PENYELAMATAN STEVE

1586 Kata
Steve tak menyangka bahwa yang berada di belakangnya adalah berpuluh-puluh bom yang berbaris lurus dengan detak waktu yang sama. Kali ini ia tak bisa melakukan apa-apa selain harus pasrah dengan takdirnya sendiri. Sedangkan Irene terus bersikeras mendobrak pintu dan mencoba membuka rantai besi yang mengunci pintu gudang dengan tangan kosong hingga tangannya mengeluarkan tetesan darah segar. Irene mengorbankan tubuhnya untuk mendobrak pintu itu. Rasanya remuk, dan sakit. Tapi mengapa lebih sakit lagi ketika melihat Steve terkunci dari dalam dengan sekumpulan bom. Baginya kini yang paling utama adalah menyelenatkan nyawa Steve terlebih dahulu. Steve semakin pasrah, beberapa bulir air matanya terjatuh membasahi pipinya yang hangat. Dia menyenderkan kepalanya ke pintu gudang dan mengatakan beberapa patah kata agar Irene bisa mendengarnya dari dalam. Dalam relung hati terdalamnya dia berkata dengan lembut, “ Irene, jangan mengorbankan nyawamu untukku menjauhlah” katanya dengan air mata yang terus mengucur. Irene menunduk dan memegangi dadanya yang sesak. Air mata mulai keluar perlahan-lahan dari pelupuk matanya dan ia duduk dengan pelan menyenderkan kepalanya pula di pintu gudang. Suara isak tangis terdengar dari arah luar, Steve semakin tak kuasa menahan tangisnya. “ Irene menjauh dariku Irene...” lirih Steve. Irene menggelengkan kepalanya dia berkata, “ aku akan mengeluarkanmu dari sini” desis Irene. Steve menepuk-nepuk tangannya ke pintu gudang, “ ku mohon kali ini menjauhlah dariku Irene, ku mohon...” “ aku sudah mengatakannya, aku akan menolongmu” jawab Irene. “ mengapa kau ingin menolongku, aku tidak butuh bantuanmu. Pergilah Irene, bom akan meledak” ucap Steve terus menangis. “ Aku tidak mau melihatmu pergi jauh” kata Irene. “ aku terharu kau akhirnya mencintaiku,” ucap Steve. Irene meneteskan air matanya, “ ayolah jangan menggodaku di saat seperti ini” Steve tertawa sedikit walau ia sendiri sedang menangis, “ tapi bisakah kali ini kau pergi dariku Irene, aku tak mau kau berkorban demi aku” “ tidak” “ Hanya ada beberapa hal yang harus kau ingat, bahwa kau adalah cinta pertama ku. Aku tidak ingin mengecewakanmu. Aku bersyukur di detik-detik terakhir aku mati. Aku masih bisa mendengar suaramu, tapi aku tidak bisa tenang jika kau masih berada di sini Irene” lirih Steve. “ bocah kau hanya berkata omong kosong” jawab Irene dengan isak tangis yang terus terdengar. “ tidak, tolong pergi menjauhlah dariku” “ Ragaku yang berkata, bahwa aku tidak boleh meninggalkan mu” Steve terus menangis, bukan karena ia tak mau mati. Tapi karena ia tak mau melihat Irene mengorbankan diri. Di sisi lain, Louis kesal terhadap kakaknya yang tak mau beranjak pergi dari tempat itu. Louis menjadi yakin bahwa kakaknya benar-benar membuka hatinya untuk Steve. Ini bukanlah suatu hukuman yang memang di rencanakan Louis untuk Steve. Melainkan, ini adalah sebuah rencana untuk mengetahui seberapa berharapnya Irene pada putra Zacklee. Mengapa Irene harus mencintai Steve di saat bersamaan dengan rencana pembalasan dendamnya. Bahkan yang memang meletakkan bom itu di dalam gudang adalah Louis. Tidak ada benda merah, benda merah yang di maksud Louis adalah warna bom. Louis hanya menyuruh Steve masuk ke dalam untuk melihat bom yang berwarna merah. Saat dia menekan tombol itu, Lampu gudang dan bom hidup secara bersamaan. Membuat Steve semakin tertekan, kali ini Steve mengerti bahwa Louis telah memperdayainya dengan memberi hukuman yang tak etis seperti ini. Steve mulai membungkam, ia mengingat ucapan Louis saat menyuruhnya masuk ke gudang. Matanya tersorot pada sekumpulan bom yang berada di sampingnya. “ warna merah?” katanya. “ jadi warna merah yang di maksud adalah sebuah bom? Louis ingin membunuhku?” pikir Steve yang kemudian mulai emosional. Irene mendengar gerutuan Steve dari luar. “ maksudmu Louis yang melakukan ini?” tanya Irene. “ Kami bertarung, dan aku kalah. Dia menyuruhku masuk ke sini mencari benda merah” ucap Steve. Irene mengernyitkan keningnya, Dia mencari keberadaan Louis di sekitar gudang dengan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Louis segera bersembunyi di balik pohon. Berharap Irene tak menemukan keberadaan nya. “ Jadi Louis yang melakukan ini?” kata hati kecil Irene. Bunyi bom yang nyaring membuat Steve semakin gemetar. Steve menatap ke arah bom yang menyisakan sedikit waktu lagi untuknya. Waktu sudah berjalan lama, yang tersisa hanyalah tiga menit lagi. “ Irene pergi Irene, waktu kurang dari tiga menit” teriak Steve dari dalam. Irene terkejut dengan teriakan Steve, “ aku tidak akan meninggalkanmu” teriak lagi Irene. “ Steve aku akan menolongmu, “ imbuh Irene dengan menyeka air matanya dan mencari benda di sekitar gudang yang bisa membuat Steve keluar dari tempat itu. Pandangan mata Irene seketika tersihir dengan mobil Steve yang terparkir di depan rumah kosong samping gudang. Irene berlari ke arah mobil dan membuka pintu, namun hasilnya nihil pintu mobil tak terbuka. Tangan Irene bergetar karena mengeluarkan banyak darah. Irene mengambil pisau kecil yang biasa di bawanya dan membobol pintu mobil Steve. Dia menggunakan pisau itu untuk di jadikan kunci. Sebuah keajaiban memihak pada keduanya. Pintu mobil itu terbuka, Irene mengendarai mobil Steve dan mengarahkannya ke gudang. Dia hendak menabrakkan mobil itu ke pintu gudang agar pintunya terbuka. Namun sebelumnya Irene berteriak pada Steve, “ Steve, menjauhlah dari pintu itu. Pergilah ke sudut gudang. Aku akan menabrakkan mobilmu ke pintu gudang. “ ucapnya Steve segera menyeka air matanya dan mulai berlari ke sudut gudang. Waktu terus berjalan, Steve memberi kode lewat teriakannya. “ aku sudah berada di sudut gudang” teriaknya Irene dengan spontan berlari dan menancap gas di mobil itu dengan kecepatan yang cukup tinggi. brakkkkk Suara Mobil Steve menabrak pintu gudang. Steve menutup kedua telingannya dengan tangan sambil membungkuk. Pintu gudang masih saja belum terbuka, Irene semakin mengambil kecepatan tinggi dan menabrakkannya lagi. brakkkkkkk Mata Irene terbelalak lebar di iringi dengan sebulir air matanya yang jatuh membasahi pipinya. Pintu gudang terbuka lebar, Irene turun dan mencari keberadaan Steve. Dia menemukan Steve yang ketakutan dan mengeluarkannya dari dalam. Irene menarik tangan Steve keluar, mereka berdua berlari menjauh dari gudang. Steve seketika membungkuk, Irene tak tega melihat sekujur tubuh Steve yang gemetar. Dia memeluk Steve berharap rasa takutnya berkurang. bummmmmmmmm Suara bom terdengar jelas, membuat telinga Irene hampir tak berfungsi serta membuat tubuh Steve tergetak. Tapi tak sama sekali terlihat gudang itu terbakar dan mengeluarkan asap. Irene melepas pelukannya. Dia menatap wajah Steve yang pucat pasi. “ kau tak apa?” tanya Irene memegangi kedua pipi Steve dengan tangan hangatnya Pipi Steve berlumur darah, dan dia menggelengkan kepalanya. Irene dengan spontan memeluk Steve dengan erat lagi. Dia mengusap-usap kepala Steve. “ jangan takut, kita selamat” Steve mengangguk-angguk, walau begitu dia masih saja gemetar. “te-terima ka-kasih” katanya terbata-bata. “ sama-sama” desis Irene yang memelankan nada bicaranya setelah sadar bahwa ia takut kehilangan Steve. Steve meraba tangan Irene, “ darah ini?” “ tak apa, sama sekali tak terasa sakit” ucap Irene. “ Aku sudah menyakitimu Irene” desis Steve. Steve berlari ke depan gudang, di susul dengan Irene. Dia memukul pintu gudang berkali-kali karena merasa emosi dengan ulah Louis. “ Louis memperdayai ku Irene” “ itu bukan bom asli, dia hanya menaruh bom mainan.” Kata Steve mendengus. “ dan karena aku, kau menjadi terluka” imbuhnya dengan nada yang di rendahkan *** Louis menyaksikan perbincangan kakaknya dan Steve. Dengan dia melihat kakaknya menangis dan memeluk Steve berkali-kali sudah menjadi bukti kuat bahwa Irene telah mencintai Steve. Dia menendang pohon sambil meluapkan amarahnya. Dan pergi begitu saja dari sana, karena sangat kecewa dengan sikap Irene. *** “ Irene, ayo kita ke rumah sakit” ucap Steve mengajak Irene “ maafkan aku, karena aku menggunakan mobilmu untuk menyelamatkanmu” Steve tersenyum dan mengusap rambut Irene, “ bagiku itu tidak penting. Ku mohon ikut aku ke rumah sakit” “ Aku tidak mau pergi ke rumah sakit” jawab Irene. “ tapi tanganmu,?” “ aku bisa mengobati sendiri” “ kalau begitu, aku yang akan mengobati mu” ujar Steve. Irene menghela napasnya, dia mengambil mobil Steve untuk di keluarkannya dari dalam gudang tapi Steve menahannya. “ aku yang akan mengemudi, jangan semakin membuatku khawatir” ucap Steve. “ tapi sebelumnya...” imbuhnya. Steve membuka pakaian nya dan merobek bajunya. Dia mengikatkan baju itu pada tangan Irene. Dengan rapi dan penuh kehati-hatian. “ aku berharap ini bisa menghentikan darah yang terus menerus keluar dari tanganmu” *** Saat di dalam mobil bersama Steve, aku menatap kedua tanganku yang telah di balut dengan baju Steve yang rela di robeknya. Di lain sisi, aku merasa setengah kesal dengan diriku sendiri. Apa yang aku lakukan tadi? mengapa aku begitu takut untuk kehilangannya? Dan kini aku memikirkan, mengapa Louis bisa melakukan hal yang membuat Steve merasa takut seperti ini. Ku tatap wajah Steve, masih tersisa rasa takut di wajahnya. Steve akhirnya menatap wajahku. “ apa tanganmu sakit?” tanya Steve. “ jangan membawaku ke dokter, bawa aku ke rumahku. Jln. Peterson nomor 7 “ ucapku. Steve tertegun, “ apa rumah barumu?” dan aku mengiyakannya. Aku mengambil ponsel yang berada di saku ku. Aku sengaja mengirim pesan pada Louis. Dan ku harap dia bisa membaca pesan yang ku kirim untuknya. “ AKU SUDAH PINDAH KE RUMAH BARU. AYO KITA BERTEMU, KITA BICARAKAN SOAL KEJADIAN HARI INI” ucapku pada Louis di dalam bilah obrolan. Beberapa saat kemudian, aku telah sampai di depan rumahku. Steve terkejut melihat betapa luasnya rumah yang menjadi tempat tinggalku saat ini. Dia memandangi halaman depan rumahku yang luas dengan patung unicorn yang tanduknya di jadikan sebagai air mancur. “ Aku tersipu dengan rumah barumu Irene, kau sudah bekerja keras “ katanya kembali mengirimkan senyuman manis kepadaku. Aku hanya menatapnya, dengan hati kecil yang berkata. “ kerja keras menguras harta ayahmu Steve”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN