Part 2

2408 Kata
PART 2 .-"*"-. Cakka memakai jaket hitam kulitnya, dua orang pengawal langsung mengawalinya keluar dari area konser. "Saya pulang sendiri saja," ucap Cakka pada kedua pengawal itu. "Manager saya masih di dalem, dia yang akan mengurusi semuanya," Cakka memberitahu. "Maaf atas kesalahan informasi ini, kami melupakan kalau tidak ada acara meet and great setelah konsernya selesai," ucap salah satu pengawal itu, Cakka mengangguk maklum. "Apa lebih baik kami kawal saja sampai ke mobil anda?" tanya pengawal lainnya. "Saya sudah 24 tahun," ucapnya mencoba melucu, kedua pengawal itu mengangguk lalu meninggalkan Cakka. Cakka merasa cukup aman di pelataran parkir pun tidak banyak orang berlalu lalang, lagi pula dengan kacamata dan topi kupluknya Cakka yakin tidak ada yang mengenalinya dari jarak beberapa meter. Penyamaran yang bagus bukan? Namun pemikiran itu langsung buyar setelah sesaat kemudian Cakka merasakan seseorang menabrak tubuhnya, ia menoleh kedepan dan menemukan seseorang tengah menatapnya terkejut. "YOU!" pekik gadis dihadapannya, Cakka melepaskan kaca matanya lalu menaikkan sebelah alisnya. "Mau minta tanda tangan?" tanyanya membuat gadis itu melotot, melihat ekspresi itu Cakka ingin tertawa namun ia tetap memasang wajah innocent nya. "You wish, Tuan sok tau," Cakka terbelalak, apa tadi, Tuan sok tau? "Better than you, Nona sombong dan galak," balasnya. Shilla tersenyum tipis, "gue cukup kaya untuk sombong," ucap Shilla. Shilla ingin melangkah meninggalkan Cakka namun lengannya dicekal oleh pemuda itu. Cakka memandang Shilla dengan tatapan yang tidak dapat Shilla artikan, matanya sayu membuat bulu kuduk Shilla meremang, ia tidak pernah ditatap seintens ini dengan lelaki manapun. "Pernah mengalami sesuatu masalah Nona?" tanya Cakka, Shilla mengernyit tidak mengerti pertanyaan Cakka. Detik berikutnya ia merasakan sesuatu yang lembab dibibirnya, Cakka menciumnya tepat diatas permuakan bibirnya, hanya sepersekian detik namun mampu membuat sekujur tubuh Shilla membeku. "Lo dalam masalah itu sekarang," Setelah membisikkan kalimat itu Cakka pun meninggalkan Shilla, Shilla mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah sadar dengan apa yang baru saja terjadi ia pun menoleh kebelakang. "s**t," umpatnya ketika tidak menemukan Cakka disekitarnya. --- Shilla mengoleskan eyeliner dikelopak matanya, sentuhan terakhir sebelum pergi dari rumah, ia merapikan blazer dan menata poninya yang sedikit berentakan. Ada meeting pagi ini dan Shilla tidak ingin tampil buruk didepan kliennya. Shilla mengambil setelan baju santainya dalam lemari pakaiannya lalu memasukkannya ke dalam tas lainnya, setelah meeting Shilla langsung ke kampusnya dan dia tidak ingin berpakaian seperti sekarang ke kampus, cukup tua dari usiannya seharusnya. Sepanjang perjalanan menuju ruangannya, Shilla merasa waktu terasa begitu lambat, setiap mata karyawannya memandangnya, ini pertama kalinya mereka memandang Shilla seperti itu. "Apa pakaian gue keliatan nggak pantas?" tanya Shilla pada Angel begitu mereka masuk ke dalam lift khusus atasan. "Lebih baik dari biasanya, i guess," jawab Angel, Shilla mengangkat bahu berusaha tidak peduli. "Ini data-data yang harus lo persentasikan, gue rasa ini udah gak asing lagi buat lo," Angel memberikan map berisi kertas-kertas pada Shilla. Shilla menerima map itu lalu membukanya, membacanya sekilas lalu berkata, "berapa waktu yang gue perlukan untuk ini?" pada Angel. "Sekitar 45 menit," "Oke," "It's time," Angel berdiri lalu merapikan rok spannya. "Gue tau lo selalu berhasil, gue harap kali ini juga, good luck Shilla," ucap Angel dan dibalas Shilla dengan senyuman tipis. Angel selalu memberikan Shilla dorongan-dorongan positif, ia juga selalu memuji Shilla. Shilla cerdas ia hanya butuh sekali baca atau sekali penjelasan untuk memahami sesuatu, untuk usianya yang masih terlalu muda Shilla juga cukup pintar dalam berbicara, jawaban diplomatisnya disetiap pertemuan membuatnya dipuji setiap kliennya. Shilla tidak tau itu, ia tidak pernah menyadari hal-hal baik tentang dirinya, ia hanya menyadari seberapa buruk nasibnya. -- Setelah meeting dikantornya selesai Shilla langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ia bawa lalu pergi menuju kampusnya. "Shilla..." Shilla baru saja sampai diparkiran kampusnya, bahkan ia belum sempat me-lock otomatiskan mobilnya tapi suara Sivia juga Ify membuat gerakannya terhenti. Keduanya menghampiri Shilla dan langsung menarik cewek itu menuju kantin, lagi-lagi Shilla merasa aneh dengan tatapan orang-orang padanya, ia tidak pernah menjadi pusat perhatian seperti sekarang, atau sebenarnya pernah, namun ia tidak pernah menyadarinya. "What people thingking about me?" tanya Shilla begitu pantatnya mendarat di atas bangku kantin. "About you?" Ify balik bertanya. "This," Lalu Sivia menyodorkan iPad nya pada Shilla. 'INIKAH PACAR BARU CAKKA?' Begitulah tulisan yang tertera di layar iPad Sivia, Shilla sudah ingin mengabaikan Sivia, berapa kali sudah ia katakan kalau ia tidak tertarik mengetahui segala hal tentang orang itu, namun Sivia menggeser layar iPadnya keatas membuat Shilla tercengang. Shilla terkejut bukan main, ada fotonya disana bersama Cakka dan mereka terlihat seperti, ciuman? "Siapa yang tak kenal aktor sekaligus penyanyi muda Cakka Jean pelantun lagu Kau dan Aku ini kembali membuat Cakkalovers -begitu sapaan fansnya- patah hati, setelah mengaku putus dengan pemain sinetron Amanda Shania, beredar foto mesra Cakka di media sosial. Selesai acara konser tunggalnya kemarin, Cakka terlihat kepergok mencium seorang gadis dipelataran parkir Ghastly Park tempat diadakannya konser tersebut. "Mereka terlihat mengobrol sebentar, gadis itu hendak meninggalkan Cakka tapi Cakka menahan lengannya lalu mereka berciuman, mereka pasangan yang manis sekali." ungkap sebuah narasumber yang tidak ingin disebut namanya..." dan seterusnya tidak Shilla baca lagi, ia membanting iPad Sivia keatas meja membuat Sivia memekik keras. "What the hell, berita ini hoax," ucap Shilla membela diri. "Damn, gue dijebak," umpat Shilla ketika teringat sesuatu. "Maksud lo?" tanya Ify. "Nanti gue jelasin, i have to go now," Shilla sudah tidak peduli lagi, seharusnya ada kelas hari ini tapi moodnya benar-benar rusak akibat gosip bohongan itu. "f**k you, Cakka!" umpatnya entah sudah keberapa kali. Shilla melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Jika dia bertemu pemuda itu, Shilla berjanji akan membuat ia menyesal karena sudah menjebaknya seperti ini. Shilla sampai kedepan rumahnya, ia keluar dari mobilnya dengan handphone ditelinga. "Gue gak mau tau, gue butuh nomor dan alamat orang itu sekarang juga," ucapnya pada orang ditelfon. "Kasih tau gue kalau lo udah dapet," ucapnya lalu mengakhiri pembicaraan. Shilla masuk kedalam rumahnya, ia buru-buru menghidupkan televisi sekedar ingin tau seterkenal apa dia sekarang. "... Cowok kelahiran Jakarta, 1 Agustus, 24 tahun silam ini pun terlihat mencium seorang gadis diarea parkir, gadis yang tersebar di media sosial bernama Ashilla itu pun terlihat menikmati..." Shilla mengganti channel TV nya, bahkan namanya sudah tersebar di televisi, siapa yang menyebarkankannya? Temannya dikampus atau para followersnya? Dan apa tadi kata mereka, menikmati? Shilla menggeram, rasanya ia seperti ingin membanting televisi didepannya. "... Lagi-lagi Cakka terlihat menggandeng pasangan baru, pernah terlibat kisah asmara dengan sederet artis papan atas kini Cakka terlihat mengencani gadis dengan notabene berbeda, gadis yang disebut-sebut bernama Shilla Ballard itu dikabarkan adalah seorang mahasiswi disalah satu universitas swasta di Jakarta..." "... Ditemui dilokasi syutingnya didaerah Jakarta pusat, Cakka menolak mengklarisifikasikan foto mesranya itu, foto yang menampilkan dua orang muda mudi yang tengah dimabuk cinta, bahkan mereka tak segan menunjukkan kemesraan..." Shilla mematikan televisinya dan membanting remotenya ke atas meja, tubuhnya ia hempaskan diatas sofa, hampir semua infotaiment memposting fotonya dengan Cakka kemarin, lebih tepatnya foto yang diambil oleh orang lain dengan sengaja, dan Shilla rasa gosip inilah yang membuatnya menjadi pusat perhatian sejak dikantor sampai ke kampusnya. Shilla memijat pelipisnya, dia harus segera menemui Cakka, bagaimanapun caranya mereka harus bicara. Cakka menjebaknya, Shilla masih ingat persis bagaimana kejadian malam itu, bagaimana Cakka bisa menciumnya, ia ingat, juga kalimat terakhir cowok itu sebelum meninggalkannya. 'Pernah mengalami sesuatu masalah nona?' 'Lo dalam masalah itu sekarang.' -- Cakka menatap tak fokus pada Maya-managernya- pagi-pagi sekali Maya datang kerumahnya hanya menuntut penjelasan dari Cakka akibat sebuah artikel yang dibacanya tadi malam. Cakka menolak memberitahu, ia meninggalkan Maya begitu saja dan pergi sendiri kelokasi syuting. "Gue gak bisa jelasin sekarang," ucap Cakka ketika break, membuat Maya pusing dan menjambak rambutnya pelan. Wanita itu lalu menatap Cakka lekat, dia adalah orang yang paling sering bersama Cakka lalu bagaimana bisa ia tidak tau kalau Cakka menggaet pacar baru? "Masalahnya, gue juga ikut dikejar-kejar wartawan," "Lo gak perlu jelasin apapun," "Lo bisa bicara semudah itu, karena setiap lo ditanya lo selalu nyodorin gue," "Kewajiban lo," Maya ingin menjerit kuat, Cakka benar-benar membuat kendali dirinya rusak. Ia menghentakkan kakinya lalu meninggalkan Cakka begitu saja. Harusnya Cakka ikut pusing dengan gosip yang beredar, tapi dia tidak, entah apa alasan ia seperti ini. Cakka mengutak atik ponselnya, ada foto Shilla digalerinya. Foto Shilla yang terlelap, foto yang diambil Cakka ketika ia menguntit cewek itu, cantik sekali. Mungkin memang Cakka yang salah karena berani mencium Shilla waktu itu, melibatkan Shilla dalam hidupnya yang rumit. Cakka ingin lihat ekspresi Shilla ketika ia menonton televisi pagi ini, Cakka tebak kalau cewek itu sudah mengumpatinya, tebakannya itu membuatnya terkekeh konyol. Cakka melock ponselnya ketika seorang crew memanggilnya untuk take, tanpa menoleh kearah Maya lagi ia langsung beranjak meninggalkan wanita itu, syukurlah ini pengambilan adegan terakhir, jadi Cakka dapat bernafas lega setelahnya. -- Shilla mengangkat panggilan masuk di ponselnya, dari orang suruhannya. "Ya?" tidak usah heran, Shilla memang tidak suka berbasa-basi. "Saya sudah menemukan nomor telefon juga alamat penyanyi yang bernama Cakka," ucap seseorang ditelefon, Shilla langsung mengambil posisi duduk. "Kirim lewat pesan, bayaran lo gue transfer sekarang juga," Shilla langsung memutuskan panggilannya, ia mengetikkan beberapa digit angka yang cukup besar lalu mengirimkan uang lewat aplikasi internet banking diponselnya kepada orang suruhannya. Beberapa saat kemudian, ia sudah menerima pesan yang berisi alamat lengkap dan nomor ponsel milik Cakka. "I got you, boy," Shilla tersenyum miring, ia memikirkan hal pertama yang akan ia lakukan ketika nanti bertemu cowok itu, berteriak? Meninju? Atau menampar? Sambil memikirkan itu Shilla menekan icon call pada layar ponselnya. Panggilan pertamanya tidak diangkat, begitu juga panggilan kedua dan ketiganya. Shilla berusaha terus menghubungi Cakka tapi nihil cowok itu sama sekali tidak menerima panggilannya. Sesaat kemudian Shilla mengetikkan pesan pada Cakka. "Cafe Flowers jam 4 sore, we need to talk. Shilla." Sesingkat itu, semoga Cakka tidak mengira pesannya itu adalah pesan iseng dari fansnya. -- "Handphone lo gak mau diam sejak tadi," ucap Maya ketika mereka sudah berada didalam mobil. Cakka yang memejamkan mata dan bersandar di jok kursi penumpang pun membuka matanya sejenak. "Gue capek dan benar-benar nggak mood buat pegang handphone," ucap Cakka malas-malasan. "Gue rasa itu juga bukan panggilan penting, mungkin fans atau wartawan yang sibuk mengkorek informasi," sambungnya. Maya terlihat pasrah, ia kembali fokus pada jalanan karena ia sedang menyetir, Cakka jarang menggunakan jasa supir ia lebih suka menyetir sendiri, tapi jika sudah kelelahan seperti sekarang, Maya yang harus menggantikannya. Ponsel Cakka kembali berdering untuk kesekian kalinya, Maya ingin menyuruh Cakka untuk mengangkat telefonnya namun bukankah itu tindakan yang percuma? karena Cakka selalu lebih suka mengerjakan sesuatu atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain. Begitu dilampu merah Maya sudah tidak tahan mendengar suara ponsel Cakka yang tak mau diam, akhirnya ia mengambil ponsel itu dari cup holder mobil sambil berdecak kesal. "Shilla Ballard," eja Maya ketika membaca id caller penelfon di handphone Cakka, walaupun mata Cakka terpejam tapi ia tidak benar-benar tidur, Cakka membuka matanya ketika nama itu disebut. "Maksu--" ucapan Cakka terpotong, matanya membulat lalu merampas ponselnya dari tangan Maya. Begitu Cakka ingin mengangkat panggilan itu tiba-tiba handphonenya mati, habis baterai. "Sial!" umpat Cakka membuat Maya mengernyit. "Powerbank gue mana?" tanya Cakka pada Maya. Cakka membuka dashboardnya dan tidak menemukan benda itu. "Ketinggalan dilokasi," jawab Maya membuat bahu Cakka melemas. Maya nyaris tertawa melihat tingkah Cakka. "Telefon dari gadis pujaan, huh?" tanyanya menggoda Cakka. Cakka tidak menjawab pertanyaan Maya, itu panggilan dari Shilla, tapi bukankah ia tidak memberitahu nomornya pada gadis itu? Kalau begitu dari mana Shilla bisa tau? Cakka memang menyimpan nomor ponsel Shilla ketika dihotel waktu itu, bukan hanya nomor handphone saja, Cakka bahkan mengambil selembar kartu nama cewek itu. "Lo boleh pakai powerbank gue," ucap Maya setelah lampu merah berubah menjadi lampu hijau. "Dimana?" tanya Cakka bersemangat. "Tas gue," Setelah menemukan powerbank dan ponselnya berhasil hidup kembali Cakka langsung memeriksa panggilannya. 39 Missed Call. 14 Messages. 31 panggilan dari Shilla dan sisanya nomor-nomor tak dikenalnya, 1 pesan dari Shilla dan sisanya dari orang yang menurutnya tidak penting. From : Shilla Ballard 'Cafe Flowers jam 4 sore, we need to talk. Ashilla.' Cakka tersenyum miring, ia melirik arlojinya dan... "STOP!," ucapnya pada Maya. "Apa?" "Pinggirin mobilnya cepetan," "Maksud lo?" "Udah cepetan," Maya menepikan mobil, sama sekali tidak mengerti jalan pikiran cowok itu. "Gue yang nyetir," Cakka keluar dan mengambil posisi Maya, Maya sendiri masih kelihatan kebingungan. Cakka mengutak atik ponselnya, google maps dan setelah tau dimana lokasi Cafe Flowers yang disebut Shilla ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang membuat Maya harus memegang kuat seatbelt nya. Cakka menyesali karena tidak mau mendengarkan Maya untuk menoleh sedikit saja ke ponselnya, dan sekarang lihat, Shilla menelfonnya juga mengirimkan pesan singkat untuknya tapi ia terlambat mengetahuinya. "Kita mau kemana?" tanya Maya. "Suatu tempat," "Lo harus istirahat Cakka, besok ada pemotretan," "Lo hanya perlu anterin gue dan setelah itu lo boleh pulang," "Apa?" "Oh ya, lo boleh bawa mobil gue, gue pulang sendiri," Maya benar-benar tidak mengerti pikiran Cakka. -- Shilla meminum jus lemonnya, sudah setengah jam ia menunggu di cafe ini tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Cakka akan datang. 10 menit lagi, jika cowok itu tetap tidak memunculkan diri ia akan pulang, dan besok ia akan mendatangi rumah Cakka. 5 menit. 7 menit. Shilla benci menunggu, cewek itu membaca ulang pesannya. Itu kalimat terpanjang yang pernah ia ketik untuk seseorang. 10 menit, Shilla pun memutuskan untuk pulang begitu ia berdiri sebuah tangan mencekal lengannya. "You said, we need to talk," Shilla mendongak mendengar suara itu. Shilla kembali duduk dikursinya, lalu Cakka ikut duduk dihadapannya. "Apa yang buat lo nelfon gue sampe 31 kali?" tanya Cakka seperti tidak ada masalah. "b******n," desis Shilla, kalau saja mereka bukan ditempat umum Shilla pasti sudah meninju wajah itu. Cakka terkekeh, "Menikmati gosip pagi ini, huh?" Shilla menatap cowok itu dengan tatapan tidak suka. "How dare you, menjebak gue dengan gosip murahan?!" "Gue bukan menjebak, mereka aja yang terlalu memperhatikan gue," "Oke, to the point. Apa yang lo mau dari gue?" tanya Shilla seperti ingin segera mengakhiri perbincangan bodoh ini. Cakka menatap Shilla sejenak, "Gimana kalau gue bilang ini bukan tentang uang?" Kali ini Shilla yang balik menatap pemuda itu. "Kalau gitu lo gak akan dapet apapun," ucap Shilla. Shilla mengambil tasnya, ia berdiri dari duduknya, percuma ia bicara dengan cowok itu, ia tau dia tidak akan menemukan satupun jawaban dari banyak pertanyaan jika bicara dengan Cakka. Tentang gosip itu, biarlah, cepat atau lambat dengan sendirinya orang-orang akan segera melupakannya. "Lo salah, kalau lo berpikir gue gak pernah punya masalah," ucap Shilla sebelum benar-benar beranjak dari hadapan Cakka. Kesialan sepertinya masih berpihak pada Shilla, dijalan menuju tempat mobilnya diparkir tiba-tiba dipenuhi oleh para wartawan, Shilla terpaku ditempatnya, sudah tertangkap basah dan tidak bisa kemana mana. Oh God.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN