bc

Dia Milikku

book_age16+
1.2K
IKUTI
5.2K
BACA
possessive
contract marriage
love after marriage
arranged marriage
billionairess
drama
comedy
bxg
lies
like
intro-logo
Uraian

Larina Faranisa Dawson, seorang wanita yang terjebak dalam sebuah perjanjian konyol bersama dengan seorang pria yang bernama Reynand Adelardo Myles. Kehidupan mereka berubah saat Reynand mengutarakan isi hatinya.

-

"Aku mencintaimu, Fara. Dengarlah detak jantungku ini. Aku mencintaimu."

--Reynand Adelardo Myles--

'Apa ini sudah berakhir? Aku sangat mencintaimu Rey, jauh sebelum aku benar-benar menyadarinya. Aku mencintaimu.' Batin Fara lalu mencium bibir Reynand sejenak dan pindah pada kening, kedua mata Reynand, hidung lalu kembali lagi ke bibir Reynand. 'Semoga kau selalu bahagia.' Sambungnya dan turun dari ranjang.

--Larina Faranisa Dawson--

chap-preview
Pratinjau gratis
Kesalahan
Seorang gadis brunette berusia 25 tahun berjalan sempoyongan menuju apartemen miliknya yang berada dilantai 10 No. 4002. Bau alkohol menyerbak disekitar mulutnya. Blus tanpa kerah berlengan panjang yang setinggi 10 senti diatas lutut dengan motif kotak hitam putih tak membuatnya susah berjalan. Tangan kanannya berpegangan pada sepanjang dinding apartemen tersebut untuk menuntunnya berjalan supaya tidak terjatuh. Sedangkan tangan kirinya merangkul tas slimpang berwarna putih dengan brand Chanel. Sesekali dia berhenti sejenak dan bersandar pada dinding apartemen sambil mengigau sebelum melanjutkan langkahnya. “s**t! Sialan! Dasar playboy!!!” Teriak gadis yang dikenal dengan nama Larina Faranisa Dawson tersebut. Gadis itu akrab dipanggil dengan nama Fara. “Bodoh!!!” Lagi lagi Fara berteriak pada dinding tembok apartemen yang sedang menjadi sandaran tubuhnya. Bayangan pria yang membuat keadaannya seperti sekarang ini kembali terngiang dipikirannya. “Aku sangat yakin Alex pasti akan menyukainya.” Fara berujar seorang diri sambil berjalan menuju apartemen Alexander Glirfon. Ini adalah malam perayaan hari jadi hubungan mereka yang ke-3. Fara berjalan melewati lorong apartemen dengan kedua tangan menopang sebuah kue kecil hasil buatannya sendiri. Karena sudah terbiasa masuk ke dalam apartemen Alex tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Fara langsung masuk ke dalam apartemen milik Alex. Untung saja Alex tidak pernah mengunci pintu saat dirinya berada di apartemen. Fara mencari sosok Alex disegala ruangan, bahkan dirinya sampai berteriak memanggil namanya, “Alex..!” Mungkin Alex ada dikamar, batin Fara dan berjalan menuju kamar Alex. Samar-samar Fara mendengar suara aneh dari dalam kamar Alex. Lebih tepatnya suara seorang wanita. Ia melenggang perlahan dan dengan ragu-ragu Fara membuka pintu kamar Alex mencoba membuktikan bahwa pikiran-pikiran buruk tentang Alex bisa hilang. Setelah pintu terbuka sepenuhnya, Fara membelalakkan matanya tak percaya. Kue pahatannya sendiri jatuh di atas lantai putih dan kedua tangannya tergerai bebas di udara. Kedua manik coklatnya sudah memerah dan berair. “Alex,” gumam Fara pelan. Dirinya masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Alex, kekasihnya sendiri sedang bersama seorang wanita. Merka berdua b******a di dalam kamar. Bahkan tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh polos mereka berdua. Pandangan Fara langsung tertuju pada beberapa pakaian mereka yang berserakan di atas lantai. Alex langsung melirik kearah Fara dan seketika dirinya terkejut. “Fa-Fara?” Alex langsung bangun dari ranjang dan berjalan mendekati Fara untuk menjelaskan apa yang terjadi. “Stop!” sentak Farah sambil mengarahkan telapak tangan kanannnya untuk menahan Alex. “Far–” “Aku bilang stop!” teriak Fara membuat Alex menghentikan langkahnya. Sekarang jarak mereka tak kurang dari tiga puluh senti. Alex berniat ingin memeluk Fara dan meminta maaf atas kejadian yang baru saja terjadi. Namun melihat raut wajah Fara membuatnya mengurungkan niat sampai terdengar suara tamparan cukup keras. Alex memegangi pipi kirinya. Tatapannya berkerut dan menajam kearah Fara. “Dasar pembohong!” sentak Fara. Alex justru menyeringai mendengar ucapan Fara. “Pembohong?” ulang Alex dengan nada mencemooh. Fara menatap tajam kearah Alex tanpa menjawab ucapan Alex. “Kau bilang aku pembohong?! Kau kira aku tidak tahu kalau sebentar lagi kau akan menikah dengan orang lain? Lalu buat apa aku mempertahankan hubungan ini? Seharusnya dari awal hubungan ini tidak pernah ada! Kalaupun ada–” Alex menyeringai, “dari dulu aku melakukan hal ini padamu!” Kening Fara berkerut mendengar ucapan Alex. Apa benar ini Alex yang dikenalnya? Bukankah Alex adalah seorang lelaki yang lembut? Bukankah Alex tidak bisa menyakiti wanitanya? Fara masih ingat saat Alex merasa khawatir setengah mati pada dirinya hanya karena kaki Fara terkilir dan itupun tidak parah dan Fara masih mampu untuk berjalan. Lalu siapa lelaki yang ada didepannya sekarang? Apa dia iblis yang menyamar menjadi Alex? Apakah dia iblis utusan orang tua Fara agar hubungannya dengan Alex cepat berakhir? Dirinya memang akan menikah beberapa bulan lagi dengan lelaki pilihan kedua orang tuanya, namun itu sama sekali bukan pilihan untuk dirinya, Larina Faranisa Dawson. Fara hanya ingin menikah dengan Alex. Tunggu! Alex? Apa Alex yang sekarang pantas untuk dinikahi oleh Fara? “Lebih baik kau pergi sekarang sebelum aku melakukan hal yang sama padamu,” ucap Alex membuyarkan lamunan Fara. Fara sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Sekarang dia menangis! Damn! Kenapa dia harus menangis di depan lelaki b******k seperti Alex ini? Fara langsung memutar balik badannya dan berlari keluar apartemen Alex. Fara tersenyum lebar saat mendapati pintu apartemennya ada di depan matanya. Tangan kanannya langsung memegang knop pintu. Sedetik kemudian keningnya berkerut karena tidak bisa membuka pintunya. “Ups,” gumam Fara dan telapak tangannya pindah kearah bibir yang terolesi lip balm berwarna merah muda. “Masukkan password dulu Fara. My god. Kau sangat bodoh sekali,” Fara menggerutu seorang diri. Aroma minuman keras masih tercium sangat jelas dari mulutnya. Fara lupa sudah berapa gelas bahkan botol yang masuk melewati tenggorokannya beberapa jam yang lalu. Jari-jari lentik dengan kuku yang terawat sempurna ditambah cat kuku biru yang menutupi setengah bagian kukunya mencoba menekan beberapa angka. Sorry, your passwords incorrect. Wajah Fara mendekat pada sebuah layar kecil yang hanya berukuran 10x4 cm di atas tombol angka kode apartemennya. Matanya menyipit mencoba membaca barisan huruf dan mencernanya. “Emmm? In-cor-rect? Hei, bagaimana bisa?” Fara berdecak kesal dan jari-jarinya kembali menekan barisan angka. Dua kali. Tiga kali. Karena sudah ketiga kalinya Fara mencoba menekan tombol yang sama dan belum juga terbuka membuatnya semakin kesal. Tendangan kaki kirinya pada dinding pintu apartemen menjadi pelampiasan amarahnya. “Bukankah password-nya 123123 yah? Atau aku sudah menggantinya menjadi 321321? Tapi kalau 333333 bagaimana?” Dirinya memposisikan tubuhnya bersandar pada dinding pintu, telunjuk kirinya mengacung pada hidung mancungnya; mencoba berpikir. “Tunggu! Kalau 333333 bukankah itu angka sial? Astaga. Bagaimana jadinya kalau aku benar menggantinya?” Sekarang Fara menggedor dinding pintu apartemen di depannya cukup keras sehingga membuat dirinya sedikit meringis menahan sakit pada telapak tangannya. *** Seorang pria yang sedang berjalan dari arah dapur menuju kamarnya menghentikan langkahnya tiba-tiba dan tersedak akibat minuman yang masih bersarang di mulutnya saat mendengar suara gubrakan pintu cukup keras di apartemennya. “Sial! Siapa yang berani menggedor pintuku?!” gumamnya kesal dan berjalan mendekati pintu apartemennya. Manik heterochromia abu-abu dan hitam pekatnya menatap heran kearah layar interkom yang berada tepat di belakang pintu apartemen. Layar tersebut selebar 14” dan digunakan untuk melihat tamu atau seseorang yang berada tepat di depan pintu apartemennya. Pandangannya menyipit mencoba mengamati tingkah bodoh seorang gadis yang bahkan tidak dikenalnya. Suara ketukan pintu yang lebih mirip gubrakan mengusik pendengarannya. Tanpa ada jalan lain akhirnya pria itu membuka pintunya dan melihat gadis itu berdiri di depannya sambil tersenyum. “Wow. Ternyata aku cukup kuat juga. Bagaimana kalau besok pagi aku akan mengisi daftar formulir wonder woman?” gumam Fara dan belum menyadari ada seorang pria berdiri di depannya. Beberapa detik kemudian Fara mendongak dan melihat pria itu menatap tajam kearahnya. Fara menyipitkan pandangannya. “Astaga! Aku sedang tidak ingin melihatmu. Dasar lelaki pembohong. Pergi kau dari sini!” ujar Fara cukup keras. Pria itu menatapnya dengan tatapan tak percaya dan sempat mendengus karena menyadari keadaan Fara yang terselimuti aroma alkohol. Tanpa basa basi, Fara mendorong pria itu yang menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam apartemen. “Hei, kau mau kemana?” Fara menutup mata beberapa detik sebelum menjawab pertanyaanya dengan sebuah pertanyaan, “Apa kau puas?” Pria itu semakin bingung. Sebelum Fara melanjutkan ucapannya, ia berbalik dan menatap wajah diamond pria tersebut. “Apa kau puas, hah?!” sekarang nadanya terdengar seperti teriakan. “Kau puas sudah mengkhianatiku? Kenapa tidak dari dulu saja kau melakukan itu padaku? Kenapa setelah tiga tahun hubungan kita kau baru melakukannya? Apa alasanmu itu, hah? Karena aku akan menikah? Apa kau bodoh, kalau kau tahu aku akan menikah seharusnya bukan itu yang kau lakukan. Dasar bodoh. b******n. b******k. Pembual. Kurang ajar. Aku membencimu!!” Pria itu hanya diam dan menatapnya dengan intimidasi. Apa wanita ini mabuk hanya seorang pria? batin pria itu tak percaya. Tanpa diduga, Fara tiba-tiba mencium bibir pria di depannya itu. Menciumnya dengan lembut dan merangkulkan kedua tangannya pada leher kokoh pria itu. Awalnya pria itu masih diam dan sedikit terkejut karena Fara menciumnya tanpa aba-aba, namun tak lama kemudian pria itupun membalas ciuman Fara. Dia mendorong tubuh Fara pada dinding apartemen. Ciuman yang di awali Fara kini menjadi ciuman panas. Fara hanya bisa menutup kedua matanya menikmati ciuman pria itu. Kedua tangan Fara berpindah memeluk wajah pria itu hingga mengisi sela-sela jarinya dengan rambut pria itu. “Stop,” Fara mencoba menjauhkan kepala pria itu pada lehernya. Pria yang saat ini menghimpit tubuh Fara mmpunyai nama lengkap Reynand Adelardo Myles membisikkan sesuatu pada daun telinga Fara. “Kau yang menggodaku. Dan sekarang aku tidak bisa berhenti.”  Dia kembali mencium bibir Fara membuat gadis itu memejamkan matanya kembali. Tangan pria itu sekarang memeluk Fara erat dan semakin menghimpit tubuh Fara diantara tubuhnya dan dinding apartemennya. “Al-Alex… Please… Stop.” Reynand menegang mendengar nama pria lain yang disebut oleh Fara. “Rey… Reynand. Kau panggil aku Reynand. Jangan sekali-kali kau berani memanggil nama pria lain. Mengerti?!” bisiknya dengan halus namun tegas. Fara yang sudah kehilangan kesadarannya beberapa jam yang lalu hanya mengangguk pasrah dan menerima setiap cumbuan pria itu pada tubuhnya. Reynand sudah tidak kuat menahan gejolaknya yang sudah menggerayangi otaknya. Diapun menggendong Fara dengan kedua tangannya menuju kamar. Fara yang sudah setengah menutup matanya karena lelah hanya menyandarkan kepalanya pada d**a bidang Reynand dan merangkulkan kedua tangannya di tengkuk Reynand. *** Sebuah dering ponsel yang berada diatas nakas berbunyi membuat seorang gadis yang sedang terlelap, sadar dari segelintir mimpinya. Dengan lesu ia menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya dan mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel. Kedua matanya terbuka selebar alis untuk melihat pengganggu pagi harinya. Fara mendengus kesal melihat kontak nama yang sudah tak asing lagi  sebelum akhirnya menjawab panggilannya. “Far,” terdengar suara wanita sebayanya dari speaker ponsel. “Hmm,” jawabnya dengan malas. “Astaga! Kamu baru bangun tidur? Dasar perawan bunting jam delapan masih tidur.” Fara membelalakkan kedua mata mendengar ocehan Mesti–temannya–yang membuatnya sangat ingin merusak tatanan rambut milik temannya itu. “Eh kalau ngomong dijaga dong!” seloroh Fara. Mendengar itu, Mesti justru terkekeh membuat Fara semakin kesal. “Aku mau minta kamu untuk menemaniku membeli sesuatu buat Arol,” ucapnya setelah tawanya sedikit mereda. Fara kembali menutup mata dan berbaring di atas ranjang empuk yang nyaman, “Jam berapa?” “Dua jam lagi aku ke apartemenmu. Pokoknya kamu harus siap-siap. Oke?!” “O–” Fara menghela nafas dan mendengus kesal. Kebiasaan buruk Mesti selalu mematikan sambungan telepon sepihak itu belum juga menghilang. Ia menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Fara merasa suasana pagi ini terasa sedikit berbeda. Bahkan aroma ruangan kamarnya pun berbeda dan rasa nyaman ranjangnya juga berbeda. Terasa lebih sedikit… lebar? Bukankah Fara tidak menyukai ranjang yang lebar? Dan ranjang apartemennya pun tak selebar ini? Dengan ragu-ragu Fara kembali membuka matanya. Baru selebar alis dan ia sudah mengamati langit-langit kamar berwarna hitam. Tunggu! Langit kamarnya bukankah berwarna putih, lalu kenapa bisa berubah dalam waktu semalam? Sontak Fara membulatkan kedua bola matanya. Ia menoleh kearah kanan kiri ruangan kamar yang tidak dikenalnya. “Astaga. Aku... Ak-aku ada di mana?” gumamnya pelan dan khawatir. Fara duduk dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang untuk kembali mengamati setiap inci dari ruangan yang baru dilihatnya. Saat ia menggerakkan kakinya, ia merasa nyeri menjalar di daerah vitalnya. Dengan cepat ia menyingkap selimut dengan perasaan takut sudah menguasai pikirannya. Menyadari apa yang sudah terjadi pada dirinya, ia langsung menjerit. Fara mencoba mencari kepingan memori yang sudah menimpanya beberapa jam yang lalu saat dirinya mulai kehilangan kesadaran. Fara meruntuki dirinya sendiri atas kesalahannya yang menimbulkan akibat seperti saat ini. “Aku menciumnya? Astaga! Kenapa aku bisa mencium lelaki yang bahkan tidak aku kenal? Bodoh. Dasar bodoh. Kau bodoh sekali Fara!” Fara beranjak dari ranjang dan memungut pakaiannya yang tersebar di lantai dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai. Setelah sepuluh menit ia keluar dengan pakaian yang lengkap dan wajah yang sudah dibasuh. Fara mengendap-endap agar tidak dipergoki sang pemilik apartemen. Namun langkahnya terhenti dan melihat kearah ranjang yang baru saja dirasakan kenyamanannya. Bukan. Bukan kearah ranjangnya. Tapi kearah foto yang berukuran selebar tv 32" yang ia pikir adalah pemilik apartemen tersebut. “Astaga. Dia sangat tampan. Rambut model under cut-nya tertata rapi. Garis rahangnya menunjukkan seperti pria ini memiliki wajah yang dingin dan menakutkan namun terlihat tampan. Bola matanya, warna bola matanya sangat unik dan… iya, aku sangat menyukai bola mata berwarna abu-abu di sebelah kanannnya sedangkan sebelah kirinya berwarna hitam pekat. Hidung dan bibirnya terpahat sempurna. “Apa dia pria yang aku cium semalam? Apa dia pria yang membopongku ke ranjangnya? Dan apa dia pria yang merenggut harta berhargaku? Aku sangat ingin merasakan sentuhan tangannya yang besar itu di wajahku dan aku juga sangat ingin mera–” Sedetik kemudian Fara menggelengkan kepalanya dan menghentikan ucapannya. Fara memukul kepalanya dan kembali meruntuki diri sendiri karena sudah mengagumi seseorang yang salah. Dia pun menghela nafas untuk menyingkirkan pikiran-pikiran buruk dan kembali berjalan keluar dari kamar tersebut. Fara menghentikan langkahnya sejenak dan kembali mengamati setiap ruangan diapartemen tersebut sebelum menuju pintu keluar. Wanita itu bernafas lega karena dapat keluar dari apartemen tersebut tanpa diketahui sang pemiliknya. Tiba-tiba Fara tertegun karena mengetahui satu fakta yang sangat mengejutkan. Ia menatap horor kearah pintu apartemennya sendiri yang berada tepat di depan pintu apartemen tempatnya keluar. Fara menghela nafas panjang menyadari kebodohannya. Dia celingukan kanan kiri sebelum berlari menuju pintu apartemennya. Kemudian ia langsung menekan password apartemennya sendiri. Terbuka. “Horee!!” Fara bergoyang-goyang pelan sebelum akhirnya benar-benar masuk ke dalam apartemen mliknya. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

CEO and His Cinderella

read
56.7K
bc

I Love You Dad

read
293.2K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
486.9K
bc

Sak Wijining Dino

read
162.0K
bc

Pengantin Pengganti

read
85.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook