4. Malam Pertama

1034 Kata
Ketika suara pintu kamar tertutup, barulah kelopak mata Viella mulai terbuka. Sebenarnya dia sudah terbangun saat Arka menaruhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan merasa kaget saat seolah membeku ketika merasakan kecupan hangat di bibirnya. Ciuman pertamanya, dia tidak pernah menyangka kalau pria itu akan mengambil ciuman pertamanya secara diam-diam seperti itu. Viella bukan bermaksud ingin marah atau bagaimana, hanya saja dia masih merasakan perasaan tidak menentu dalam dirinya. Wajahnya jelas memerah dan memanas. Bahkan dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Sensasi lembut dan hangat itu melekat jelas dalam benaknya. Tanpa sadar membuat gadis itu memegangi bibirnya selama beberapa saat. "Apa yang harus kulakukan? Kenapa aku terbangun sekarang? Bukankah lebih baik kalau aku terbangun besok pagi saja? Bagaimana kalau Mas Arka meminta haknya malam ini juga?" Hanya dengan memikirkannya, Viella sudah merasa sangat gugup dan berdebar di jantungnya. Dia panik dan takut, jelas tidak ada kesiapan sama sekali dalam dirinya. Itu adalah hal yang tidak terpikirkan olehnya. Melakukan adegan dewasa yang biasanya dilakukan oleh sepasang suami istri, itu adalah sesuatu hal yang dia takutkan. Apa lagi dia sempat membaca sebuah artikel yang menyatakan kalau saat pertama kali melakukan hal itu akan terasa sangat sakit bukan main. Bahkan tidak jarang yang gagal melakukannya di malam pertama mereka. Meski pun sebelumnya Arka sempat mengatakan kalau pria itu berkata tidak akan memaksakan hal itu padanya jika dia belum siap. Tetap saja, mungkin malam ini dia bisa menghindarinya, tapi mau sampai kapan? Bagaimana pun pria itu jelas adalah seorang pria yang normal dan pasti memiliki kebutuhan biologis. "Kenapa menikah itu sangat menakutkan? Padahal aku masih kuliah, belum siap nikah?" Entah sudah berapa kali Viella berguling-guling di atas kasur. Hingga membuat kasur yang semula rapi kini tampak kusut karena ulahnya. Dia tidak henti-hentinya menggigit bibir bawahnya seolah refleks ketika merasa panik dan gugup. "Kamu sudah bangun?" Gerakan tubuh Viella yang semula masih ingin berguling-guling tidak jelas akhirnya terhenti. Tubuhnya seolah kaku, dia merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya tidak bisa diam dan berpura-pura tertidur saja sampai pagi. Menatap Arka selama beberapa saat, jelas ekspresi gugupnya tidak bisa dia sembunyikan. Perasaan takut dan imajinasinya semakin membuat kepalanya terasa berasap oleh pikiran liar. Dia merasa malu dengan posisinya saat ini, alhasil membuat Viella segera duduk dan merapikan rambutnya yang berantakan. Dia belum mandi tentu saja, rambutnya juga masih terasa agak kaku karena hair spray pasca sanggul rias pengantin dilepaskan. Tubuhnya terasa lengket dan tidak nyaman, tentu saja dia tidak bisa tidur dalam posisi seperti ini. Ingin segera mandi dan keramas sebelum tidur dengan nyenyak. Namun dia tidak yakin apakah bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Karena untuk pertama kalinya, dia akan tidur satu ranjang dengan lawan jenis. "Apa kamu mau mandi dulu?" Arka sadar suasana di antara mereka saat ini terasa canggung, terutama bagi Viella. "Kalau begitu, aku mau mandi dulu Mas." Viella merasa gugup bukan main, dia segera berdiri dari posisi duduknya. Karena agak tergesa saat berdiri, dia sampai hampir saja tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. "Kamu baik-baik saja?" Arka tentu merasa khawatir, dia segera mendekat dan menahan tangan Viella. Namun gadis itu dengan segera melepaskan tangannya, karena refleks. "Aku baik-baik saja Mas, jangan khawatir." Viella memundurkan langkah kakinya untuk menjaga jarak. Takut kalau suara detak jantungnya akan bisa didengar oleh Arka. Dia akan merasa sangat malu kalau hal itu sampai terjadi. Arka yang melihat sikap canggung dan gugup dalam diri istrinya hanya bisa mencoba untuk tersenyum memaklumi. Meski dia sebenarnya ingin sekali memeluk dan menggenggam tangan Viella, mengatakan padanya agar tidak perlu takut padanya. "Maaf, tadi mas hanya khawatir kalau kamu sampai terjatuh." Arka menarik kembali tangannya yang semula masih terulur ke arah Viella. Jelas ada kecanggungan di antara keduanya, namun dia sebagai sosok yang lebih dewasa mencoba untuk bersikap seolah semua baik-baik saja. "Iya, nggak apa-apa kok Mas. Terima kasih sebelumnya, aku mau ke kamar mandi dulu buat bersih-bersih." Viella segera berlari ke arah kamar mandi. Dia sebisa mungkin menghindari untuk bertatapan mata secara langsung dengan Arka. Rasa gugupnya tidak bisa dia sembunyikan dan dia takut pria itu akan menyadarinya. Setelah menutup pintu kamar mandi dengan agar keras karena rasa panik, Viella akhirnya bisa bersandar pada pintu kamar mandi dengan detak jantung yang masih berdebar kencang. Ini jauh lebih menegangkan dari pada saat dia berjalan di wahana rumah horor saat masih sekolah dasar. Sekitar lima menit berlalu, akhirnya gadis itu berhasil memenangkan detak jantungnya yang memompa dengan cepat. Menarik napas dalam-dalam, Viella mulai berjalan ke arah bak mandi. Terdapat bathtub di dalamnya, gadis itu memilih untuk mengisi bathtub dengan air hangat agar bisa berendam. Kebetulan dia merasakan seluruh badannya pegal bukan main setelah acara pernikahan diadakan. Dia bisa membayangkan betapa nyamannya berendam di air hangat pada tengah malam seperti ini. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya gadis itu bisa berendam di dalam bak mandi berisi air hangat dan busa yang melimpah. Viella merasakan rileks barang sejenak, terasa nyaman sambil dia menggosok seluruh tubuhnya secara perlahan. Gadis itu perlahan memejamkan kedua matanya, meresapi saat air hangat membuat saraf-saraf tegang di tubuhnya terasa lebih rileks dan nyaman. Hingga tanpa sadar dia malah jatuh tertidur karena merasa terlalu nyaman. Berbeda halnya dengan Viella yang tertidur di dalam bak mandi, Arka saat ini melihat jam di ponsel miliknya beberapa kali. Pria itu tentu saja merasa khawatir, sudah hampir satu jam lamanya Viella berada di dalam kamar mandi, tapi sampai saat ini belum keluar juga. "Apa terjadi sesuatu di dalam sana? Kenapa tidak ada suara air sama sekali? Apa dia baik-baik saja?" Arka yang tidak bisa diam akhirnya berdiri, memutuskan untuk mendekat ke arah kamar mandi dan mengetuknya beberapa kali. Sudah satu jam lebih, waktu juga sudah menunjukkan pukul 12 malam. "Viella, apa kamu sudah selesai mandinya?" Arka menunggu jawaban dari dalam, sayangnya sampai lima menit kemudian sama sekali tidak ada sahutan sama sekali. Hal itu membuatnya semakin merasa khawatir dan panik. "Apa dia pingsan di dalam?" "Viella, apa kamu baik-baik saja? Saya masuk ke dalam ya?" Tidak peduli berapa kali pun Arka mengetuk pintu, sama sekali tidak ada balasan dari dalam. Membuatnya semakin panik dan khawatir. "Saya akan mendobrak pintunya sekarang!" Arka tanpa menunggu lama segera mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar mandi. Dia sangat khawatir, hingga pada tendangan kelima akhirnya pintu tersebut berhasil terbuka. "Viella, apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik sa_ja ...,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN