bc

DILAUTAN SUCIMU

book_age18+
2
IKUTI
1K
BACA
family
fated
brave
tragedy
bxg
genius
city
highschool
pack
small town
childhood crush
like
intro-logo
Uraian

"Memang, aku bukanlah orang yang datang ke dunia dengan seribu keberuntungan, tapi tidak mampukah dunia menampung kerapuhanku?" ini adalah perjalanan hidupku mencintai Tuhanku.Ditampar oleh pengalaman, diludahi oleh waktu dan ditendang oleh ketidakberhargaan. Pernah suatu kali aku bertanya, "Mengapa aku tidak diberi kesempatan seperti teman-temanku yang selalu diberi luang?" Yang ku dapat bukanlah jawaban atas pertanyaanku, atas sesaknya dadaku, tapi sebuah pertanyaan yang akhirnya memaksa aku untuk bungkam."Nol! pekerjaanmu nol, kau sama sekali tidak lulus dalam segala hal, bagaimana kami bisa memberikan kepercayaan kepadamu"

"Pikirkan hidupmu, mungkin kau lebih bahagia menjalani hidup bukan seperti kami"

"Tapi aku bahagia disini dan aku mencintai panggilan hidupku"

Tuhan......diruangan berlapis karpet, sabtu itu,menjadi tanda bahwa sudah sedari dulu aku tidak memiliki garis.Boleh aku mengadu?hatiku teramat perih dan tidak ada satu orang yang benar-benar sanggup mendengar keluhku.Gadis protestanmu....tidak pernah mendapat kursi hangat dikatolikmu.Kau melihat jejak air matakudan kau menyaksikan raungku.Sekarang.....bolehkah aku mengadu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Saat Senjaku
"Ketika mataku tertumbuk pada mentari pagi itu, ku ingat bahwa bibirku belum b******u pada sesuatu yang manis, yang pernah kau tawarkan kepadaku ketika pertama kali aku menghirup udara dunia setelah tidur panjang diliang lahatnya ibuku. Dan sekarang apakah aku boleh berdiri disisimu selamanya?" _________ "Sheila, ayo bangun sudah pagi. Nanti kamu telat masuk sekolahnya, lihat abangmu sudah sedari tadi memanggilmu, astaga anak gadis mamak kenapa bisa jadi jelmaan kerbau, sih!" "Ah, Mak. Masih ngantuk tau, mamak gak tau ya aku tadi malam tidurnya jam berapa? jam tiga dini hari! udah ah, bentar lagi aku mandinya, bilang sama abang biar gak usah terburu-buru pergi ke sekolahnya." ujar Sheila menarik kembali selimut yang menutupi ujung kakinya. Begitulah disetiap harinya, Sheila Azahra anak kedua dari dua bersaudara itu dibangunkan, selalu ada saja jawaban-jawaban dari bibir kecilnya untuk memperpanjang waktu tidurnya. Edghard, sang abang harus benar-benar membungkus seribu kesabaran untuk menunggu sang adik disetiap paginya. Karena perjanjian tidak akan ke sekolah jika tidak bersama Sheila, membuat Edghard herus ekstra sabar apalagi menghadapi kemanjaan yang hilang timbul dari sang adik. Ibunya, Neni suharti yang sehari-hari bekerja sebagai Guru SD, juga harus memiliki cara yang ampuh setiap kali membangunkan anak gadisnya. Karena Sheila tidak pernah bisa dibangunkan hanya sekali, pernah sangking kesalnya dengan Sheila, Neni tidak mau membangunkan anaknya untuk ke-lima kalinya, dia ingin Sheila bisa menjadi gadis remaja seperti anak gadis diluaran sana yang secara mandi bisa bangun tanpa harus ada perdebatan disetiap pagi. Ayahnya, Bima Suranta yang bekerja diluar kota, jarang memiliki komunikasi yang penuh kepada dua anaknya, itu membuat mereka sedikit asing dengan kehadiran Bima, meskipun Bima adalah Ayah mereka, tapi melihat lebih sering ditemani oleh Neni, membuat peran Bima sebagai Ayah tidak dibutuhkan oleh kedua anaknya. "Udahlah, Mak. Kalau udah begitu aku pergi aja, ngapain nunggu orang yang selalu banyak alasan untuk bangun" ujar, Edghard memasang Dasi SMA dilehernya. Ternyata, Sheila yang sedikit sadar mendengar perkataan sang abang, terpaksa Sheila harus bangun dan mandi dengan rasa kesal dihatinya. Memang sudah berkali-kali Sheila di nasehati untuk bisa cepat bangun atau setidaknya tidak membantah setiap kali dikatakan dia adalah gadis yang sangat lamban dan malas mandi, tapi karena Sheila notabennya adalah gadis keras kepala dan tidak peduli membuat semua nasihat dari Ibunya ataupun dari Abang, tidak pernah dijadikannya sebuah nasehat yang benar-benar harus didengarkan. Itu juga yang membuat Neni memiliki kecemasan yang berlebih untuk masa depan anak keduanya itu, bagaimana nanti jika Neni tidak berada disisi Sheila lagi, apakah akan ada orang sesabar dirinya dalam membangunkan anak gadisnya itu? adakah orang yang setia mendengar omelan kecil dari mulut Sheila setiap kali kaos kaki kecil berwarna pink kesayangan Sheila tidak terlihat? apalagi jika nanti Sheila memutuskan untuk kuliah yang berada sangat jauh dari rumah, tentulah Neni tidak akan percaya bahwa Sheila bisa mengurus dirinya sendiri, meski dalam hal kecil sekalipun. Karena hingga sekarang usia Sheila yang menginjak tujuan belas tahun, segala t***k bengek hidup Sheila, hanya Nenilah yang tau dan mengerti sedangkan Edghard, abangnya tidak mau ambil pusing dengan itu semua. "Loh, ko bangun. Enggak jadi lanjut tidur? katanya masih ngantuk" sindir Edghard, masih memasang sepatunya. Disindir seperti itu Sheila semakin kesal, ia berjalan dengan menghentakkan kakinya membuat Neni hanya bisa menggelengkan kepala dan menyuruh Sheila untuk segera bergegas. "Dek, ayo cepat. Makanan udah Mamak bontotin, Mamak masak makanan kesukaan mu" ujar Neni, kembali menyiapkan dirinya yang juga akan berangkat ke sekolah untuk mengajar. Disetiap harinya tidak ada yang tidak memiliki kesibukan, Ibu dan kedua anaknya itu selalu saja memiliki aktivitas yang membuat mereka jarang berada dirumah, hanya waktu liburlah itupun hanya dua atau tiga jam saja, selain itu mereka semua disibukkan dengan hal-hal yang menurut mereka penting. Itu juga yang membuat Edghard dan Sheila selalu lupa bahwa mereka memiliki seorang Ayah yang bekerja diluar kota untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan mereka. "Mak, nanti aku pulang agak sore ya, soalnya tadi Pak Bimo nge-wa katanya kamu bakal latihan Paskibra mulai hari ini setiap jam pulang sekolah" tutur Edghard, memberitahu. Sheila yang tidak mau ketinggalan juga tiba-tiba mengacungkan jari telunjuknya membuat Neni menyerngit tanda ia tidak mengerti. "Aku juga, ada kelas tambahan. Mumpung Bu Tio lagi gak sibuk, jadi aku bisa ambil kelas tambahan itung-itung buat tambah nilai. Boleh kan, Mak?" ujar Sheila diiringi dengan senyum Pepsodent andalannya. Mendengar bahwa kedua anaknya memiliki kesibukan yang sama dengannya, Neni mengangguk dan mengijinkan jika mereka bertiga tidak akan dirumah sampai sore nanti. "Kita seperti ngekost ya, hanya numpang tidur dan sarapan setelah itu entah kemana aja" ujar Neni, tertawa kecil. Padahal dulu sebelum menikah dengan Bima, Neni selalu bermimpi rumah hasil jerih payahnya dengan Bima setiap jam selalu diisi oleh mereka berempat, nyatanya Bima yang setelah kelahiran Sheila langsung dipindah tugaskan ke Bogor dan Neni ibu rumah tangga yang selalu tersenyum itu naik pangkat sebagai guru PNS disekolah ia mengajar dengan jam mengajar lebih padat dari sebelumnya, sedangkan Edghard anak pertama mereka yang langsung ikut Dunia atletik dan organisasi yang setiap harinya ada saja pertemuan -pertemuan yang meminta hampir seluruh waktunya ditambah tahun ini dia berada dikelas akhir masa tahun SMA nya, sedangkan Sheila yang sering ditinggal dirumah juga tidak mau ketinggalan jadinya ketika lulus SMP dia mencoba masuk kelas sastra dan mengambil kelas-kelas tambahan untuk menunjang penampilannya dalam belajar, karena alasan tidak mau menjadi satpam dirumah sendiri membuat Sheila yang sebenarnya ingin bermain bersama teman-teman seumurannya mengurungkan niatnya dan mengambil kesibukan yang hampir setara dengan orangtua dan Abang satu-satunya itu. "Hah.... hehehe" mendengar kekehan Sheila yang sedikit terpaksa, Edghard menatapnya dengan tajam. "Apaan sih, kan kata Mamak bener, aku cuma bantu ngetawain soalnya keluarga kita memang lucu. Rumah sebesar Istana tapi yang huni cicak, kecoak nyamuk. Lah kita? malah sibuk entah dimana" Edghard segera berdiri dan merangkul tas dipundak sebelah kanan, "Mak, kami pergi sekolah ya." pamit Edghard yang disambut coletehan oleh Sheila yang ternyata belum selesai menghabiskan makananya. "Ah, Abang. Aku belum selesai tau," "Naik angkot aja nanti, udah hampir telat" "Enggak mau.. pokoknya aku enggak mau naik angkot, Mak! Abang nakal banget sih" Neni hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat kedua anaknya itu yang setiap pagi selalu bertengkar membuat kepalanya yang dipenuhi data-data siswa yang hampir lulus semakin berdenyut, setiap pagi drama kecil seperti inilah yang selalu ia saksikan. Dia jadi rindu dengan Bima yang sudah satu Minggu tidak memberik kabar kepadanya. "Abang, jangan nakalin adeknya. Sheila kamu juga harus bisa cepat nanti telat bagaimana? jangan mengandalkan Abang kamu yang ketua osis ya sayang, dia juga kalau salah bakal dihukum sama Guru." Nasehat Neni, membuat Edghard tersenyum puas, pagi ini dia benar-benar dibela oleh Sang Ibu. Membuat Sheila akhirnya manyun karena tidak mendapat pembelaan seperti biasanya. "Udah ah, lama banget jadi orang" "Abanggggggg...." #Berikan suara

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.9K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook