KESEMPATAN KEDUA

1569 Kata
Sekujur tubuh Steve gemetar tak sanggup menerima kekalahan untuk kedua kalinya. Keringat nya mengguyur di sekitar dahi, Dia semakin membungkam mulutnya karena suara nyanyian Louis terus terdengar jelas di telinganya. Louis melangkah sambil tersenyum karena mengetahui dimana Steve bersembunyi. Dia pergi ke kamar kosong yang di jadikan tempat persembunyian oleh Steve sembari menyanyikan lagu kesukaannya dengan siulan. Di dobraklah pintu kamar kosong itu oleh Louis dengan tendangan tajam. Mata Steve terbuka lebar saat Louis tiba-tiba berdiri di depannya. Ia mendongakkan kepalanya lalu berdiri dengan tatapan tajam. “ apa kau bermain curang? kau mempunyai mata-mata hingga sampai menemukanku?” ucap Steve kesal karena Louis berhasil menang. Louis tertawa jahat, dia mulai memberikan satu kesempatan lagi untuk Steve. Dan disinilah misi Louis di mulai. Dia mengalihkan pandangannya dari hadapan Steve. “ kau mau kesempatan kedua?” tanya Louis. Steve membulatkan matanya, “ kesempatan apa?” tanyanya. “ kesempatan untuk melakukan permainan ini sekali lagi” jawabnya. “ ayo lakukan suit itu lagi” kata Steve menyetujui. Louis mengangguk pelan dan melayangkan tangannya untuk melakukan suit. Suit kali ini di menangkan oleh Louis. “ oke aku akan mencarimu” ucap Steve. “ baiklah, Anggap saja tadi itu sebagai simulasi. Skor masih satu kosong, skor satu untuk ku dan kosong untukmu. Dan jika kali ini kau berhasil menemukanku. Kita lakukan satu permainan lagi untuk menentukan siapa pemenang nya” jawab Louis Steve menggangguk tanda mengerti, “ lalu dalam waktu tiga puluh menit jika kau tidak menemukanku kau di nyatakan kalah” tambah Louis. Steve membalikkan badannya dan memejamkan matanya ke arah dinding. Dia berhitung dengan suara nyaringnya. Permainan kini di mulai. Louis melejit dengan cepat dan bersembunyi. Berhitung akhirnya usai. Steve membalikkan badannya dan spontan berlari ke arah Luar. Mencari keberadaan Louis dari lantai satu hingga lantai dua. Waktu terus berjalan, Steve tetap tak berhenti untuk mendongakkan kepalanya kesana kemari. Setiap sudut ruangan telah di masuki Oleh Steve. Tak ada ruangan yang terlewatkan. Bahkan dia lebih melebarkan pupil matanya untuk memperjelas apakah di ruangan itu ada Louis atau tidak. Setelah berlama-lama kemudian, waktu akhirnya tersisa satu menit lagi. Steve kembali ke ruangan awalnya dengan gelisah. Dia berjongkok dan merasa lelah karena tak bisa menemukan kemana pergi nya Louis. Steve mengecek ponselnya, waktu habis. Louis tertawa jahat dan keluar dari ruangan tempat Steve bersembunyi. Steve membalikkan badannya, Louis berdiri tegak sembari menatap wajahnya dan memberikan senyuman smirk. “ aku tidak bersembunyi Steve, aku hanya diam di ruangan ini” Kata Louis. Steve berdiri dan menghadap Louis, “ ba-bagaimana itu bisa terjadi?” “ aku hanya berdiri di tempat gelap. Itulah yang di namakan penyamaran” jawabnya. “ kau mengelabuiku?” teriak Steve dengan nada tinggi. “ aku tidak mengelabuimu Steve. Saat kau mulai berhitung aku hanya bersembunyi di sudut ruangan ini. Di sudut ruangan ini sangat gelap. Itulah mengapa aku mengenakan pakaian serba hitam agar kau tak bisa menemukanku. Seperti bunglon yang menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan untuk menghindar dari predator” jawab Louis “ kau terlalu fokus untuk mencariku di sudut ruangan lain. Sampai kau lupa kau tak mengecek ruangan ini terlebih dahulu” imbuhnya. Louis melangkah dan mendekat ke arah Steve, dia membisikkan sesuatu“ aku yang salah atau kau yang terlalu naif?” Steve mulai terpancing, tapi Louis mencegah tinjuan dari tangan Steve yang hendak mengenai ke arah wajahnya. “ laki-laki jantan harus menerima semua konsenkuensinya. Tuan Steve” Tangan yang mengepal itu akhirnya tertangkis dengan keras. “ apa konsekuensi yang akan kau berikan padaku” Kata Steve dengan dengusannya yang terdengar jelas. Louis memasukkan tangannya ke saku celana dan mulai berjalan ke arah Luar. Steve mengikutinya, dan rupanya Louis mengajak Steve ke gudang besar di sebelah rumah kosong itu. Gudang tua yang benar-benar menakutkan! “ Hukumanmu adalah, mencari benda berwarna merah di dalam gudang itu” ucap Louis menghadap ke gudang. “ kau mencoba bermain-main denganku? gudang itu gelap. Bagaimana aku bisa menemukan benda berwarna merah?” Teriak Steve. “ Dengan instingmu! “ ketus Louis. Steve mengernyitkan keningnya sambil mengepalkan tangannya. Ia masuk tanpa merasa ketakutan. Louis terus memantau Steve dari arah Luar. Dia benar-benar berani! Saat Steve masuk ke gudang, benar-benar ia tidak melihat sesuatu apapun di dalam sana. Karena cahaya pun sama sekali tak terlihat, ruangan ini benar-benar gelap gulita. Mustahil jika ia bisa melihat benda dengan warna merah. Steve meraba bagian kantong belakangnya untuk menyalakan senter dari ponselnya. Matanya tiba-tiba melotot karena dia tak bisa menemukan dimana ponselnya. “ sial, dimana ponselku? apa terjatuh saat aku berlari mencari Louis?” Katanya sebal sambil menendangkan kakinya ke lantai. Di lain sisi, Louis terus berdiri dan memiringkan bibirnya ke kanan. Dia menyoroti ponselnya Louis yang berada di tangannya. Kau benar, Louis mengambil ponsel Steve saat ia melangkahkan kakinya masuk ke gudang. Dia adalah pencuri yang handal bukan? mencuri tanpa di sadari? Pintu gudang tiba-tiba tertutup dengan keras. Louis mengunci Steve dari arah Luar. Steve merotasikan kepalanya menghadap pintu dan berlari sambil memukul pintu berkali-kali. Dia berteriak, “ Louiss....tolong aku Louisss, kau sengaja mengunciku? Louisss?” Louis tak menjawab teriakan dari Steve. Dia mundur tiga langkah ke belakang dan merekam suara saat Steve berteriak menggunakan ponsel Steve dan mengirimnya ke Irene. “ seseorang tolong aku...” teriak Steve sambil memukul pintu. *** Malam ini Irene hanya berdiam diri di rumahnya. Menikmati malam yang gemerlap dengan taburan bintang yang menjadi hiasan langit indah nan syahdu. Dia menyeruput teh sembari menenangkan pikirannya di taman rumahnya yang megah. Ponselnya mengeluarkan suara. Notifikasi pesan dari Steve, Irene membukannya. Dia mendengarkan rekaman Suara yang di kirim lewat ponsel Steve. Matanya terkejut karena Steve terdengar meminta tolong. “ SIAPA INI?” ketik Irene di bilah obrolannya bersama Steve. “ DATANGLAH KE DAERAH SANTIAGO UNTUK MENOLONG PACARMU” balas Louis dari seberang. “ JLN. BUFFALO, GUDANG TUA NOMOR 13” Irene melangkahkah kakinya dan berlari keluar rumahnya. Dia memberhentikan taksi dan pergi ke daerah itu. Dia tak bisa tenang Setelah mendengar bahwa Steve dalam bahaya. *** Louis bersembunyi sedikit jauh dan memantau di balik pohon cemara yang berada di samping gudang kosong itu. Dia terus melihat notifikasi yang akan dikirim oleh Irene. Tapi dia tidak mendapat balasan dari kakaknya sama sekali. “ Irene jika kau menyelamatkan cecunguk itu, berarti kau memang mencintainya. Ku harap kau tidak datang agar aku bisa memercayaimu” ucap Louis dalam hatinya “ Ini bukan hukuman Steve, ini rencanaku untuk kakaku” tambahnya. Louis menunggu lama kakaknya sambil menghisao rokok. Tidak ada tanda-tanda bahwa kakaknya akan datang menyelamatkan Steve. Steve sendiri terus berteriak meminta tolong karena Louis sengaja menguncinya dari luar. Sebuah taksi akhirnya datang, Irene keluar dengan mengenakan pakaian yang feminim. Berbeda dengan Irene tomboy yang di kenal oleh Louis. Louis menatap Irene dari kejauhan, ia benar-benar kecewa terhadap Irene yang tiba-tiba datang. “ Bocah? apa kau di dalam?” Teriak Irene menghampiri arah gudang. Steve cukup senang mendengar teriakan Irene yang tiba-tiba menolongnya. “ Irene? ini aku Steve” Louis mendengus kesal, Dia meninju pohon. Lalu segera mengeluarkan benda hitam kecil yang berbentuk kotak dengan tombol merah di tengahnya. Louis menekan tombol itu. Dari dalam gudang tiba-tiba terdapat bom dua meter di belakang Steve. Steve merotasikan kepalanya dan terbelalak lebar setelah mendapati Bom tersebut. Irene mendengar suara dari arah luar. “ apa? bom?” desis Steve tak menyangka. “ Steve bunyi apa itu?” teriak Irene. “ Ada bom di dalam sini, Irene menjauh dari gudang” Teriak Steve dari dalam. Irene terkejut, “ berapa waktu yang tersisa dari bom itu?” ucap Irene mendekatkan kepalanya ke arah pintu gudang. “ 10 menit lagi” lirih Steve dengan suaranya yang terdengar pasrah. “ Steve, menjauhlah dari pintu. Aku akan membukakannya untukmu” teriak Irene yang mulai ketakutan akan kehilangan Steve. Irene mencoba melepas rantai besi yang terikat di gagang pintu. Dia terus mendobrak pintu dengan kaki jenjangnya. Berkali-kali ia menendang pintu, hasilnya nihil pintu tak bisa terbuka. Irene mulai merasa lelah, tapi dia terus memaksakan tangannya untuk mengotak-atik rantai besi itu agar bisa terbuka. Sampai tangannya terluka dan mengeluarkan banyak darah. “ tidak, aku bisa. Aku akan menolongmu” ucap Irene dalam hatinya yang semakin takut Steve pergi dari kehidupan nya. “ Irene dengarkan aku, menjauh lah dari gudang” teriak Steve dengan air matanya yang berlinang. Irene tak memerdulikan ucapan dari Steve. Dia tak jemu-jemu untuk berusaha keras membuka pintu gudang itu. Walau kakinya terasa pegal dan tangannya yang terluka parah, Irene tak bisa berhenti. “ Berhentilah Irene, usahamu membuatku kesal” ucap Louis dari kejauhan yang melihat kakaknya bersikeras menyelamatkan Steve. Waktu tersisa tujuh menit lagi, Steve melirik-lirik ke arah bom. Dia semakin tak kuasa menahan tangisnya. “ Irene menjauh, aku tak ingin kau terluka” ucap Steve yang cukup pasrah dengan nyawanya. “ apa-apaan kau? aku akan menolongmu. Kau percaya padaku? aku akan menolongmu Steve” jawab Irene yang pun tak kuasa menahan air matanya. Irene menendang pintu berkali-kali, pintu hanya bergoyang. Rantai tak kunjung terlepas. Irene hampir menyerah, Air matanya tak terbendung. Dia terus menendang pintu sembari menyeka air matanya. “ Irene menjauh Irene...” teriak Steve dengan tangisan. “ tidak....” “ ku mohon menjauhlah dariku Irene, aku tidak ingin melihatmu tiada” jawab Steve di sela isak tangisnya. Irene memberhentikan tendangannya, dia menyender di pintu gudang sambil menangis. Steve pasrah dengan kehidupannya, dia pun turut menyender di pintu gudang sembari meneteskan air mata. “ ku mohon berhenti, menjauhlah dariku” kata Steve. “aku akan menolongmu Steve” jawab Irene. “ mengapa kau ingin menolongku? jangan mengorbankan nyawamu” desisnya dengan tangisannya yang terus terdengar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN