5. Godaan Malam Pertama

1022 Kata
Apa yang dilihatnya saat membuka pintu kamar mandi adalah sesuatu yang membuat Arka mematung seketika. Dia sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari Viella yang masih memejamkan kedua matanya. Jakun pria itu bergulir pelan, mencoba untuk bersikap tenang dan menghilangkan segala macam pikiran buruk dalam benaknya. Sekarang bukan saatnya dia memikirkan hal-hal seperti itu. Dia harus segera memastikan kalau istrinya itu baik-baik saja. Istri, mengingat sebutan itu entah mengapa malah semakin membuatnya merasa tidak nyaman di beberapa bagian tubuhnya. Imajinasi kotor dalam dirinya seolah bermain dengan lebih gila. Tidak peduli seberapa besar dia mencoba untuk menepisnya, namun semua itu seolah sia-sia. "Ekhem, Viella ...," Arka mencoba untuk memanggil nama gadis itu, sayangnya tidak ada tanda-tanda kalau Viella akan terbangun. Arka juga merasa kasihan melihat wajah lelah gadis itu yang tengah tertidur pulas di dalam bak mandi. Hanya saja dia memiliki beberapa permasalahan tambahan di sini. Meski posisi mereka sekarang adalah pasangan suami istri yang sah secara hukum dan agama, namun Arka telah berjanji kalau dia tidak akan memaksakan keinginannya. Terutama jika gadis ini masih belum siap dan merasa takut padanya. Dia juga tidak tega untuk memaksakan keinginannya, tidak peduli seberapa inginnya dia akan istrinya ini. Menelan saliva dengan susah payah, Arka berjalan mendekat ke arah Viella. Berjongkok tepat di samping bak mandi yang airnya tidak lagi dipenuhi busa. Menampilkan tubuh sintal gadis itu yang tumbuh dan berkembang dengan sangat baik. Arka ingin memalingkan pandangan matanya, namun sangat sulit. Ada sesuatu yang indah terpampang nyata di depan matanya, bagaimana bisa dia mengabaikan hal itu. Meski itu sama saja seperti dia tengah menyiksa dirinya sendiri. "Maaf, Mas akan membawa kamu kembali ke kamar." Arka menghela napas panjang, berusaha keras untuk menahan pikirannya agar tidak berpikiran kotor dan agar tangannya tidak bergerak tanpa kendali. Sangat sulit menahan kontrol dalam dirinya, apa lagi dia sudah dua tahun menduda. Sama sekali tidak pernah melampiaskan nafsunya ke wanita lain yang bukan mahramnya. Jadi bisa dibayangkan bagaimana sulitnya dia untuk menahan kontrol dalam dirinya saat berhadapan dengan pasangan sahnya. Arka perlahan menyelipkan kedua tangannya di bawah bahu dan lutut Viella. Merasakan kulit lembut dan kenyal gadis itu di bawah telapak tangannya. Perasaan berdesir itu terasa merayap ke seluruh tubuhnya, Arka memejamkan kedua matanya sejenak. Bahkan dia bisa merasakan sesuatu yang ada di antara kedua kakinya telah terbangun. Membuatnya merasa semakin pening di kepalanya. Sangat tidak nyaman, namun dia tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Arka menggelengkan kepalanya beberapa kali, segera berdiri dan membopong tubuh telanjang istrinya untuk dia bawa ke ranjang. Pria itu berusaha keras untuk memalingkan pandangannya dari lekuk tubuh Viella yang tampak menggoda. Karena hal itu hanya akan semakin menyiksanya. Bahkan Arka tidak yakin apakah dia bisa tertidur dengan nyenyak malam ini. Meski merasa agak kesulitan, tapi pria itu tetap berjalan menuju ke kamar sambil membopong tubuh istrinya. Segera membaringkan Viella dengan perlahan, agar tidak sampai membangunkan gadis itu. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sebatas leher. "Apa aku harus membantunya memakai bajunya?" Kening Arka berkerut beberapa kali, dia tampak berpikir dengan keras. Apa yang baru saja dia lakukan saja sudah terasa sangat menyiksanya, apa lagi jika dia melakukan lebih dari itu. Bayangan tubuh putih mulus milik istrinya tidak bisa dia enyahkan dari pikirannya. Alhasil Arka saat ini berjalan menuju lemari, di dalam lemari itu dia sudah banyak menyiapkan baju tidur satin untuk istrinya. Ukurannya sudah dia sesuaikan setelah memastikan hal itu pada mama mertuanya. Seharusnya baju-baju ini akan pas dikenakan oleh Viella nantinya. Arka mengambil sebuah baju tidur berwarna putih tulang yang lembut dan halus. Dia berpikir berkali-kali bagaiman cara memakaikan baju tidur ini pada istrinya. Tapi jika dia biarkan saja, dia takut kalau gadis itu akan masuk angin setelah berendam tanpa memakai baju. Arka akhirnya memaksakan diri untuk memakaikan baju tidur pada Viella. Meski terasa sangat sulit dan menyiksa dirinya sendiri, tapi dia untungnya berhasil melakukannya tanpa membangunkan gadis itu. Rupanya Viella benar-benar sangat pulas tidurnya, hal itu membuat Arka merasa bersyukur. Karena jika istrinya tiba-tiba bangun saat dia membantu memakaikan baju, maka dia akan merasa sangat malu sekaligus suasana di antara mereka akan terasa canggung. Saat lampu tidur sudah dimatikan sepenuhnya, menyisakan lampu tidur remang berwarna kuning. Arka yang berbaring di samping Viella tampak gelisah. Entah sudah berapa kali dia berguling-guling sejak tadi. Sama sekali tidak bisa menemukan posisi yang nyaman untuk tidur. Terutama karena adik kecilnya yang tidak bisa diajak berkompromi hingga membuat kepalanya terasa pening bukan main. Pria itu saat ini berbaring miring, menatap ke wajah samping istrinya yang masih tertidur pulas. Tiba-tiba saja Viella ikut berguling menghadap ke arahnya. Belum lagi tangan gadis itu secara refleks terulur untuk memeluk tubuhnya dengan erat. Seolah menjadikan Arka sebagai gulingnya. Napas hangat dan lembut milik Viella menerpa leher Arka. Membuat jakun Arka bergulir naik turun beberapa kali. Bahkan terasa sangat sulit untuk sekedar menelan salivanya. Ini adalah malam paling berat dan menyiksa baginya. "Viella, jangan memancingku. Kamu tahu tidak mudah sama sekali bagi saya untuk bisa menahan diri hingga sejauh ini." Arka bergumam dengan pelan di telinga istrinya. Namun hal itu hanya dibalas dengan gumaman tidak jelas dari Viella yang memang masih tertidur nyenyak di pelukannya. "Gadis ini, kamu benar-benar tahu bagaimana caranya menyalakan api dan membuat suamimu menderita." Napas Arka terasa semakin memberat dengan suaranya yang rendah dan serak. Keinginan kuat dalam dirinya akan sentuhan fisik dan keintiman bersama istrinya membuat Arka semakin merasa tersiksa. Malam ini, dia melalui semuanya dengan waktu yang seakan berjalan dengan sangat lambat. Dia tentu saja menyukai bagaimana keintiman keduanya tercipta. Hanya saja fakta bahwa dia hanya bisa memeluk dan harus berusaha keras mengabaikan hasrat dalam dirinya membuat Arka merasa sangat frustasi. Dia tidak bisa tidur sama sekali sepanjang malam. Hingga pagi menjelang, akhirnya dia baru bisa tertidur setelah Viella melepaskan pelukannya. ** Di tempat lain, seorang wanita sedang menimang seorang balita berusia satu tahun lebih. Pandangan wanita itu tampak agak sayu, menatap wajah bayi yang mengingatkannya pada sosok pria yang telah menjadi mantan suaminya. "Maafkan mama, mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya mama menyusui kamu. Ini semua demi kebaikan kamu dan juga mama. Ada hal lain yang harus mama lakukan, mama akan menjemput kamu lagi saat waktunya tiba nanti. Kamu baik-baik berama ayah kamu nanti ya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN