RENCANA KABUR

1624 Kata
Steve terus mendekat, hanya dalam beberapa hitungan langkah lagi dia akan menemukanku. Louis pun belum bisa mencegah Steve, entah kemana Louis pada saat itu mengapa dia sangat lambat? “ Irene..” Tak jemu-jemu nya dia memanggil namaku, membuat tubuhku semakin ketakutan. Di detik-detik terakhir ini ku harap ada secercah ide yang muncul di kepalaku. Saat Steve melangkahkan kakinya melewati tempat sampah, aku menelonjorkan kakiku. Supaya Steve terjungkal, dan ku ambil kayu di sebelah tempat sampah. Ku arah kan balok kayu itu ke kepalanya hingga ia akhirnya terkapar. Aku menghela napas panjang, dan mengeceknya apa dia benar-benar pingsan? Nafasnya masih ada dan Nadinya masih normal. Dia benar-benar pingsan. Aku selamat dari persembunyian kali ini. Hari ini benar-benar membuatku hampir mati. Dan di detik-detik terakhir itu pula aku bersyukur, Tuhan masih membiarkanku menjalankan rencana. Dan tentu, untuk balok kayu aku pun mengucapkan terimakasih padanya. Berkatnya, aibku tak ketahuan. Suara depakan sepatu masih terdengar, itu adalah Louis. Dia lari terbirit-b***t bak dikejar anak anjing. Ia pun tak lupa mengatur nafasnya kembali, dan memegangi lututnya yang kesakitan “ Lihat anak itu, dia pingsan” ucapku. “ Kau berbuat apa padanya? “ Teriak Louis. “ Hanya memukulnya saja, aku mau pulang” kataku dingin dan berjalan melewati Louis. “ Lalu kau ingin membiarkanku bersama nya? “ Aku membalikkan badan sambil meregangkan leherku, “ kau mau aku yang bersamanya? Kau mau rencanaku hancur. Yang benar saja! Kau kan pengawalnya, dasar bodoh” “ Menyusahkan saja” kata Louis sebal. *** Setelah aku berlari dan membuat Steve serta Louis mengejarku, acara di rumah sakit itu hampir gagal. Vincent menyorotiku dan menggerutu dengan kesal. “ Dasar jalang” ucapnya. Penandatanganan surat surah terima akhirnya usai. Membuat yayasan besar itu telah resmi menjadi yayasan Milik Vincent. Yang di saksikan oleh rekan-rekannya dan para tamu sekalian. Serta berjuta-juta masyarakat yang menonton saluran televisi. Zoe, masih saja gundah. Memikirkan Steve yang mengejar sesuatu dan berteriak memanggil nama “ Irene” “ Irene? Memangnya Siapa gadis itu? “ Ucap Zoe. “ Bagaimana ini Zacklee, putra kita..” desis Zoe. “ Sudahlah tenang saja, Steve sudah dewasa. Lagipula pengawalku telah mengejarnya kan? “ “ Hanya satu pengawalmu saja? “ Teriak Zoe menahan air matanya. “ Diamlah dan tetap tersenyum. Kau mau citra ku jelek?” “ Ahh sialan” Louis menelpon salah satu pengawal yang lain untuk menbawakan mobil ke lokasi dimana Steve terkapar pingsan, “ halo, David?” “ Bisakah kau bawakan mobil kesini, tuan Steve pingsan” katanya. Di seberang sana, David salah satu pengawal Zacklee melaporkan kejadian itu pada tuannya. Zacklee terkejut sedang Zoe sendiri histeris mendengar bahwa anak emasnya pingsan. *** Apa hidupku akan selalu seperti ini? Menunggu waktu kapan aku bisa benat-benar menuntaskan dendamku pada Zacklee. Bahkan aku pun telah mengorbankan banyak tenaga, tapi setelah ku renungkan dan ku berpikir apakah rencanaku akan berhasil? Itu membuatku sedikit ingin mundur. Tetapi memori masa kecil dan pengalaman traumatis yang ku alami selama bertahun-tahun membuatku ingin tetap maju. Aku pesimis, seperti saat-saat seorang yang tak percaya diri membayangkan harapannya akan pupus. Di jembatan kota aku berdiri, menikmati angin sepoi-sepoi dan memandangi lautan yang luas dengan sebatang rokok yang terus ku hisap. Dan kepalaku gaduh bersama kenangan-kenangan sadis yang ku lewati dulu. Entah apa dan mengapa dengan tiba-tiba tanganku mengepal, membuat badanku seketika merinding setelah meratapi kejadian itu kembali. “ Sialan, kenapa kejadian itu datang ke ingatanku kembali” desisku pelan sembari menyoroti laut dengan air mataku yang berlinang. Tiba-tiba ponselku berdering, membuatku terkejut dan aku segera mengangkatnya. “ Ya halo ada apa?” Kataku “ Mengapa kau tiba-tiba kabur dari acaraku?” Ucap Vinceny dari seberang. “ Laki-laki sialan itu mengejarku” “ Siapa?” Tanya Vincent. “ Putra Zacklee. Aku ingin uang, untuk membeli rumah baru. Nanti malam aku akan mengambilnya darimu” kataku Aku segera mematikan teleponku, walau aku tahu bahwa Vincent hendak berbicara panjang lebar. Tapi suasana macam ini, yang tiba-tiba merusak suasana hatiku yang tenang menjadi gundah. *** Steve tak kunjung membuka matanya, membuat Ny. Zoe semakin khawatir pada keadaanya. Louis mengintip lewat spion yang berada di dalam mobil. “ Dia banyak drama” ucap hati Louis. “ Tolong percepat mobilnya” ketus Ny.Zoe. Mobil pun semakin mempercepat laju hingga beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di rumah. Louis dan beberapa pengawal lainnya segera menggotong Steve masuk ke kamarnya. Tak lupa Louis menelpon Dokter yang biasa merawat keluarga Zacklee setelah di beri komando oleh Ny. Zoe. Sedang Zacklee masih berada di Acara penyerahterimaan yayasan Oxford hanya untuk memikat Citra yang baik kepada masyarakat. “ Kondisinya stabil, dia tak apa. Kalian hanya bisa menunggunya sampai siuman” ucap sang Dokter yang telah tiba dan memeriksa kondisi Steve. Bu Zoe mengangguk-anggukan kepala dan terus menggenggam tangan putra tercintanya itu. Setelah berselang lama, mata Steve akhirnya terbuka secara pelan-pelan. “ Irene..” desis Steve di sela-sela siumannya itu. Louis yang mengintip lewat pintu, acuh dengan drama Steve yang tiba-tiba menyebut nama kakaknya. “ Memangnya siapa dia? Bisa menyebut nama kakaku seenaknya?” Gerutu lagi dia di dalam hati. “ Siapa itu Irene?” Tanya bu Zoe penasaran “ Ibu...” Ucap Steve sembari memegangi kepalanya yang berat. *** Aku mulai membuang puntung rokok yang sedari tadi ku hisap. Walau aku membungkam mulutku, tetapi isi kepalaku gaduh oleh memori-memori di masa lalu. Benar-benar menyiksa. Seseorang tiba-tiba mengagetkanku, dia menaiki mobil antik dan turun menghampiriku. Dia langsung menyergapku, dan berkata dengan ketus. “ Irene, kau terlalu banyak menghancurkan bisnisku” ketusnya. Dia adalah seorang pemilik kedai yang biasa memperlakukanku dengan baik. Tapi yang ku temui sekarang bukanlah dia yang ku kenal. Dia berkata ketus dan menyentakku, seolah-olah ia pun lupa bahwa orang yang turut membuat kedainya terkenal adalah aku. “ Banyak sekali karyawan uang yang berkata kau aneh akhir-akhir. Sering malas bekerja. Kau pikir, itu kedaimu hah? Lalu kematian Adrianna dan Jessi akhir-akhir ini membuatku sedikit curiga. Apa kau yang membunuhnya?” Teriak nya tidak jelas. “ Kau sudah tua, coba kau pikirkan cara bicaramu sekali lagi” kataku santai. “ Aku sudah cukup memperlakukanmu seperti seorang putri. Kau yang menyebabkan semuanya kacau. Karyawanku bilang kau dan Adrianna dekat dan Jessi adalah musuhmu di Kedai bukan? Aku bersumpah jika kau yang menyebabkan kematian dua orang itu. Aku akan menuntutmu” jawabnya samb mendorong-dorong badanku. “ HEI” teriakku padanya yang membuat dia berhenti menarik-narik bajuku. “ Bisakah kau berhenti menyentak dan berbicara soal omong-kosong?” teriakku lagi. Plak “ Pantas saja semua karyawan tidak ada yang mendekatimu, kau hanya gadis berandal yang biasa merokok dan berbuat kasar pada orang lain ha?” Katanya lagi berteriak setelah menampar wajahku dengan keras. Aku memegangi pipiku sambil menghela napas, rambutku kembali berantakan. “ Sialan kau ini” ucapku. “ Rasakan ini “ teriakku, semua orang yang berlalu lalang menyaksikan kami. Beberapa diantara mereka ada yang mengambil gambar dan merekam. Aku menampar wajahnya balik, dan mendorongnya ke sisi jembatan kota. “ Jika kau frustasi karena kedaimu hancur, jangan menyalahkan orang lain kau mengerti?” “ Lain kali kau tahu tempat untuk melawanku, karena kau lihat ke bawah. Laut itu luas, dan aku bisa saja membuang badan berengsek mu ini ke laut. Kau mengerti?” Kataku Dia ketakutan setengah mati dan mengangguk-angguk dengan gemetar. Seseorang tiba-tiba menelpon polisi. Aku mendengarnya dan segera melepas tanganku yang mencekik leher ibu kedai itu dan pulang ke rumah dengan lari yang terbirit-b***t. *** Di lain sisi, Steve mencoba bangun dari ranjangnya. “ tidak usah kemana-mana, kau masih lemas” ucap bu. Zoe “ tapi bu, aku harus mencari temanku” jawabnya “ Steve, siapa yang membuatmu tergila-gila hingga kau menjadi seperti ini?” steve menundukkan kepalanya, dia membungkam. Tak ingin membuat ibunya tahu soal Irene. “ ayo jawab nak” kata bu Zoe. “ ah sudahlah. Aku ingin istirahat terlebih dahulu” “ ibu temani” “ tidak usah bu. Kau juga harus beristirahat” kata Steve bu Zoe mengangguk pelan dan mulai beranjak pergi ke kamarnya. Steve terus termenung, membaringkan badannya lagi dan mulai menyoroti ponsel yang berada di laci sebelah ranjangnya. Tangannya mulai meraba dan mengambil ponsel itu. Dia mengotak-atik mencari nomor telepon Irene. “ ahhh, aku tidak memiliki nomornya” gerutu Steve sambil membanting hp nya ke ranjang. “ bagaimana dengan sosial medianya?” pikir Steve. Dia mengambilnya lagi dan mulai mencari Id name Irene di sosial media ternama. Hasilnya nihil, bahkan dia tidak memiliki sosial media sekalipun. Tapi sesuatu mulai membuat Steve bangun lagi dari ranjangnya. “ irene dan pemilik kedai itu bertengkar?” gumam Steve setelah melihat Video yang tak sengaja berada di bilah Cerita sosial media temannya. “ apa-apaan ini?” Teriak Steve dengan matanya yang terbelalak lebar. Steve mulai meninggalkan ranjangnya dan berdiri keluar dengan menyelinap untuk mencoba kabur. Matanya mulai celingak-celinguk mengintip ke arah luar. “ tidak ada orang” katanya. Kakinya mulai melangkah perlahan-lahan. Namun tiba-tiba seorang mengejutkannya. Louis yang terlihat keluar dari paviliun dan tak sengaja melihat Steve yang mencoba kabur. “ sialan” kata Steve dengan dengusannya yang mulai sebal. Dia masuk ke kamarnya lagi dan menutup pintu kamarnya dengan keras. Matanya mulai tersihir ke arah jendela yang bisa di jadikan jalan pintas untuk kabur. Di lain sisi, Louis yang tak sengaja melihat tampang Steve yang mencurigakan segera mengambil tindakan. “ apa-apaan cecunguk itu” kata Louis segera memasuki kamar Steve. Dia membuka pintu kamar Steve, tak ada seorang pun disana. Hanya menyisakan jendela kamar Steve yang terbuka. Louis menendang ranjang Steve, kesal dengan Steve yang kerap kali menyusahkan. “ sialan, dia kabur” Gerutu Louis. louis segera menyusul Steve keluar, tapi ia pun penasaran kepada ponsel Steve yang sedari tadi memgeluarkan suara gaduh. Ia mengambil ponsel Steve yang berada di ranjangnya. Matanya semakin melotot setelah melihat Video kakaknya yang bertengkar dengan ibu-ibu tua. “ irene....” ucap Louis yang tiba-tiba menutup mulutnya karena takut ketahuan. “ Steve...aku tau kemana kau pergi” serunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN