Part 4

2349 Kata
PART 4 .-"*"-. Shilla mengambil gelas jus yang tersedia diatas meja kaca, Jessie tak sekaya itu dan berani sekali ia merendahkannya. Shilla meneguk jus jeruknya, pandangannya beralih pada dua orang yang menghampirinya. "Wow, lo benar-benar bawa Cakka kesini," ucap Chelsea. Shilla memandang cewek itu tanpa berniat membalas perkataannya. "Jadi, gosip antara lo dan Cakka benar?" Natalie ikut angkat suara. Dari ekor matanya Shilla dapat melihat Cakka dikerumuni teman seangkatannya, Shilla menggeram, dasar cowok murahan, batinnya. "Bisa dibilang dia yang tergila-gila sama gue," ucapan Shilla membuat Chelsea dan Natalie tak percaya. "Lo boleh pastiin dengan nanya langsung sama Cakka," Shilla meletakkan gelas jusnya lalu meninggalkan mereka. "Shilla lo mau kemana?" tanya Sivia ketika Shilla hanya melewati kedua temannya tanpa menegur. "Toilet," ucapnya singkat dan kembali melenggang menjauh dari para tamu. Shilla tersentak begitu merasakan sebuah tangan mencekalnya ketika ia akan berbelok. Jessie, cewek itu memandang rendah Shilla. "Gue terkejut karena keberanian lo yang bawa Cakka ke party gue," ucap Jessie tajam, uh ini suara aslinya, bukan seperti dibuat-buat ketika mengantarkan undangan kepada Shilla lusa kemarin. "Gue gak punya masalah apapun sama lo, dan lepaskan tangan lo sekarang juga," ancaman Shilla pun membuat cengkraman Jessie melonggar dan kemudian terlepas, gadis itu terkekeh melihat reaksi Shilla. "Gue yakin lo gak benar-benar pacaran sama Cakka," "Kalau begitu keyakinan lo itu salah total," "Dia gak mungkin mau sama cewek seperti lo, lo terlihat seperti babu ketika sama dia, oh, gue yakin semua yang ada ditubuh lo sekarang ini adalah pemberian Cakka," ucap Jessie masih terus merendahkannya. "Lo gak tau apa-apa tentang gue. b***h, jangan pernah coba ukur seberapa kayanya gue, karena lo bakal kecewa ketika menemukan jawabannya," ucap Shilla kemudian melangkah menjauh dan masuk ke toilet. Shilla menatap pantulan wajahnya di cermin didalam toilet, Shilla tau seperti apa Jessie sekarang, ular, cewek ular. Lima menit kemudian ia keluar dari toilet dan sedikit terkejut dengan keberadaan Cakka yang berada tepat didepan toilet. "Apa yang lo cari?" tanya nya. "You," jawab Cakka datar, baiklah Shilla anggap Cakka sedang berakting sok baik karena mencarinya, dari ekor matanya ia dapat melihat Jessie ditempatnya tadi. Shilla mencegkram lengan Cakka lalu menarik kerah jas pemuda itu, ia memiliki rencana konyol, tapi Jessie akan suka mengetahui fakta ini. "Kiss me," ucap Shilla, berbisik, ia sadar tubuh Cakka menegang, semakin nekat Shilla pun mengalungkan tangannya dileher Cakka. Cakka terlihat tersenyum menggoda, pemuda itu ikut mengalungkan tangannya di pinggang gadis itu. "Kiss me, Cakka," ucap Shilla lagi, ia sengaja menggoda Cakka dengan memanggil namanya dan bicara semanis mungkin. Cakka mengelus punggung polosnya, sialnya ketika telapak tangan itu menyentuh permukaan kulitnya ia jadi merasa kalau Cakka lah menggodanya. "I do," ucap Cakka. Cakka mendekatkan wajahnya, kelopak mata Shilla sudah tertutup sempurna, lalu bibir Cakka menangkup bibirnya. Ciuman ringan tapi kemudian menjadi sangat panas, gigitan-gigitan kecil yang Cakka buat berhasil menggoda Shilla. Mereka tenggelam dalam permainan yang mereka buat sendiri. -- 2 hari ini Shilla berhasil menghindari Cakka, entah mengapa ia menolak untuk bertemu pemuda itu. Sejak kejadian ciuman itu ia berusaha untuk tidak melakukan kontak apa pun, bagaimana bisa mereka berciuman sepanas itu dengan status bohongan mereka. Shilla merutuki kebodohannya karena lepas kendali malam itu, ia memang menyuruh Cakka menciumnya, ciuman ringan untuk membuat Jessie marah, namun yang terjadi diluar kendalinya. Oh sial, memikirkannya saja berhasil membuat pipi hingga leher Shilla memanas. Telefon di meja kerjanya berdering, dengan malas Shilla mengangkat telfonnya. "Hallo, selamat pagi, Bu Shilla, ada seorang tamu ingin bertemu dengan ibu," ucap seseorang diseberang sana, resepsionis. "Saya sibuk," "Maaf bu, tapi tamu nya bilang ini penting," "Saya bilang saya sibuk," ucap Shilla sedikit membentak, Shilla tidak suka dibantah. "Maaf sekali lagi Bu Shilla, saya akan mengatakan kalau ibu sedang sibuk," Shilla pun menutup telefonnya. Angel masuk 5 menit setelah ia menutup telefon. "Ada yang mau ketemu lo di lobby," ucapnya. "Gue gak buat janji apapun," Shilla mengetikkan sesuatu dilaptopnya, Angel tersenyum geli lalu duduk dihadapan Shilla. "Orangnya ngotot mau ketemu lo, dan yang gue liat dia sempat adu mulut sama resepsionis," tangan Shilla berhenti mengetik. "Itu tugas mereka, lagian ada satpam yang pasti jaga keamanan perusahaan ini," ucap Shilla. Angel terkekeh, membuat kening Shilla mengerut. "Tamu kali ini beda dari tamu lo sebelum-sebelumnya, saran gue sih, mungkin lo harus cek sendiri," Perasaan Shilla saja atau sebenarnya Angel sedang mengucapkan kalimat tersirat padanya. Shilla penasaran tentu saja dengan kata-kata Angel barusan siapa pun yang menjadi Shilla akan penasaran setengah mati. "Oke, gue cek," katanya lalu berjalan keluar ruangan. Shilla sampai dimeja resepsionis, dan benar ia melihat meja resepsionis sudah dikelilingi karyawannya. Shilla mengernyit, ia curiga kalau terjadi pertengkaran disana. "Kenapa kalian disini?" Suara Shilla berhasil membuat para karyawannya menoleh, mereka sedikit tersentak lalu tanpa aba-aba semuanya beringsut mundur. Meja resepsionis sudah kosong hanya satu orang yang tersisa dan seseorang disana mampu membuat Shilla membulatkan bola matanya. "Ca..kka?" ucapnya terbata, pantas saja semua karyawannya mendadak tidak profesional. "Kenapa lo menghindari gue?" tatapan itu mengintimidasinya, Shilla memandang Cakka melotot, ini dikantor, K A N T O R, lihat, karyawannya berusaha curi pandang ke arah mereka, tontonan langsung yang menarik untuk mereka. "Ini dikantor, mungkin lebih baik kita bicara setelah pulang," ucap Shilla berusaha biasa saja. "Lo bohong, gue tau lo akan menghindar," Shilla mendesis, ini memalukan, ia tidak menyangka usahanya untuk 'menghindar' dari Cakka akan berakhir seperti ini. "Gue nggak, perasaan lo aja," Cakka berjalan mendekati Shilla hingga mereka sejajar sekarang. "Kalau gitu kenapa handphone lo gak aktif?" Shilla tergagap, mata Cakka mengintimidasi cewek itu. "Kita bisa bicara diruangan gue," ucap Shilla mengalihkan pembicaraan, ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. "I got it, lo menghindar. Lo sibuk kan? Gue juga ada urusan, pulang gue jemput," Cakka lalu berbalik dan meninggalkan Shilla. Ini bencana, sekarang satu kantornya sudah tau hubungannya dengan Cakka. Bagaimana bisa cowok itu bersikap seolah mereka benar-benar sepasang kekasih, satu lagi, mengapa Cakka tau ia bekerja disini? Shilla membanting pintu ruangannya setelah kepergian Cakka, Angel yang berada didalam ruangan terkejut dengan suara bantingan pintu, dengan muka yang ditekuk Shilla pun duduk kursinya. "Udah ketemu tamunya?" tanya Angel. "Kenapa lo gak bilang itu Cakka?" Shilla balik bertanya. "Gue pikir dia mau ngasih kejutan ke lo, jadi gue nggak berniat rusak kejutannya," "Kalau lo pikir gitu, lo benar, gue benar-benar terkejut," "Cakka menarik perhatian beberapa karyawati ya?" Shilla memutar bola matanya. "Bukan hanya beberapa, tapi semua. Semua," ucapan Shilla itu lalu mengundang tawa dari Angel. "Lo cemburu? Cute couple," "APA?!" --- Semua karyawan kantornya sudah pulang, begitu pun Angel yang 5 menit lalu berpamitan padanya, Shilla tidak bergeming ditempatnya, Cakka beruntung karena ia tidak ada kelas hari ini, kalau tidak Shilla pastikan ia akan ke kampusnya dan dijam pulang kantor Cakka tidak akan menemukannya disini. Tapi yang terjadi malah jam kuliahnya hari ini kosong, sejak kemarin Shilla memang sudah berencana untuk full berada dikantornya. Kali ini Shilla tidak dapat menghindar, dibawah mungkin Cakka sudah menunggunya. Lagipula apa yang harus ia khawatirkan, ia dan Cakka hanyalah orang t***l yang melakukan permainan gila, mempermainkan diri sendiri, Shilla tidak yakin mereka akan berakhir dengan baik nantinya. Shilla memutuskan untuk turun, dilobby ia dapat melihat Cakka sudah menunggu, Shilla memasang wajah datarnya namun hatinya tidak sedatar wajahnya. Dia nervous! "Apa lo akan selalu pulang terakhir dari karyawan lainnya?" tanya Cakka ketika Shilla menghampirinya. "Ya," jawab Shilla singkat. Mereka berjalan beriringan menuju mobil Cakka. "Kenapa lo bersikap seperti ini?" tanya Shilla ketika mobil Cakka melaju meninggalkan perkiran kantor. Dahi Cakka berkerut, dengan nada datar ia menjawab. "Karena gue tau lo menghindar setelah lo nyuruh gue buat nyium lo," "Kita nggak terikat apapun," Cakka tertawa sinis. "Lo resmi milik gue," "Apa? Lo gila," Shilla memandang Cakka tak percaya, dia bukan milik Cakka atau siapa pun. "Besok gue ada jumpa pers, gue akan jemput lo, gue akan bilang ke semua orang, we're official." -- Beberapa hari lalu Cakka sempat uring-uringan, makan tidak teratur, tidur tidak teratur, ia hanya memandang layar ponsel nya dan mengutak atik benda itu, namun pagi ini hal itu seperti tidak pernah terjadi, Cakka terlihat segar dengan kaus hitam polos dan jeansnya. Maya dapat melihat wajah mendung yang sempat ia lihat kini tampak cerah. "Gue curiga lo gila," ucap Maya, ketika melihat Cakka tersenyum tanpa sebab. Cakka tidak menjawab, sambil bersenandung ria ia mengambil kunci mobil nya. "Cakka lo mau kemana?" Maya mengejar Cakka yang berada diambang pintu, sejak Cakka uring-uringan itu Maya memutuskan untuk menginap dirumah Cakka. Ia khawatir dengan kondisi Cakka saat itu. "Jemput Shilla," ucapan Cakka itu pun mengundang senyum jail dari Maya, oh Maya tau penyebab kegalauan Cakka beberapa hari lalu. Cakka mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ini gila, Cakka tidak pernah sesemangat ini ketika akan melakukan konferensi pers ia akan mengukuhkan pengertian publik tentang gossip yang tengah beredar tenangnya. Ia menjemput Shilla tepat ketika cewek itu keluar dari rumahnya, Shilla memakai blouse tanpa lengan berwarna biru malam yang dipadukan dengan celana jeans hitam ketat, dan heels 7 centi berwarna senada. Cakka memuji Shilla dalam hati, cewek itu selalu tampil feminim dan terlihat sangat cantik. Shilla masuk kedalam mobil Cakka dengan sedikit membanting pintu mobil, matanya menatap Cakka lalu Shilla mendesis. "Gue punya aturan main," ungkapnya, Cakka menaikkan sebelah alisnya, semalam Shilla memang sempat menolak untuk bertemu dengan para wartawan tapi kemudian ia menyerah karena paksaan Cakka, menurut Cakka ini hal wajar jika Shilla mengajukan persyaratan atau seperti yang disebutnya, 'aturan main'. "Disini lo adalah orang yang terlihat paling mencintai, lo harus tunjukkin lo tergila-gila sama gue," ucap Shilla. "Gue terima, ada lagi?" tanya Cakka santai, ia menghidupkan mesin mobilnya lalu menginjak pedal gas. "Gue tau ini kesalahan, lo jebak gue dengan alasan yang nggak gue ketahui, sampai kemudian kita harus terjebak sampai sejauh ini, oh bukan kita tapi gue, sebenarnya apa alasan lo mempersulit hidup gue?" tanya Shilla frustasi. Cakka mencoba berfikir, malam itu ketika Shilla menabraknya ia tau Shilla berbeda mengakui betapa kayanya dirinya dengan sangat sombong itu membuat Cakka kesal tapi merasa tertarik untuk mengenalnya, kemudian fakta ketika tau Shilla sering ke club, dan fakta lain seperti ternyata Shilla adalah seorang bos juga mahasiswi dalam waktu bersamaan, semua fakta itu membuatnya benar-benar ingin tau tentang Shilla. Shilla berbeda, ia punya sisi kehidupan yang orang-orang tidak akan menyangka itu. "Gue merasa tertarik," jawab Cakka jujur, Shilla melongo. "Tertarik? Alasan macam apa itu, dasar playboy, gue tau, lo mau jadikan gue salah satu koleksi mantan lo kan? Gue tau dengan beredarnya foto ciuman salah paham itu orang-orang akan berfikir se-bitchy apa gue," ucap Shilla mulai terpancing emosi. "Hey, i'm not player, gue udah setuju dengan aturan main lo tentang gue-tergila-gila-sama-lo, itu akan membuat publik mikir kalau lo nggak kayak gitu," "Dan lo sendiri yang anggap ini sebuah permainan, ternyata lo bukan lawan yang seimbang dengan apa yang gue pikirin, kemana kata-kata lo tentang 'lo salah pilih lawan'?" Sambung pemuda itu, Shilla tersenyum meremehkan. "Gue akan buktiin, siapa diantara kita yang jatuh cinta pertama kali dia pemenangnya," Cakka mendadak ingin merem mobilnya namun ia masih bisa mengendalikannya karena sejak tadi mobilnya tidak melaju dengan cepat. "Kenapa lo mikir sejauh itu?" "Kita akan sering ketemu kan sebagai 'pacar bohongan'? Jadi gue pikir cinta datang karena terbiasa, gue sangsi lo bisa kendaliin perasaan lo ke gue," "Sayangnya lo malah akan dapat sebaliknya," "Never, lo sama sekali bukan tipe gue," "Jadi lo pikir lo itu tipe gue? Jangan mimpi, semua mantan gue adalah artis kelas atas," ucapan Cakka membuat Shilla terkekeh sinis. "Gue akan liat sejauh apa lo bisa mempertahankan ucapan lo itu." -- Ini konyol, Shilla tidak pernah bicara sepanjang itu dengan siapa pun, dia terlihat sangat banyak omong ketika dimobil Cakka tadi, Shilla berdecak kesal, mungkin virus cerewet Cakka menular padanya. Shilla mengamati para wartawan dihadapannya, semuanya sudah berkumpul, setelah selesai ia akan bertepuk tangan, ini akting kan? Mungkin Shilla sudah pantas jadi artis sinetron sekarang, berpura-pura didepan layar, menampilkan yang bukan dirinya, dengan senyum palsu juga tatapan bahagia penuh dusta. Ah ya, selama ini ia juga sudah berpura-pura. "Selamat siang, disini saya ingin meluruskan tentang gosip-gosip yang tengah beredar," Cakka membuka suara, Shilla duduk disampingnya disebelah cowok itu ada Maya, Shilla baru mengenalnya beberapa jam lalu. "Ini tentang gadis disamping kanan saya, Shilla Ballard," lanjut cowok itu, Shilla hanya tersenyum manis, dan senyuman Shilla itu tidak disia-sia kan oleh para wartawan terbukti dengan lampu kamera yang kemudian memenuhi ruangan. "Saya ingin meluruskan tanggapan publik tentang Shilla adalah orang ketiga atas hubungan saya dengan Amanda, saya kenal Shilla setelah putus dengan Amanda, kami juga mengakhiri hubungan secara baik-baik dan sekarang masih berteman baik," ucap Cakka. Seorang wartawan kemudian membaca kertas ditangannya, perwakilan dari keseluruhan wartawan itu. "Apa benar Mbak Shilla adalah pacar baru Mas Cakka?" ucap wartawan perempuan itu, dengan berani Cakka pun menggengam jemari Shilla yang berada diatas meja. "Ya, saya dan Shilla memang berpacaran," "Kapan pertama kali Mas Cakka bertemu Mbak Shilla, salah satu artikel mengatakan kalau Mas Cakka pernah satu sekolah dengan Mbak Shilla, apa benar?" "Nggak, kami bertemu pertama kali ketika Shilla nabrak mobil saya, dia berbeda dari yang lain, dia orang pertama yang pas ketemu saya malah marah-marah," Cakka terkekeh pelan, wartawan itu tersenyum mendengar penuturan Cakka. "Dan tentang foto ciuman yang sempat beredar itu benar foto Mas Cakka dan Mbak Shilla?" Cakka diam sesaat seperti sedang memikirkan jawaban yang pas. "Maaf kalau saya yang jawab," Suara lembut Shilla terdengar, membuat kini tatapan wartawan terfokus padanya. "Saya koreksi, itu bukan ciuman, hanya kecupan perpisahan," ucapnya semakin membuat senyuman orang-orang dihadapannya melebar. "Pertanyaan buat Mbak Shilla, apa benar Mbak Shilla sedang program untuk ngambil gelar master sekaligus karyawati disebuah perusahaan?" Shilla tersenyum kaku, karyawati? Gue boss batin Shilla. "Oh, iya saya memang lagi program S2 dan bekerja juga walaupun bukan seorang karyawati," ucap Shilla, walaupun suara Shilla terdengar biasa tapi sebenarnya Shilla tidak suka wartawan itu mengatainya karyawati, dia boss kan? Yang cukup kaya untuk sombong? Tapi entah mengapa merasa sungkan untuk mengatakan kalau dia direktur utamanya. "Wah, mandiri ya, apa itu yang membuat Mas Cakka tertarik dengan Mbak Shilla?" "Itu salah satu nya, tapi sebenarnya nggak, ada sesuatu yang gak dapat saya jelaskan dan dipublish, tapi sejak pertama saya ketemu Shilla saya tau saya jatuh cinta, and it's better this time than ever before," ucap Cakka sambil melirik Shilla. Semua wartawan bersorak ria, bahkan ada yang bersiul jail menggoda Cakka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN