Sleep Call

1192 Kata
“Selesai!” ucap Gerald. Setelah itu dia langsung berbaring ke tempat tidurnya, bergegas untuk tidur. Namun saat dia baru saja memejamkan matanya, Liora meneleponnya. Gerald kemudian langsung mengangkat telepon itu. Dengan posisi berbaring, dan ponsel yang diletakkan di sebelahnya. “Halo cantik.” ucap Gerald dengan suara mengantuk. Mendengar suara Gerald yang seperti itu, membuat Liora mendadak terpesona. “Kok malah diem?” “Suaranya cute banget, bikin klepek-klepek.” “Ah bisa aja kamu.” “Kamu udah ngerjain PRnya?” “Udah, baru aja selesai.” “Menurut kamu, soalnya gampang apa susah?” “Ya gitu deh.” “Gitu gimana?” “Ya gitu. Ngapain sih bahas tugas mulu?” “Menurut aku tugasnya tipe normal gitu deh, agak mudah dipahami. Kalau menurut kamu gimana?” “Kalau menurut aku, Liora Salsabila cantik.” “Ih apaan sih?” Liora mendadak tercengir mendengar jawaban Gerald barusan. “Hehe.” Gerald terkekeh. “Ya habisnya males ah, kamu ngebahas tugas terus. Kalau mau bahas tugas di sekolah aja ya sayang.” “Ya emang kenapa kalau aku ngebahas tugas?” “Ya males lah, udah malem, udah ngantuk.” “Baru juga jam 9, masa kamu udah ngantuk?” “Ini udah lebih dari jam tidur aku. Aku biasanya tidur jam delapanan.” “Hah? Seriusan? Cowok tidur di bawah jam 9?” “Aku udah biasa dididik buat nggak tidur larut malem, kecuali kalau malem minggu. Makanya aku kalau udah malem pasti ngantuk, karena sering tidur awal waktu.” “Oh gitu.” “Kamu nelepon aku cuma buat nanyain aku udah selesai ngerjain PR apa belum? Itu doang?” “Nggak kok, aku cuma pengen sleep call-an aja sama kamu.” “Sleep call? Panggilan tidur?” “Jangan dilihat dari artinya, tapi dilihat dari maknanya.” “Maksudnya?” “Sleep call itu istilah bahasa gaul anak muda jaman sekarang. Artinya, teleponan sampe ketiduran.” “Nggak ada kerjaan banget teleponan sampe ketiduran. Ngabisin kuota, ngabisin batre HP juga.” “Ah! Kamu aja yang kudet.” “Udah ya aku ngantuk, mau tidur.” “Nanti ih! Aku masih kangen sama kamu. Aku masih pengen ngobrol sama kamu.” “Kangen? Kita kan tiap hari ketemu di sekolah, terus barusan kita baru aja ngedate, masa kamu kangen?” “Nggak tahu. Aku tuh pengennya ketemu mulu sama kamu. Pengennya deket sama kamu terus.” “Nikah aja kalau gitu.” “Yuk!” “Njir, KTP aja belum punya.” “Ya kamu yang ngajak duluan.” “Ngantuk yang.” “Yaudah tidur, tapi jangan matiin teleponnya.” “Nggak mau, nanti kuota aku mubazir, terus batre aku habis, terus nanti HP aku kepanasan terus rusak.” “Ih! Pelit banget sih, sama cewek sendiri juga. Kuota nggak ngabisin banyak duit.” “Yaudah aku tidur, aku ngantuk.” “Kamu tidur aja, tapi jangan matiin telepon, terus kalau aku ngomong harus tetep dijawab.” “Hmmm.” balas Gerald dengan mata yang sudah terpejam. “Aku pengen denger kamu nyanyi dong!” “Mong ah. Ngantuk!” “Ayang ih cepetan! Pengen denger kamu nyanyi.” “Mong.” “Ayang ih, cepetan! Aku pengen denger kamu nyanyi. Nggak mau tahu, pokoknya harus nyanyi!” “Kamu kayak Ibu-Ibu hamil aja, yang permintaannya harus diturutin.” “Iya emang, aku lagi ngandung Anak kamu. Dede bayinya mau dinyanyiin sama Papahnya nih.” Mendadak, Gerald tertawa mendengar lelucon Liora barusan. “Kok malah ketawa?” “Mmmhh kamu, orang mau tidur malah ngelawak.” “Cepetan nyanyi sayang!” “Nyanyi apa?” “Nyanyi lagu apa aja, nggak perlu full, sebagian liriknya juga nggak apa-apa kok.” “Ngantuk aduh yang.” “Cepet ih! Sekali aja yang please!” Gerald menghela napas panjang, lalu dia langsung menyanyikan sebuah lagu romantis. Liora langsung tersenyum mendengar suara nyanyian Gerald yang begitu memikat hati. “Udah ya.” ucap Gerald yang hanya menyanyikan lagu reffnya saja. “Makasih ya sayang.” “Hmmm.” “Sumpah, aku pengen banget ih meluk kamu.” “Yaudah, peluk aja. Nggak apa-apa kok, kalau aku pingsan, yang penting aku bisa ngasih pelukan buat kamu.” “Aww so sweet.” “Beneran yang, kalau kamu mau peluk aku, peluk aja! Aku nggak apa-apa kok, kalau nanti aku pingsan, yang penting bisa bikin kamu seneng, karena bisa ngasih pelukan buat kamu.” “Nggak mau ah. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, cuma karena aku. Aku udah bikin kamu pingsan kemarin, aku nggak mau bikin kamu pingsan lagi. Apalagi kata kamu, banyak penyakit yang kamu rasain kalau kamu sentuhan sama cewek.” “Aku rela ngerasain rasa sakit itu, demi kamu.” “Jangan gitu ih! Aku nggak apa-apa kok, aku bakalan setia nungguin kamu sampe kamu sembuh. Aku nggak mau ya kamu ngomong kayak gitu lagi, aku nggak mau.” “Yaudah. Tapi kalau kamu bener-bener mau peluk aku, peluk aja ya!” “Aku bakalan ngelakuin itu, kalau kamu udah sembuh dari gynophobia.” “Yaudah, tidur yuk! Udah malem.” “Aku belum ngantuk.” “Kapan kamu ngantuk?” “Aku suka ngantuk mulai dari jam sebelasan.” “Ih! Malem banget.” “Udah biasa aku tidur tengah malem.” “Emang siangnya nggak ngantuk?” “Nggak usah ditanya kalau itumah! Sering banget pastinya.” “Nggak baik loh kayak gitu. Nanti ngeganggu aktivitas belajar kamu. Kalau kamu ngantuk pas belajar di kelas, nanti kamu nggak bakalan bisa mahamin materi yang diterangin Guru. Habis itu anjlok deh nilai kamu.” “Aku emang sering ngantuk kalau di kelas, tapi nggak sampe bikin aku kehilangan fokus kok. Aku masih bisa dengerin Guru ngejelasin materi, walaupun mata aku ngantuk pengen tidur.” “Asli yang, itu nggak bagus banget, tidur sana! Dan jangan tidur malem-malem lagi!” “Ya mau gimana lagi? Mata aku masih seger kalau jam segini. Kalaupun aku paksain tidur, nggak bakalan bisa tidur.” “Bisa kok, kamu matiin aja HP kamu, terus tidur, beres.” “Enak banget kamu ngomong. Coba sekarang kamu yang lagi ngantuk nih, kamu paksain buat melek terus. Bisa nggak kamu?” “Ya nggak bisa dong.” “Ya sama, aku juga nggak bisa, kalau harus maksain mata aku buat ngantuk terus tidur.” “Yaudah deh.” “Yaudah apa?” “Yaudah serah kamu, aku ngantuk.” “Gerald ganteng.” “Udah tahu.” “Sepuluh menit aja ya sayang, temenin aku teleponan.” “Mata aku udah tinggal 2 persen lagi nih.” “Sepuluh menit lagi aja please.” “Nggak ah, aku nggak kuat. Aku tidur duluan ya sayang, see you tomorrow at school. Love you so much.” “Iih ayang ih!” Telepon masih berlanjut, namun tak ada jawaban dari Gerald, sebab Gerald sudah terlelap tidur. “Yang! Sayang? Hmm, kamu udah tidur ya? Yaudah deh, selamat tidur ya, mimpi indah. Makasih udah nemenin aku teleponan. See you too at school tomorrow. Bye, good night.” Liora kemudian mengakhiri telepon, karena Gerald sudah tertidur. Setelah itu dia tersenyum senang, karena rasa rindunya terobati, meskipun hanya melalui telepon.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN