bc

Dijodohin mantan

book_age16+
1.3K
IKUTI
4.3K
BACA
love-triangle
HE
goodgirl
drama
sweet
bisexual
humorous
first love
friendship
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Apa yang terjadi setelah diputusin pacar?. Nangis, galau, Move on, terus cari pacar lagi?. Eeh.. Ini yang ada justru mantan jodohin kita sama temennya.

Setelah putus dari kekasihnya, ananda oktavia atau yang akrab dipanggil Chacha itu tak bisa lagi menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Alasannya cowok itu sama saja. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan air mata. Sedih, karena cinta pertamanya harus kandas dan lebih memilih menjalin hubungan yang baru dengan sahabatnya sendiri, Risa. Kasihan melihat mantan kekasihnya yang semakin kurus dan berantakan. Haikal mantan kekasih Chacha,

berinisiatif menjodohkan caca dengan salah satu temannya, Rayyan. Sedikit rumit sihh... Kira-kira bagaimana ya kisahnya.

Cover by Book Cover Maker (w*****d & ebooks designer)

chap-preview
Pratinjau gratis
Putus
Ananda Oktavia, atau kerap dipanggil Chacha. Wanita muda berparas cantik, serta baik hati. Berusia dua puluh dua tahun, namun tampak lebih imut dari kebanyakan orang yang seusia dengannya. Mempunyai tinggi serta bentuk tubuh yang standart, tidak terlalu kurus tak pula terlalu bantat. Rambutnya lurus panjang sampai batas pinggang, berwarna hitam dengan poni tipis menutupi dahi luasnya. Makanan favoritnya, segala macam masakan asalkan enak dan tidak beracun tentunya. Hehehe. Hobinya bermain dan bersenang-senang. Sehari-hari ia mengajar di Taman Kanak-Kanak Kasih Bunda. Rasa cintanya pada anak kecil, membuatnya lebih memilih bekerja sebagai guru TK dari pada harus bekerja di kantoran. Menurutnya melihat polah tingkah anak kecil menjadi kesenangan tersendiri baginya. Chacha sangat bahagia dengan profesi yang sudah dijalaninya hampir dua tahun itu. Meskipun gajinya kecil, Chacha tak pernah mempermasalahkan hal tersebut. *** Dituduh berselingkuh oleh pacar sendiri membuat seorang gadis merasa begitu kesal dan marah besar. Berkali-kali gadis itu menjelaskan. Namun, sang kekasih masih juga tak percaya dengannya. “Sudah berapa kali aku katakan sama kamu. Aku tidak selingkuh!” ucap seorang gadis dengan suara bernada tinggi. Bernama Chacha. Sedang, sang kekasih masih enggan untuk menerima penjelasan dari gadisnya. “Lalu, ini semua apa!” teriak seorang cowok tak kalah tegas. Haikal panggilannya. Chacha menatap tajam tepat di kedua manik mata Haikal. “Ini hadiah.” Jawab gadis itu tegas. Pun Haikal tak kalah tajam, membalas tatapan mata Chacha. “Iya, hadiah dari selingkuhan kamu ‘kan?” kata Haikal, murka. Guratan kemarahan terlihat jelas di wajah tampannya. Chacha menggaruk kepalanya, frustasi dengan tuduhan bertubi-tubi yang diberikan oleh Haikal. Tuduhan tak mendasar yang berujung pada kesalah pahaman. “Terserah kamu mau bilang apa. Aku sudah jelaskan semua berkali-kali sama kamu. Aku tidak selingkuh. Ini semua,” tunjuk Chacha pada sebuah kotak kado dan sebuket bunga di tangannya. “Hadiah dari teman lama aku. Salah, kalau aku menerimanya?” Ucapnya balik bertanya. Haikal tampak mencibir, menaikkan sebelah bibirnya dengan senyum yang terlihat meremehkan. “Kamu pikir aku percaya, dengan alasan kamu. Teman lama,” Sindir Haikal. Sengaja mengucap dua kata terakhirnya dengan penuh penekanan. “Kenapa sih, kamu tidak mau percaya sama kata-kata aku,” lirih Chacha. Tersirat nada keputus asaan dalam kalimat yang diucapkannya. Kedua matanya tak lepas menatap manik mata hitam cowok didepanya. Haikal tampak menghela nafas, cowok itu masih kokoh pada fakta yang dilihat sendiri oleh mata kepalanya. “Bagaimana aku bisa percaya. Kamu jalan berdua sama dia, gandengan tangan sama dia, pelukan sama dia, dan lagi, kamu pakai acara cipika cipiki pula. Kamu pikir, itu tidak menjelaskan, hubungan kamu sama dia lebih dari seorang teman lama.” Tuduhnya. Chacha menggeleng lemah. “Harus dengan kalimat apa lagi aku jelaskan semua sama kamu. Aku sama dia, tidak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami murni sebatas teman saja.” Tukas Gadis itu. Ia menarik nafas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan. Untuk sesaat gadis itu tidak tau harus berbuat apa. Kepalanya terasa pening. Juga, otaknya terasa begitu lelah untuk berpikir dengan jernih. “Oke, sekarang mau kamu apa?” tambahnya. Ingin secepatnya lepas dari masalah yang menimpa hubungannya. Hening sesaat. Hanya sorot mata yang saling beradu tatap. Menyelami dalamnya perasaan, yang tak akan pernah terukur oleh akal. Percaya dengan hati, atau bukti. Dua sisi berbeda yang sulit untuk dimengerti. Mau mempercayai hati. Namun bukti, sudah nyata terjadi. Ternyata, hanya membutuhkan sepercik api untuk mengubah haluan cinta seseorang. Mengubahnya menjadi kecemburuan berlebih, kemudian membakar hati, dan menguasai diri. Sampai dengan mudahnya, seorang Haikal melepas begitu saja sang kekasih hati, pun juga janji cita-cita bersama yang ingin diarungi. “Aku mau kita putus. Hubungan kita berakhir sampai disini. Detik ini juga.” Tegasnya. Dengan sorot mata tajam, yang berhasil menghunus tepat di jantung hati Chacha. Rasanya kilatan yang bergemuruh diatas langit meyambar langsung, tepat di jantung hati Chacha. Memporak-porandakan seluruh isinya. Alam pun seolah mengerti dengan perasaan dua insan manusia yang tengah dilanda permasalahan soal Asmara. Awan mendung bergulung, menutup kegelapan malam. Angin pun bertiup kencang, menerbangkan daun-daun, dan kemudian saling berguguran. Kilatan mulai menyambar, menandakan badai akan segera datang. Chacha menatap wajah tampan di depannya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terasa perih, mendengar tuduhan dan juga kata terlarang yang sudah disepakati, tak akan pernah terucap, kecuali muat yang berbicara. Berpikir jernih pun rasanya percuma. Otaknya sudah terpenuhi oleh tuduhan yang tak mendasari akalnya. Bicara baik-baik pun juga rasanya percuma. Cowok yang berdiri didepannya, sudah tak lagi percaya dengannya. Sekeras apapun Chacha menjelaskan, Haikal tetap tak percaya. Merasa bukti yang dilihatnya dengan mata kepala, adalah sesuatu yang nyata, dan dengan sengaja ditutupi oleh Chacha. Mau dikemanakan lagi jika sebuah hubungan sudah tak ada percaya didalamnya. Rasa egonya melambung tinggi, mengalahkan sanubari. Kekerasan kepala mulai menggoyahkan rasa cintanya. Melebur semua kenangan manis, hingga pahit yang terasa. Dengan amarah yang masih melingkupi hati. Tanpa pikir panjang, Chacha pun menegaskan ucapan Haikal. “Oke, kalau itu memang keinginan kamu kita. Putus.” Pungkasnya. Setelahnya, gadis itu berlalu pergi. Dengan air mata yang mulai berderai membasahi pipi. Seiring langkah kakinya, sakit tak berdarah semakin menggerogoti hati. Membelenggu perasaannya dengan segala lara. Rasanya begitu menyesakkan. Langit kembali dengan awan tebalnya, juga butiran-butiran bening yang mulai berjatuhan. Tetesan demi tetesan, hingga berubah menjadi serangan. Mengalir diatas tanah. Membasahi sela-sela terkecil hingga mendasar di ujung bumi. Haikal masih berdiri di tempatnya. Menghiraukan dinginnya air langit yang silih berganti membasahi tubuhnya. Melepas begitu saja punggung gadis yang semakin lama semakin tak terlihat keberadaannya. Selepas Chacha pergi, Haikal menunduk menyesali, kata terlarang yang baru saja diucapkan. Seharusnya ia tak terburu-buru mengatakan. Seharusnya ia mendengarkan kisahnya. Namun, apalah daya, lidahnya terlanjur berkata. Haikal hanya seorang manusia biasa dengan segala kekurangan. Bibirnya terkatup rapat. Menahan jiwa yang ingin sekali menjeritkan namanya. Kedua kakinya sengaja dikunci, tak ingin menghalangi gadis itu melangkah pergi. Lagi-lagi hanya keegoisan yang datang menguasai diri. Kedua matanya terpejam. Dengan berbagai kemungkinan yang meracuni pikiran. Berangan panjang, Chacha akan bersenang-senang diatas luka yang datang menghujam. Sehingga, dengan mudahnya Chacha berlalu pergi meninggalkannya seorang diri. Ditengah hujan. Dan tak peduli lagi. “Aarrgghhtt!?” Haikal meraung, melepas sesak yang mulai menumpuk didada. Memikirkan berbagai kemungkinan. Membuka peluang, untuk kekasih yang bertindak mengkhianatinya. Sungguh kesimpulan yang dibuatnya secara singkat itu sangat memukul batinnya. Berharap nanti ada seseorang yang bersedia mengganti. Mengubah luka menjadi cinta. Dan membawa derita berlabuh kepulau bahagia. “Haikal...” suara merdu seorang gadis menyapa pendengarannya. Diliriknya sesaat, kemudian kembali memandang jejak. Gadis cantik, dengan payung merah di tangannya itu berjalan mendekat. Menghampiri Haikal, dan dengan lembut mengusap pundaknya. Memayungi Haikal dengan payungnya. Menahan air hujan, agar tak sampai melukai kesehatannya. Dan bagi Haikal, itu semua adalah percuma. Batinnya sudah terluka. Jiwanya sudah menderita. Gadis itu melihat Haikal dengan tatapan bertanya-tanya di benaknya. “Apa yang kamu lakukan ditengah hujan seperti ini? Ayo berteduh dibawah payung ini, nanti kamu sakit.” Tutur gadis itu, menawarkan payung di tangannya. Suara merdu gadis itu, seolah tenggelam ditengah guyuran hujan yang begitu deras. Namun, bukan berarti tak sampai kependengaran Haikal. Ia sengaja mengunci bibirnya rapat. Pikirannya masih sibuk, mengingat wajah yang telah pergi meninggalkannya. Seolah tak peduli lagi dengan keadaannya. “Kal,” lirih gadis itu lagi. “Kamu ngomong dong, jangan membuat aku takut seperti ini,” pungkasnya. Detik selanjutnya. Cowok itu bergerak dengan begitu cepat, menarik tubuh gadis di depannya sampai tak bisa lagi mengelak. Memeluk erat dalam dekapannya. Menyalurkan berbagai rasa yang datang menyiksa batinnya. Gadis itu meronta, ingin melepaskan diri. “Kal, kamu ini kenapa?” gumamnya. “Kalau Chacha sampai melihat kita seperti ini, apa yang harus aku katakan?” ucapnya panik. Bingung, itulah yang tergambar di wajah cantiknya. Sedikitpun, Haikal tak peduli dengan rengekan gadis dalam pelukannya. Justru, ia semakin erat mendekapnya. Menikmati setiap detik bersama dibawah guyuran hujan yang sama. Entahlah, payung yang sempat dibawa oleh gadis itu terbang kemana. Hingga hujan yang turun turut serta membasahi tubuh gadis itu. Memejamkan kedua mata Haikal menghirup dalam aroma yang juga sama. Aroma manis kesukaan, yang selalu hadir mengisi harinya. Sekarang pemilik aroma itu sudah pergi. Dan, mungkin tak akan pernah kembali. “Kamu tak perlu mengatakan apa-apa. Sudah tak ada lagi hubungan diantara aku dan dia. Aku hanya seorang diri.” Tuturnya. Gadis itu seketika berhenti meronta. “Apa maksudmu? Apa kalian ...” “Iya, kami baru saja putus.” Potong Haikal dengan cepat. Kedua bola mata gadis itu melebar sempurna. Kedua tangan yang sempat digunakan untuk mendorong d**a bidang Haikal berpindah dibelakang punggung tegapnya. Perlahan, dan membalas pelukannya. Bukan mencari kesempatan dalam kesempitan, hanya saja, pelukan cowok itu terasa begitu nyaman. “Apa yang bisa aku lakukan?” Tanya gadis itu. “Jadilah kekasihku. Singkirkan nama Chacha dari hatiku.” Jelasnya. Gadis itu mengangguk pelan. Namun, masih jelas bisa dirasakan. “Baiklah.” Jawabnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook