Arga kesal, teramat sangat kesal. Bagaimana tidak? Sudah 2 hari ini susah sekali bertemu Tara, kalaupun bertemu salah satunya pasti dalam keadaan tergopoh gopoh menuju kelas selanjutnya atau sedang bersama sekelompok orang.
Entah kenapa Arga segan untuk memanggil Tara ketika bersama teman-temannya sekedar bertanya no telepon dan pin BB Tara. Bertanya ke orang lain pun lebih segan lagi. Arga tidak mengerti kenapa, padahal dulu, hal itu adalah hal yang biasa dia lakukan, kenapa sekarang menjadi hal yang paling sulit dia lakukan. Hufft, Tara nih!!
Akhirnya kesempatan itu datang ketika Arga sedang duduk di dalam mobilnya dan bersiap untuk pulang. Dia melihat Tara sedang berjalan sendirian melewati mobilnya kearah gerbang.
Alhamdulillah, batin Arga bersyukur, dia langsung mau turun dari mobil ketika tiba tiba “inner self”nya muncul dan berdebat diantara mereka sendiri.
“Eh, apa mendingan sambil bawa mobil biar entar sekalian antar Tara pulang?” Arga berbicara kepada sendiri.
“Tapi kalau Tara nolak, bakalan susah nanya no telp dari dalam mobil,” debatnya, tentu saja berdebat dengan dirinya sendiri.
“Jadi mendingan jalan kaki aja samperin Tara, terus basa basi, nanya no telp, syuku-syukur kalau Tara mau dianterin pulang,” akhirnya si “inner self” mengambil keputusan yang menurutnya paling bijaksana.
Akhirnya Arga keluar dari mobil dan berjalan menuju arah gerbang keluar. Dilihatnya Tara sedang berdiri dipinggir jalan. Arga mempercepat langkahnya, takut Tara keduluan dijemput angkot. Tapi ketika tinggal beberapa langkah lagi, tiba tiba sebuah mobil Suzuki Vitara berhenti didepan Tara, jendelanya turun otomatis kebawah dan terlihat seorang pemuda tampan dibelakang setir. Tara tanpa ragu membuka pintu mobil dan masuk lalu mereka pergi.
Arga tertegun menyaksikan apa yang telah terjadi didepan matanya. Dia tak percaya, dia sudah keduluan orang hanya dalam waktu 2 hari. Damn!!! Mana cowoknya ganteng pula lagi!
“Eh Tara dijemput siapa tuh?” Tiba tiba ada suara disebelahnya. Dia menoleh, ada Nurlis dengan Gina. Sejak kapan mereka berdiri disebelah Arga?
“Sama Nugi,” jawab Gina.
“Ooooh Nugi gebetan abadinya Tara?”
“Yoih! Pulang yuk ah”
Ketika Gina membalikkan badan dia terkejut mendapatkan Arga disebelahnya sedang memandang penasaran ke arahnya.
“Eh kaget, ada kang Arga. Dari kapan disini?” Sapa Gina.
“Eh ehm, mau pulang abis shalat jumat,” jawab Arga tergagap, kenapa coba harus gugup. Biasa aja kalii Ga!
“Oh iya atuh, duluan kang,” kata Gina, disusul oleh Nurlis, mereka berdua berjalan kearah mobil Gina.
Arga hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berpikir, kalau itu cowok gebetan abadinya Tara, hilang sudah kesempatan Arga mendekati Tara. Kebanyakan mikir sih rutuk Arga. Akhirnya Arga berjalan gontai ke mobilnya, mending pulang dan bersiap pergi ke Jakarta. Tiba tiba dia kangen rumah.
Tanpa Arga tahu kalau ada 2 orang yang sedang tertawa geli memperhatikan tingkahnya. Walau salah satunya merasa agak tercubit sakit hatinya, tapi untuk apa sih mengejar seseorang yang sudah jelas menginginkan orang lain dan orang itu bukan dia.
***
Tara sedang memasangkan sabuk pengaman ketika dilihatnya Arga berdiri di depan gerbang dengan, sebentar.... GiINA DAN NURLIS!!!! Sialan, pasti mereka kepo, karena Tara memang merahasiakan kepergiannya dengan Nugi dari mereka.
Ya, Nugi menelpon beberapa hari yang lalu. Asalnya dia tidak bertanya apa/apa tentang Dhito, tapi Tara sudah tahu, pasti Dhito sudah bicara banyak dengan Nugi. Sahabatan gitu loh.
Tidak lama Nugi menelepon malam itu, dia malah mengajak Tara keluar dihari Jumat sore. Karena tidak ada kuliah, tentu saja Tara langsung menyetujui ajakan Nugi. Bodoh kalau tidak. Tara kangen dengan kupu kupu didalam perutnya yang selalu berterbangan setiap ketemu Nugi. Hehehe artian harafiah Tara untuk butterflies in my tummy.
“Mau makan kemana Tar?” Tanya Nugi menyadarkan Tara dari lamunannya. Tara menoleh dan tersenyum, ganteng banget sih ni cowok sayang banget ga boleh GR sama dia, cukup dinikmati aja kebersamaan yang didapat.
“Terserah yang ngajaklah” jawab Tara.
“Kamu makin cantik,”
“Pastilah, single, available and ready to mingle,”
“Mingle with me?” Goda Nugi. Mulai deh Nugi “flirting” ke Tara. Disinilah kesabaran Tara diuji.
“Iya dong... and many others” kilah Tara. Kalau Tara menyanggah langsung habis2an atau mengiyakan langsung itu artinya dia sudah kalah dari Nugi, jalan tengah is the best!
“Tara gitu loooh!” Kata Nugi menggoda Tara.
“Iyalah, Tara gitu loooh...”
Nugi mengacak rambut Tara dengan gemas dengan satu tangan, duuh kan gimana ga kelepek kelepek siiih.
“Kita ke kafe deket Unpar yaa. Disitu ada rumah dijadiin tempat kafe gitu, cozy dan adem,” ajak Nugi.
Tara mengangguk. Kemanapun jadi kok asal sama Nugi, cieee.
Sepanjang perjalanan mereka sempat membahas Dhito dan Nugi menyampaikan permintaan maafnya. Nugi berkata, Dhito tidak pernah melakukan hal itu didepannya, mungkin segan.
Tiba-tiba bagai tersambar petir di siang bolong Tara baru menyadari sesuatu, kira kira apa yang diobrolkan dua sahabat ini tentang dia kalau mereka bertemu. Nugi ga mungkin kan seperti Dhito? Kakak adik saja bisa jadi punya karakter yang berbeda, apalagi ini? Aah Tara kok jadi illfeel sih.
“Eh Tar, kok diem,” tanya Nugi.
“Eh, ehm gpp. Masih jauh tempatnya?” Tanya Tara berusaha menyembunyikan perasaannya.
Nugi tertawa geli.
“Kan ngelamun. Orang kita udah nyampe”
“Hah?” Menoleh keluar. Ternyata mobil sudah terparkir manis didepan sebuah rumah.
“Ati ati kesambet kalau kebanyakan ngelamun,” Nugi masih menggoda Tara, mencoba mengembalikan fokus Tara yang tiba tiba seperti terpecah.
Tara tersenyum kecut dan keluar dari mobil. Mereka masuk kedalam kafe dan ternyata mereka harus memesan dulu makanan dan minuman mereka lalu langsung membayarnya, sebelum duduk sambil membawa nomor pesanan untuk diletakkan di meja.
Tara memesan Bitterballen, air mineral dan es cappuccino tapi tidak memperhatikan apa yang dipesan oleh Nugi. Mereka melihat sebuah tempat kosong diteras bagian samping. Mereka berjalan ke arah tempat duduk dengan tangan kanan Arga yang menempel dibelakang pinggang Tara.
“Tara?” Sebuah suara membuat mereka menoleh bersamaan. Tampak Seorang laki-laki tampan berdiri didepan pintu kafe itu.
“Kang Arga?” Tba tiba Tara merasakan dadanya berdetak lebih kencang dan perutnya dipenuhi jutaan kupu-kupu ketika melihat Arga.