Saat paman Lay pulang dari penjara, Dia singgah di rumah Tiffany. Keduanya menyeruput segelas teh yang berada di genggaman tangannya masing-masing.
“ Apa kau yakin soal rencana mu ini?” tanya Paman Lay yang sedikit ragu untuk menjalankan rencananya.
“ Aku memang mengajukan diri, untuk rela menolong Irene. Jika dia menghadapi Vincent sendirian, dia akan kalah Lay. Itulah sebabnya aku membebaskanmu” kata Tiffany.
“ Dan aku sendiri tau, Vincent juga mengirim mata-mata untukku” imbuhnya.
“ Jadi, dia akan berpikiran buruk tentangmu. Apa kau tidak masalah jika Vincent akan menyakitimu kedepannya?” tanya paman Lay.
“ Jika dia menyakitiku, aku akan menolong Irene lagi untuk membalaskan dendam padanya” jawabnya sambil meneguk teh.
“ Lalu apa rencanamu kedepannya setelah pertempuran Irene dan Vincent sebentar lagi?” Kata paman Lay.
Tiffany menatap kedua mata paman Lay, “ Setelah dia kalah bertempur dengan Irene dan melihatmu menolong Irene, Dia pasti akan mengincarku karena aku mengirimmu untuk membantu Irene. Aku akan melawannya Lay, aku akan berdiam diri di rumah. Dia pasti akan datang kesini. Di situlah aku akan menjalankan rencanaku” Ucapnya.
Paman Lay mengangguk pelan, kemudian Tiffany mengambil sebuah senjata dan melemparkannya ke hadapan paman Lay. Percakapan itu terjadi sebelum Irene dan Vincent morgant bertempur di halaman rumah Tiffany.
Lalu sekarang apa yang terjadi pada Tiffany?sebelumnya hal ini banyak memunculkan teka-teki. Semua orang melihat bahwa Tiffany telah mati, Tapi mengapa jari manis Tiffany bergerak saat Louis datang melihat ke arah peti mati itu?
Semua teman-teman Tiffany tampak bersedih hati kehilangan sahabat tercintanya itu. Mereka saling menunduk, dan menyeka air mata yang membasahi pipi mereka.
Berbeda dengan Irene dan paman Lay yang tampak tenang berdiri tegak sambil melipat tangannya. “ Irene apa kau tau sesuatu? mengapa jari manisnya bergerak?” Ucap Louis memaksa Irene untuk menjawabnya.
“ Irene, bibi Tiffany masih hidup?” bisik Louis memaksa.
Irene menutup mulut Louis yang sedari tadi mengoceh panjang lebar. “ Diam, dan berdiri di sampingku. Kau terlalu banyak bicara” sentak Irene, sontak hal itu membuat Louis memposisikan diri di samping kakaknya sambil menggerutu.
“ namun mengapa dia harus seniat ini Irene, semua orang berada di rumah ini. Jika dia hanya berpura-pura ingin mati kenapa dia tak bilang saja” Ujar Louis heran.
“ berniat dalam berpura-pura itu harus Louis” Kata Irene berbisik.
“ lalu mengapa kau bilang, kita harus cepat-cepat mengkremasi jasadnya?” Teriak Louis di telinga Irene.
“ aku juga baru menyadari itu Louis” jawab Irene singkat.
Irene mengalihkan pandangannya ke arah paman Lay, Mereka berdua saling berhadapan. Paman Lay mengangguk sebagai kode.
Irene mengerti soal kode yang di berikan oleh paman Lay. Kemudian dia memulai aksinya. Irene berjalan ke arah peti mati dan memeluk peti mati itu. Lalu dia menangis sejadi-jadinya seolah dia tak rela atas kepergian Tiffany.
Louis tak bisa menutup mulutnya yang menganga, Dia heran melihat kakaknya yang tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Semua orang menatap Irene yang sedang melakukan Drama.
Datanglah Paman Lay untuk menenangkan Irene. “ Irene, ikhlaskan kepergian bibimu” ucapnya sambil mengusap-usap punggung Irene
Irene menghempaskan tangan paman Lay yang mengelus punggungnya, dia semakin memainkan Dramanya dengan sangat konsisten. “ Tidak paman, Tiffany tidak mati huhuhu” Teriak Irene pura-pura Histeris.
Frederica menghampiri Paman Lay, “ Tuan, kapan jasadnya harus di kremasi?”
“ Frederica, katakan pada teman-temanmu. Kami dari keluarga yang akan mengkremasi jasadnya sendiri. Sebaiknya, kalian pulang ke rumah. “ jawab Lay.
“ Tidak bisa tuan, bagaimanapun kita harus menyaksikan jasad teman kami di kremasi. Karena kami adalah teman Tiffany” ucap Frederica.
Irene menyeka air mata buayanya, dan mulai menyambung obrolan pamannya dan Frederica. “ kalau begitu, kalian datang saja malam ini. Jasadnya akan di kremasi malam ini. Jujur, aku masih belum siap kehilangan Tiffany. Jadi beri aku waktu untuk bersama jasadnya terlebih dulu” Celetuknya.
Frederica dan temannya saling menatap. Mereka berdua merasa simpati dengan keponakan sahabatnya itu. Kemudian dia mengangguk dan mengusap pundak Irene. “ Baiklah, aku mengerti. Semoga tuhan memberimu berkat dan ketabahan. Aku dan teman-teman akan pulang, kami akan kembali nanti malam”
Irene mengangguk mengerti, kemudian dia membalikkan badannya dan kembali melakukan Drama. Saat Frederica pulang, dia memasang smirk di wajahnya. Akhirnya dramanya selesai.
Semua teman-teman Tiffany yang berkerumun mulai pergi satu persatu. Mereka menancap gas untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Yang tersisa hanyalah Lay, Louis, dan Irene sekarang.
Louis menghampiri kakak dan pamannya, kemudian ketiganya menatap ke arah peti mati itu lagi. Seperti yang di harapkan, Tiffany dengan cepat membuka matanya. Irene dengan sigap membuka peti agar bibinya tak kehilangan napas.
“ Aku hampir saja mati” kata Tiffany terengah-engah sambil mengontrol nafasnya.
“ Jadi bibi benar-benar hidup?” Teriak Louis.
Tiffany mengangguk, “ Lalu apa gunanya semua ini hei?” Ucap Louis menggerutu.
Lay datang memberikan segelas air untuk Tiffany, “ Disini kita akan memulai misi kita nak” Celetuknya.
“ untuk apa Tiffany berpura-pura mati?” Kata Louis yang sama sekali tidak mengerti dengan alur cerita ini.
“ Aku berpura-pura mati agar Vincent berhenti menyakitiku. Saat semua orang menyangka bahwa aku telah tiada, dan Vincent mengetahui itu. Di situlah dia berhenti mengejar dan menyakitiku Louis” jawab Tiffany.
“ Jadi dengan kata lain, Selama ini Vincent sering menyakitimu bi?” tanya Louis.
“ Semenjak dia tau kalau aku yang mengirim Lay untuknya dan dia tau soal aku yang menghancurkan rencana nya untuk memata-matai kalian. Saat aku sendirian di rumah dia sering menyiksaku bahkan memukulku. Dia menjadikanku sebagai pemuas nya” jawabnya.
“ Dan semua perlakuan Vincent pada bibi semenjak dia tau kalau Bibi yang menghancurkan rencananya tersimpan disini. Kita akan mengusung Vincent ke penjara, dan menjatuhkan nama baiknya.” Sambung Irene sambil mengangkat memory card yang ada di tangannya.
Irene berjalan untuk menutup pintu sambil menjelaskan rencananya, “ Video yang ada di memory card ini akan ku jadikan ancaman bagi Vincent untuk melengserkan kedudukannya dari rumah sakit Oxford sebagai pengelola yayasan. Aku akan memberikan kedudukan itu pada Paman Lay, Karena dari dulu dia mengerti soal pekerjaan itu”
Cklek
Pintu akhirnya di tutup dengan keras oleh Irene, “ Karena hal ini tidak akan membawa Vincent ke penjara. Aku sudah merancang rencana kedua.” Kata Irene terus memberi penjelasan.
“ Kalian merencanakan ini dari lama tanpa memberitahuku sama sekali?” Gerutu Louis kesal.
Irene menepuk pundak Louis, “ Karena saat itu kau masih sakit Louis. Kami tidak ingin membebanimu”
“ Lalu apa rencana keduanya Irene?” Tanya Tiffany.
“ Aku akan menjelaskan nanti, setelah jasad pura-puramu di kremasi” Jawabnya.
“ Tiffany, kau harus meninggalkan rumah ini. Tinggalah di rumahku bersama paman.” Imbuh Irene mengajak Tiffany.
Tiffany mengangguk menyetujui Irene, “ baiklah”
***
Malam ini sudah tiba, setelah aku berkata pada semua teman Tiffany pengkremasian mayat itu akan di langsungkan malam ini di halaman depan rumahnya. Disinilah puncak dari orang-orang yang telah Tiada.
Membakar mayatnya menjadi abu, dan menaruh abu itu di tempat suci. Tapi karena memang kematian ini hanya pura pura, pengkremasian ini juga harus di lakukan secara pura-pura.
Bagaimana caranya? Dengan akal cerdikku, aku memasukkan sejumlah kayu-kayu ke dalam peti mati Tiffany. Tidak akan ada orang yang akan menyangka bahwa di dalam peti itu bukanlah sebuah mayat.
Kami langsung menempatkan peti itu di atas kayu-kayu pembakaran agar seseorang tak melihat mayat Tiffany lagi di dalamnya. Jadi, untuk mengibuli orang-orang kita spontan menempatkan itu di atas kayu pembakar.
Jika semua orang hadir, mereka akan langsung melihat pengkremasian. Dan Tiffany? Aku menyembunyikan dia di dalam rumahnya. Lalu, ku kunci rumah nya agar tak ada seorangpun yang berani menyerobot masuk.
Semua orang telah berkumpul di halaman rumah Tiffany, mereka menyaksikan acara pengkremasian itu dengan hikmat. Acara pengkremasian di mulai, Kayu-kayu mulai terbakar begitupun dengan petinya.
Abu telah di simpan ke dalam guci emas. Acara itu usai. Semua teman Tiffany memelukku untuk menenangkan keadaanku dan aku dengan bodohnya menerima pelukan dari para manusia itu.
Setelah semuanya pulang, seperti perkataanku. Aku akan menjelaskan rencananya setelah acara pengkremasian selesai. Paman Lay dan Louis masuk menemui Tiffany.
“ apa kau baik-baik saja?” tanya Louis kepada Tiffany.
“ tenanglah, bibi baik-baik saja” Ucapnya.
“ Tiffany tenanglah, setelah rumah sakit itu jatuh ketanganku. Kau bisa pergi ke rumah sakitku kapan saja. Aku akan menyuruh dokter terbaik untuk merawatmu.” ujarku.
Tiffany memelukku lagi, “ Aku selalu berterimakasih padamu Irene”
Paman Lay kemudian duduk di sofa, semua ruangan di tutup dengan rapi. “ ayo kita berbicara soal rencana itu” Kata paman.
Semua orang duduk sambil meneguk soju di meja, “ Rencana ini akan di mulai saat Zacklee dan Vincent bergabung menjadi satu di sebuah acara”
“ Ingat, sasaran utama kita adalah Vincent. Tapi secara tidak langsung kita akan menggunakan Zacklee sebagai alat” imbuhku.
“ benarkah? bagaimana caranya?” Tanya Louis.
Aku menyuruh paman, bibi, dan Louis mendekatkan tubuhnya. Kemudian aku berbisik menjelaskan rencana. Semuanya mengangguk-angguk dan mengerti soal rencanaku.
“ Rencana yang bagus Irene” Kata paman memuji.
“ Jadi aku tak ikut andil dalam rencana ini?” Tanya Tiffany.
“ Kau harus di rawat dulu bi. Jangan terlalu memaksakan ragamu” Ucap Louis khawatir.
“ Lusa kita akan bekerja keras” Kata paman senang.
Aku menjetikkan jariku ke arah paman, kemudian Louis mengangkat gelasnya untuk mengajak kita bersulang. “ Demi kesuksesan rencana kita, bersulang!”
Kami mengangkat gelas kami. Malam itu menjadi malam yang hangat bagiku, paman, Bibi, sebagai kerja tim. Dan untuk Vincent, bersiaplah menghadapi amarahku. Karena aku tidak akan pernah main-main terhadap orang lain.
Kau telah membohongiku, Jika aku dengan entengnya memaafkanmu. Kau akan terus membohongiku. Bukankah seperti itu cara kerja otak manusia?
“ Bersulang!” teriakku, paman dan bibi membalas Louis dengan serempak.