kan managerku. Tentunya Ia yang mengurus dan membantuku selama masa kontrakku. Dan aku tidak perlu merasa khawatir kalau harus pergi dan pulang kerja bersama ke agensi.
“Huh capeknya” keluhku begitu membuka pintu apartemenku.
Sebenarnya tadi aku juga tidak terlalu banyak melakukan kegiatan, tapi sepertinya aku kecapekan karena menahan diri di depan Chris Hahaha. Ternyata salah tingkah seharian itu capek juga, ya.
Ku rebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Tentu aku sudah melepaskan blazer yang disukai Aris tadi. Sambil merebahkan badan akupun membuka smartphoneku untuk sekedar melihat keadaan dunia melalui aplikasi sosial media burung biru. Ternyata aku mendapat pesan dari seorang temanku, Nay.
“Hey, Baby! How u doin? Udah lama banget kita gak curhat-curhatan heh” isi pesan dari Nay. Pesan itu ternyata sudah 3 jam yang lalu dikirim.
“Eh yaampun, Nay. Maaf banget gue baru cek twt. Nomor lo masih yang lama kan? Ntar gue chat dari situ aja, ya” balasku masih melalui pesan.
Tiba-tiba saja smartphoneku berdering. Nomor yang tidak dikenal sedang meneleponku. Siapa ini kira-kira.
“Halo?” tanyaku setelah mengangkat panggilannya.
“Ra, ini gue Nay. Gue ganti nomor trus lupa ngabarin ke elu, padahal nomor lu masih gue simpan” Suara dari seberang telepon itu ternyata Nay.
Nayla atau yang kerap kusapa Nay adalah teman pertamaku semenjak menjadi fans band S&T. Kami berdua sama-sama menggemari S&T akhir-akhir ini. Kalau aku memilih Chris sebagai pria idolaku dari S&T, Nayla memilih Jay sebagai prianya. Awalnya kami hanya bercerita mengenai hal-hal yang berkaitan dengan grup S&T, tapi lama kelamaan kami jadi sering berbagi cerita kehidupan masing-masing. Nay yang kukenal melalui sosial media itu sudah mengetahui kisah baik dan buruk hidupku dan begitu juga denganku yang mengetahui tentangnya. Namun belakangan sekitar 2 bulan ini kami belum berkomunikasi, sepertinya karena kesibukan Nay.
“Oh Nay yaampun gue kira siapa deh. Gimana kabar lu?”
“Baik, gue baik. Elu gimana? By the way gimana itu track yang sempat lu kirim ke agensi?”
“Gue keterima, Nay. Alhamdulillah gue udah mulai masuk agensi”
“Puji Tuhan, Ra. Lucky banget lu, gue seneng pake banget. Emang di agensi mana? Jadi lu masih tinggal di apart atau gimana dah?”
“Di agensi SOS, Nay. Masih, gue masih tinggal di apartlah jadi dimana lagi”
“Ra lu kacau banget bisa masuk agensi situ, gue nangis ini” Terdengar suara jeritan Nay dari seberang telefon tanda Nay benar-benar menangis. Sepertinya Ia terharu.
“Eh, Nay. Napa lu yang nangis heh udah gak usah nangis heh” ucapku sembari mencoba memintanya untuk tidak menangis. Khawatir orang akan melihatnya menangis dan mulai berasumsi bahwa terjadi sesuatu tidak menyenangkan kepada Nay dari telefon ini.
“Berarti ... hiks ... berarti lu bakal ketemu Jay ... hiks ...” katanya di sela tangisannya.
“Iya gue baru aja tadi ketemu sama cowok idaman lu. Ganteng banget dia tuh, Nay. Anaknya lucu juga berisik gitu” kataku mencoba menceritakan ulang pengalamanku bertemu pria idola Nay.
“Lucky banget lu, Ra. Salamin ya dari Nayla pacar yang bentar lagi jadi istri sah Jay Arkan yang paling ganteng” kata Nay mencoba menirukan gaya bercanda persis Jay yang memiliki tingkat percaya diri yang tinggi.
“Nay, sumpah gaya bicara lu begitu mirip banget sama Jay”
“Ra, asli deh tadinya gue lupa sama Jay karena gue mau selingkuh ke Chris aja soalnya Jay berisik banget bikin kangen, kalo Chris kan walaupun agak berisik tapi gak pake banget berisiknya hahaha”
“Heh lu coba melakorin laki gue lu? Gue samperin lu ke rumah lu ya awas aja kalo jadiin Chris selingkuhan lu”
Begitulah candaan dua wanita jomblo yang sedang membicarakan pacar halunya masing-masing. Bagaimanapun seriusnya pembicaraan kami, pasti ada saja celah buat membicarakan dua pria idola yang menjadi alasan kenapa kami jomblo. Meskipun arah pembicaraan kami terdengar begitu kekanakan dan aneh, tapi sebenarnya kami sering mencurahkan isi hati satu sama lain. Saling bercerita dan memberikan solusi. Faktanya kami tidak pernah bertemu, dan hanya berkomunikasi melalui video call atau sekedar bertukar pesan teks.