AKHIRNYA BEBAS

1690 Kata
Seketika air mata Tiffany mulai mengucur satu persatu. Menahan sakit, dan juga betapa tersiksanya dia memuaskan hasrat Vincent. Tangannya mencengkram selimut lembut di ranjang itu. Setelah semalaman, Vincent tidur sambil memeluk tubuh Tiffany. Mereka sama-sama telanj*ng, Tiffany membuka sama sekali tak menutup matanya. Air matanya mulai memenuhi bantal. Dia kemudian dengan keras bangun dari ranjang, sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Vincent memaksa tubuh Tiffany untuk tidur lagi dalam dekapannya, Tiffany melepas tangannya. “ sudah waktunya aku pulang” ketusnya. Vincent memakai kaca matanya, dia kemudian berkata. “ mengapa kau terburu-buru?” “ aku harus pulang. Tolong kirimkan uangnya” Sentak Tiffany. “ Baiklah sayang, karena kau bisa memuaskanku aku akan memberimu banyak uang” Ucapnya. Tiffany dengan segera mengambil pakaian yang berserakan di lantai. Dia mengenakannya kembali, dan pulang. “ Aku sudah mengirimu nomor rekening ku, tolong segera kirim” “ cek ponselmu sekarang, dan jangan lupa datang lagi” kata Vincent sambil meringis. Wanita yang menjadi bibi Irene itu mengecek ponsel, Sebuah pesan masuk dari bank. Dia benar-benar mengirimkan uangnya. Boleh di percaya juga! Namun naas, saat Tiffany keluar dari Apartemen, rasa sakit di rahimnya semakin menjadi-jadi. “ aduhhh sakit” desisnya sambil memegangi perutnya. Suasana masih sangat pagi, Tiffany bertekad bulat untuk pergi ke kantor polisi. Apalagi jika bukan ingin menemui paman Lay. Langkahnya masih tertatih-tatih, dia tiba di kantor polisi. Terlihat dari arah luar, bahwa polisi masih belum memulai aktivitas nya. Dia menemui kepala polisi dan mulai bertanya padanya, “ Aku kesini ingin membebaskan Tuan Lay” Pak polisi itu mendengarkan ucapan Tiffany dan mulai duduk di hadapannya. “ apa anda benar-benar ingin menebusnya?” “ saya akan menebusnya. Saya sungguh-sungguh” Jawab Tiffany. Polisi memberikan berkas persetujuan, dia mulai meminta tanda tangan Tiffany dan memberi tahu jumlah nominal yang harus ia berikan untuk menebus Lay. Tiffany tanpa pikir panjang menandatangani kertas itu. “ boleh aku minta kertas kosong?” tanya Tiffany. Polisi mengiyakan dan menuruti permintaan Tiffany. Lalu Tiffany menulis beberapa kalimat di kertas kosong itu. “ berikan ini jika kalian sudah membebaskan Lay” “ saya permisi dulu,” kata Tiffany. *** Aku datang lagi ke rumah sakit hari ini. Kondisi Louis terus membaik, tapi dia masih bisa merasakan sakit ketika tengah bergerak. Aku membawa tas selempang besar yang berisi senjata. Dari pagi seperti ini, b*****h bodoh yang berwujud penguntit itu telah bekerja dan menguntit di belakangku. Itulah sebabnya mengapa ku masukkan senjata ini pada tas, agar ia tak mengetahui bahwa aku akan menyerang Vincent.Tapi untuk menjalankan rencana, aku tak bisa menyerang Vincent di apartemen atau kantornya. Aku butuh tempat yang luas, yang jauh dari kerumunan dan tidak ada orang yang akan melihat kejadian ini. Terbesit di benakku, bahwa rumah Tiffanylah tempat terbaik untuk membungkam mulut Vincent. Aku dengan segera menelpon dan memberi tahu soal Rencananya. “ nanti siang, aku akan melancarkan aksiku.” bisikku pada Louis agar tak di dengar oleh penguntit itu. *** Paman Lay merebahkan tubuhnya di kasur lembut yang berada di balik jeruji besi. Seorang polisi membuka borgol yang mengunci pintu penjaranya. Dia berdiri di samping paman Lay yang tertidur sambil menekuk tangan kanannya ke dahi. Lalu sang polisi menepuk-nepuk badan paman Lay, sontak membuatnya terbangun.“ tuan Lay, anda telah bebas” ucapnya. Paman lay yang tertidur dengan senang berdiri ke hadapan polisi itu dengan komuk terkejut, “ apa aku bebas? kau tak berbohong kan?” Polisi yang selalu menjaga paman Lay itu menjabat tangannya sambil tersenyum, “ anda sudah dibebaskan. Selamat, dan jangan lupa untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi” Paman Lay hampir meneteskan air matanya karena gembira, dia menjabat tangan pak polisi itu berkali-kali sambil memberi pelukan hangat. Rasanya semakin tak menyangka, karena kemarin dia berdoa untuk segera di bebaskan dan tuhan mengabulkan doa itu. “ Terima kasih, terima kasih” katanya semangat. “ Tolong segera ganti pakaian anda “ ucap si polisi. Saat keluar dari kantor polisi, dia berpikir betapa tak menyangka nya dia lagi karena berhasil menghirup udara bebas. Kemudian salah seorang polisi menjerit memanggil namanya sambil membawa sehelai kertas yang menjadi pesan dari Tiffany. “ Siapa yang memberikan ini?” tanya paman Lay padanya. “ Nona Tiffany” Jawab pak polisi. Paman Lay kembali terkejut, dia membuka kertas itu. Di dalamnya berisi sebuah alamat dan tanda tangan dari Tiffany. “ apa Tiffany yang membebaskanku?” pikirnya. Kali ini dia ingin pergi ke alamat yang di tujukan oleh Tiffany. Dia memberhentikan taksi, sehelai uang terselip di kertas itu. “ PERGILAH KESINI DAN PAKAI UANG INI UNTUK MENGGUNAKAN TAKSI” Begitulah ucapan Tiffany yang sengaja ia katakan di kertas kosongnya. Lay segera bergegas untuk memberhentikan taksi dan memberikan alamat itu pada sang sopir. Setibanya di tujuan, Lay menganga karena dia melihat sebuah rumah kecil. Apakah ini adalah rumah Tiffany? dan mengapa dia tidak tinggal di rumahnya dulu? tok tok tok Tangan berurat paman Lay mengetuk pintu rumah Tiffany, Dari dalam Tiffany menyuruh paman Lay untuk masuk. Paman Lay duduk sembari menatap dan menyorori rumah kecil nya itu. Nampak Tiffany duduk di ruang tamu miliknya sembari meminum segelas teh. Lay duduk di hadapannya. “ selamat datang, aku akan menyeduh teh mu dulu” sambut Tiffany. Tiffany datang membawa segelas teh dan cemilan dan menyuguhkannya pada paman Lay. “ apa kau yang membebaskanku?” ucap paman Lay sebagai pertanyaan pertama. “ iya, bagaimana kabarmu Lay?” Kata Tiffany. “ berapa banyak uang yang kau hasilkan sampai kau membebaskanku?” tanya Lay penasaran. “ tidak banyak, tapi aku hanya ingin membebaskanmu” “ mengapa kau membebaskanku? “ Ujar paman Lay sebagai pertanyaan kedua. “ apa kau keberatan?” Ucap Tiffany yang membalik pertanyaan. “ jika kau punya banyak uang, sebaiknya kau buat itu untuk membeli rumah yang lebih luas. Kemana rumah kita yang dulu?” Ketusnya. Tiffany menaruh tehnya ke gelas dan memasang muka datar karena merasa bersalah. “ Pertama aku membebaskanmu karena aku ingin kau membantu Irene, kedua aku membebaskanmu sebagai permohonan maaf karena aku menjual rumahmu untuk keperluanku sendiri. Bahkan uang yang ku bayar sebagai tebusan itu tak sebanding dengan harga rumah yang kita tempati dulu kan?” lirih Tiffany menunduk. “ Aku kehilangan suamiku Mihaw, atau kau bisa menyebutnya selingkuhan ku setelah kau di penjara. Saat kau di penjara aku malah menikah dengannya, kau menderita dan aku bahagia. Lalu dia tewas begitu saja dan meninggalkanku. Padahal kita belum sempat melakukan malam pertama” imbuh Tiffany panjang lebar. “ bukankah saat kau masih bersamaku, kau sudah melakukan hal yang biasa di lakukan di malam pertama dengannya. Kau melakukannya saat selingkuh bukan?” Seru paman Lay. Tiffany berdehem malu, “ i-iya aku akui itu, hemmm lalu soal Irene..” “ aku hampir lupa, ada apa dengan Irene?” “ Irene ingin menyerang seseorang yang menjadi dalang dalam penusukan Louis. Dia begitu menyimpan amarah pada orang ini. Namanya Vincent morgant. Tapi dia begitu gegabah, dia tak berpikir panjang bahwa dia akan berhadapan dengan orang banyak” jawab Tiffany. “ apa Irene menghadapinya sendirian?” Ucap Lay. Tiffany mengangguk, dan kemudian dia berdiri menuju kamar. Dan melempar senjata ke hadapan Lay. “ saat aku menjual rumah itu, aku mengambil senjata-senjata mu. Aku membawanya kesini, jadikan itu sebagai alat untuk membantu Irene. Dan melawan habis Vincent serta pengawal-pengawal nya” kata Tiffany. “ apa masalah Irene dengan orang itu?” “ aku tidak bisa menjelaskannya sekarang Lay, aku juga tak memberitahu Irene kalau aku membebaskanmu. Intinya, kita harus menunggu komando dari Irene.” ujarnya. *** Irene beberapa kali menatap ke arah jam dinding, Jam sudah menuju pukul 12. Saatnya rencana Irene dimulai, Dia mengetik pesan pada Tiffany untuk memanggil Vincent ke rumahnya. Setelah itu, Irene mengangkat tas selempang yang berisi senjata itu keluar dan sekarang dia sedang berada ke perjalanan menuju rumah Tiffany. “ Vincent, aku akan membuatmu bisu” kata Tiffany dengan tatapan tajamnya. *** Tiffany mengambil ponselnya yang berdering di atas meja. Pesan dari Irene, bahwa ia akan memulai rencananya. “ Lay, sembunyi cepat kau harus sembunyi di semak belukar depan rumahku. Jangan sampai ketahuan” Ucap Tiffany. Lay mengangguk memahami komando dari Tiffany, Dia segera bergegas menuju semak-semak yang berada di rumahnya. Lalu Tiffany mulai menelpon Vincent dengan gaya bicaranya yang manja. “ Vincent, apa kau tak mau kerumahku?” ucap Tiffany memangg Vincent dengan gayanya yang manja dan mendesah. “ untuk apa?” tanya Vincent dari seberang sambil menjauhkan diri karena bising. “ mmm, apa kau ingin lebih puas dari yang semalam. Aku akan memuaskanmu bahkan untuk dua hari jika kau mau” Ucapnya lagi. Mata Vincent berbinar terang bak cahaya, dia mulai tergoda. “ apa kau akan memberiku jatah?” “ tentu saja dan ini gratis” kata Tiffany. “ baiklah aku akan kesana” Ucap Vincent. Tiffany bahagia karena dia berhasil merayu dan menggoda lelaki bodoh itu, “ Vincent, Kau akan berada dalama bahaya” Ucap Tiffany. *** Namun di sisi lain, Vincent memang tampak sangat terayu dan tergoda dengan kata-kata manis dari Tiffany. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, “ Billy sudah mengatakan tuan bahwa Irene akan menyerangmu” Kata salah sang pengawal yang mendengar informasi dari billy, mata-mata yang dikirim Vincent untuk menguntit Irene. “ Tapi siapa yang memberitahuku bahwa aku yang mengirim mata-mata itu?” Tanya Vincent. “ Billy tidak tahu soal itu, pasalnya dia hanya tau bahwa yang menjaga di rumah sakit itu hanya Irene dan seorang anak kecil. Tapi dia tak tau orang yang datang selain mereka” Jawabnya “ apa kalian sudah meminta Drag untuk menyerang Louis di rumah sakit?” tegas Vincent dengan suaranya yang menggelegar. “ sudah tuan” Jawab pengawalnya serempak. “ Bagus, jika Irene menyerangku. Aku tak takut, kita lihat saja seberapa bisa perempuan cerdik itu menghabisiku. Dan seberapa hebat dia menyerangku hahahaha” Kata Vincent sambil tertawa lebar. “ pengawal kita berangkat ke rumah Tiffany, dan kita akan berperang dengan satu orang hari ini” Teriak Vincent, serempak dia masuk bersama sepuluh pengawalnya di dalam mobil. Sedangkan dia juga mengutus satu pengawalnya untuk menghabisi Louis. Tak ada tanda-tanda bahwa dia curiga pada Tiffany bahwa dia yang memberi tahu informasi ini kepada Irene. Dalam pikiran Vincent, Tiffany juga tak tau perihal mata-mata yang di utus oleh Vincent ini? namun mengapa Irene ingin menyerang di rumah Tiffany? apakah Tiffany mengikuti suruhan Irene hanya demi sepeser uang?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN