PERTARUNGAN

1577 Kata
Malam itu adalah malam pertamaku mengobrol bersama Steve lewat telepon. Dan yang paling membuat ku tak menyangka adalah, Dia rela pergi ke rumahku setelah ku pukul kepalanya dengan sebalok kayu hanya karena ingin menemuiku. Tapi yang membuat mulutku tak bisa berkata-kata adalah Saat dia melontarkan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang begitu membuat bingung untuk menjawabnya. “ apakah kau tadi beradi di rumah sakit elit? rumah sakit Oxford?” Itulah pertanyaan yang di lontarkan olehnya. Aku mengedipkan mataku berkali-kali tak tau harus menjawab dengan kata apa. Kemudian aku mencoba mengelak. “ tadi pagi aku memang berada di jembatan kota. Aku tidak pergi ke rumah sakit itu sama sekali. “ jawabku. “ apa itu benar? tapi pakaianmu sama dengan pakaian seseorang yang berada di rumah sakit itu” “ mungkin saja kebetulan. Ayolah jangan menanyakan yang tidak-tidak” kataku. “ hmm baiklah, ngomong-ngomong aku akan bertarung dengan mantanmu” ucap Steve padaku. “ ma-maksudmu Louis? pria yang menjadi pengawal ayahmu kan?” kataku terkejut. “ iya” “ apa maksudmu kenapa harus bertarung?”ucapku dengan nada tinggi. “ tidak apa, kau terlihat mengantuk” ujarnya. “ kau harus beristirahat, selamat malam” tambahnya dengan suara yang terdengar manis. “ tidak tidak tunggu dulu” Namun dia telah lebih dulu menutup ponselnya. Aku melempar ponselku ke ranjang. “ payah, aku tidak mau mendengar kata-kata manisnya. Membuatku hampir gila” gumamku menggerutu. “ tapi apa benar dia akan bertarung dengan Louis? bagaimana jika Louis melakukan yang tidak-tidak padanya?” *** Kemarin Louis dan Steve saling menatap tajam. Dan mereka mulai berencana untuk melakukan suatu permainan. Permainan yang akan membuktikan bahwa mereka adalah laki-laki jantan. Louis duduk di ranjangnya sembari memutar-mutarkan ponselnya. Ia sedang memikirkan sebuah hukuman yang akan ia berikan jika ia mampu mengalahkan seorang Steve. Steve sendiri berdiri di hadapan Cermin sambil menatap bayangannya sendiri. Dia pun telah memikirkan rencana yang akan ia berikan pada Louis jika Louis tak bisa mengalahkannya. “ lihat lah, Jika nanti kau kalah. Aku ingin kau menjauhi Irene” ucap Steve. Mereka dua saling menyiapkan dan memantapkan diri untuk bertanding. Steve mulai berjalan ke arah paviliun Louis dan mengetuk pintu ruangannya. Hari ini Louis di liburkan karena Steve membuat sebuah permohonan pada Zacklee untuk memberikan pengawal kesayangannya cuti dalam sehari. Pagi tadi di kantor Zacklee, Steve lari masuk ke ruangan ayahnya. Ayahnya sedang sibuk menelpon rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Dia berdiri sejenak menunggu ayahnya selesai melakukan perbincangan. Setelah berlama-lama ia berdiri, akhirnya ayahnya pun menutup telponnya lalu merotasikan matanya ke arah Steve. “ apa yang membuatmu datang kemari?” tanyanya pada sang putra. “ aku menelponmu berkali-kali, tapi kau sibuk. Aku ingin meminta izin pada ayah” jawabnya. “ apa?” “ aku mau pengawal kesayanganmu hari ini libur” ucap Steve. “ APA?” kata Zacklee dengan nada tinggi. “ maksudmu Louis? dia sibuk mencari dan memata-matai Vincent. Ayah ingin melawan Vincent” imbuh Zacklee. “ aku ingin Louis cuti dalam satu hari. Hanya sehari saja” paksa Steve sambil mendekatkan badannya ke arah ayahnya. “ baiklah terserah saja” jawabnya. *** Tok tok tok Steve akhirnya mengetuk pintu kamar Louis. Dia menolehkan kepalanya ke arah pintu kamarnya dan berjalan ke arahnya dengan tegap. Steve berdiri dengan tampan di hadapannya dengan rambut undercut. “ ayo ke taman rumah” ucap Steve dengan tampang datar “ apa kita benar-benar akan bertanding di sekitar rumahmu? aku sendiri tak mau melihat wajah ibumu pucat pasi karena sendok emasnya bertarung dengan pria jantan sepertiku” ujar Louis mengolok-olok. Steve mendengus sambil membuat smirk di wajahnya, “ kau mau kemana? aku akan menuruti perkataanmu” “ terserah padamu, sesuai dengan permainan yang akan kau ajukan” jawab Louis. Steve mengajak Louis ke suatu tempat dengan menumpangi mobil Sport miliknya. Dia mengajaknya ke tempat olahraga elit yang di miliki oleh ayahnya. Saat tiba di sana, mata Louis berbinar karena tidak pernah datang ke tempat mewah seperti ini. Louis terus mengikuti kemana perginya Steve. Rupanya Steve pergi ke ruang permainan untuk bermain Bowling. Mulut Louis menganga lebar bahkan dia sampai membuat gelak tawa dengan lebar. “ ahahahaha apa ini permainan yang kau ajukan untuk mengetahui letak kejantananmu?” ucap Louis dengan suara tawanya yang nyaring. Lagi-lagi Steve memasang wajah Smirknya sambil memegangi bola bowling. “ jangan tertawa begitu lepas, karena kau belum tentu bisa mengalahkanku” “ Steve..Steve ku pikir kau akan mengajakku bergulat atau apa. Tapi kau mengajak bermain permainan seperti ini” “ bilang saja kau tak bisa bermain” jawab Steve. Louis kali mendengus dan menyoroti kedua mata Steve di iringi dengan bibirnya yang di naikkan ke kanan, “ apa maumu akan ku turuti tuan” ucap Louis dengan gaya. Louis hendak mengambil bola bowling, tapi Steve semakin menjauhkan bola itu dari tangannya. “ kali ini kita bertanding sebagai pria dewasa. Tidak ada tuan dan pengawal. Aku tidak akan mengadu kepada ayahku “ “ oke baik itu ide yang bagus” ucap Louis. Steve melangkahkan kakinya ke hadapan Louis dan membisikkan sesuatu ke telinganya. “ tapi ingat, jika kau kalah. Aku mau kau menjauhi Irene dan jangan bertemu dengannya lagi” bisiknya. Mata Louis membulat, dengan berat hati dia menerima nya “ baiklah” Permainan pertama kali di mulai oleh Steve, dia meluncurkan bola bowling ke arah pion. Semua pion jatuh, membuat mata Louis berbinar karena tak menyangka Steve akan melakukan sebaik itu. Lalu Louis mulai meluncurkan bola bowling itu, tapi sayang saat dia meluncurkan bola itu masih ada satu pion yang tersisa. Steve girang dan terkekeh geli, Louis hanya menatapnya. Waktu pun berjalan dengan cepat. Mereka terus meluncurkan bowlingnya secara bergantian sesuai peraturan. Dua orang kali ini cukup handal dan permainan berlangsung sengit. Membuat bingung siapa yang akan memenangkan pertandingan kali ini. Permainan terus berlanjut hingga akhirnya skor tertinggi berpihak kepada Louis. Dia mengangkat tangannya ke atas dengan gembira dan mendekat ke arah Steve. “ bagaimana? kau meremehkan kekuatan ku dalam bermain mainan receh ini?” Kata Louis dan Steve hanya merasa kesal dengan perkataan Louis. “ masih ada aku yang akan mengajukan permainan. Jangan berkecil hati” ucap Louis. “ apa permainan yang akan kau ajukan?” Ucap Steve penasaran dengan alisnya yang menyatu “ ayo kita pergi keluar” ujarnya. Steve dan Louis keluar dari tempat olahraga elit tersebut. Louis mengambil alih kemudi dan pergi ke suatu tempat. “ aku tidak akan menyakitimu atau meninjumu Steve. Ini adalah permainan yang cukup mudah dan tidak akan membuatmu terluka agar ayah dan ibu mu tak mencurigaimu” kata Louis di dalam mobil. Louis memberhentikan mobil, dan berhenti di sebuah rumah kosong. Rumah yang cukup megah namun memiliki suasana yang begitu mencekam karena minim pencahayaan. “ permainan kali ini adalah petak umpet” ucap Louis dengan percaya diri Steve menahan suara tawanya, “ hah? ini lebih rendahan dari permainanku” “ peraturan pertama adalah kita harus melakukan suit untuk ini. Hanya ada satu kali babak. Ayo kita suit terlebih dahulu” ujar Louis. Louis dan Steve mulai melakukan Suit. Suit di menangkan oleh Steve. “ kau bisa bersembunyi, aku akan menghitungnya dari balik dinding. Sampai hitungan ke sepuluh kau harus sembunyi” imbuh Louis. Louis mulai membalikkan badannya ke dinding dan memejamkan matanya menghadap dinding. Dia memulai hitungan, Sedang Steve menolehkan kepalanya kesana-kemari untuk mencari tempat bersembunyi. Suara depak kaki Steve yang berlari masuk ke telingan Louis. Louis tersenyum mendengar lawannya telah siap mencari tempat persembunyian. Steve menahan rasa takutnya terhadap hawa-hawa negatif yang mencekam di rumah kosong ini. “aku sudah selesai menghitung, kali ini aku akan mencarimu” Teriak Louis yang suaranya mampu menembus telinga Steve. Louis melangkahkan kakinya untuk mencari keberadaan Steve. Suara depakan Steve yang nyaring terdengar di telinga Kanannya. Dia mulai mencarinya ke arah kanan. Sambil bernyanyi lagu kesukaannya, Louis mencari Steve dengan santai seolah dia telah ahli dalam bidang mencari sesuatu. Di sisi lain, Steve mendengar suara nyanyian dari Louis. “ habislah aku, aku tidak punya harapan lagi” kata hati Steve. Louis akhirnya menendang pintu tua ruangan yang di jadikan tempat persembunyian oleh Steve. Steve berlindung di balik Kotak kayu yang besar. Louis melangkah dan dia berdiri sambil meletakkan kedua tangannya ke pinggangnya. “ akhirnya ketemu yaa hehehe” kata Louis dengan menunjukkan barisan giginya. “ mu-mustahil, aku sudah bersembunyi cukup jauh” ujar Steve yang lagi-lagi mengalami kekalahan. Steve berdiri di hadapan Louis, dan memasang wajah sinis. “ apa kau bermain curang?” ketus Steve yang sudah tak bisa menerima kekalahannya. Louis mengerdikkan bahunya, “ apa kau tak bisa menerima kekalahanmu?” “ tapi mustahil kau menemukanku di tempat gelap seperti ini. Siapa mata-matamu keluar sekarang! “ teriak Steve “ hei tenanglah,” sentak Louis. “ hanya ada satu hal yang membuatmu menjadi naif dalam melakukan permainan” imbuh Louis. “ apa?” “ Karena sedari kecil kau tak pernah melakukan permainan dengan anak-anak seumuranmu” ucap Louis. Steve tertegun, karena perkataan Louis itu benar. Masa-masa kecil Steve tidak indah. Semua begitu buruk, karena dia anak rumahan dan selalu berada di bawah kekangan ibunya. Ibu yang terlalu melindungi dan terlalu menekannya. Bahkan semasa sekolah, Dia tidak bisa bermain dengan anak-anak yang lain. Ibu Zoe selalu bersikap berlebihan. Dia takut Steve terluka, tapi cara dia memberikan perlindungan pada Steve, justru menjadi suatu tekanan baginya. “ ya kau benar, “ jawab Steve pelan. Louis menatap Steve yang mengalihkan pandangannya, “ tapi aku akan memberimu satu kesempatan untuk ini” Steve mendongakkan kepalanya. Dia merasa sedikit senang karena bisa memiliki satu kesempatan untuk membuatnya menang dan tentu saja untuk membuat Louis menjauh dari Irene. “ Kesempatan apa?” tanya Steve.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN