Hari Itu akhirnya tiba. Rumah Keluarga Hilmawan sedang Di sibukan dengan persiapan akad nikah yang akan Di mulai beberapa jam lagi.
“Ma aku harus cantik pokoknya. Aku Nggak Mau pakai gaun yang biasa aja walau Cuman untuk akad! “ ujar Calista.
“Kamu tenang aja sayang. Mama udah panggil perias handal untuk merias kamu Dan perancang terkenal untuk desain Baju Kamu! “
“Bagus Ma!” Calsita tampak menanti dengan tak Sabar. Dia bahkan Sama sekali tidak memejamkan mata untuk tidur.
Pagi harinya tiba. Calista Sedang merepotkan Semua orang untuk menandaninya. Di kamar Sebelah Pak Hilmawan tampak mengotak ngtik ponselnya.
“Sial, dia benar-benar Mengabaikan pesanku. Padahal susah payah aku mencari nomornya!” gerak Hilmawan.
Apa lagi jika bukan soal Hana.
Sedangkan gadis yang membuat Hilmawan geram itu Sedang asik membuat sarapan paginya.
Jam delapan pagi tampak iringan mobil memasuki pekarangan rumah Keluarga Hilmawan.
Dari lantai atas Calista menatap iringan itu dengan berbinar. Membayangkan bahwa Sebentar lagi dia akan menjadi Nona muda Keluarga Fadekya membuatnya tidak Sabar.
Renata menghampiri putrinya. “Sayang persiapkan Dirimu mereka sudah datang.”
“Iya Ma! Cepat rias aku!” sentak Calista kepada para MUA.
Renata bersama Hilmawan Menunggu kehadiran Calon mantu Dan besannya Di dlama rumah.
Tampak beberapa orang berjas memasuki rumah mereka. Jefri lebih dulu masuk menghampiri mereka.
“Tuan Dan Nyonya besar tidak dapat hadir Di acara akad. Kalian akan bertemu dengan mereka di resepsi pernikahan.”
Rentaa menyela cepat. “Tidak masalah! Tidak masalah. Yang terpenting mempelai prianya. Dimana calon mantuku?”
Jefri menggeser tubuhnya. Tampak barisan bodyguard yang Tadi menutup pintu bergeser serentak memberi Jalan kepada Samir.
Renata Dan Hilmawan membelalakan matanya. Ketika Melihat Samir dengan kursi rodanya. “Dia siapa?” Tanya Renata.
Jefri menyeringai tipis Melihat keterkejutan mereka. “Calon menantu anda. Tuan muda Samir Ali Fadekya. Putra pertama keluarga Fadekya!” jelas Jefri dengan bangga.
Berbeda Dnegan reaksi sepasang Suami istri Itu. “Dia cacat?!” jerit Renata.
“Jaga bicara anda Nyonya!” sentak Jefri yang sangat marah mendengarnya. “BERANI SEKALI ANDA BERKATA BEGITU PADA TUAN MUDA SAYA?!”
“Jefri!” tegur Samir. Pria itu terlihat sangat tenang. Berbeda Dnegan Jefri yang mengepalkan tangannya.
“Tuan muda apa?! Calon menantuku Itu hanya Tuan muda Anand Fadekya! Putra Keluarga Fadekya yang sangat hebat bukan pria cacat sepertinya?! “ Tunjuk Renata dengan Tatapan hina kepada Samir.
“Kauuuu.... “
Jefri ingin melangkah maju. Namun Samir mengehntikannya. Pria itu mendorong kursi rodanya mendekat. “Jangan seperti itu ibu mertua. Akulah Calon menantu yang akan menikahi putri cantikmu!”
“SIALAH! AKU TIDAK MAU MENIKAH DENGANMU?!”
Semua Mata tertuju pada Suara itu. Calista sudha berada di tangga atas. Wanita itu mendengar Semuanya.
Dia terlalu tidak Sabar ingin Melihat Calon suaminya. Tapi Dia malah mendengar Fakta mengejutkan.
Gadis Itu melangkah Menuruni tangga. Samir tersenyum padanya. Walau bukan senyum yang sebenarnya.
“Siapa yang akan MENIKAH DENGANMU, Heh pria lumpuh! Pria cacat tidak pantas menjaid suamiku!” hina Clara.
“Jangan begitu Calon istri. Sebentar lagi Kita akan menikah... “
“MIMPI KAU SIYALAN?!” dengan tak beradapnya Calista menendang kursi roda samir
Hampir membuat pria Itu Terdorong Jatuh jika Jefri tidak menahannya. “TUAN MUDA! Anda tidak apa-apa? “ cemasnya.
Samir mengangkat satu tangannya.
“Ma batalkan Pernikahan ini! Aku tidak mau Punya Suami cacat. Lihat! Dia saja Perlu seseorang untuk mendorongnya!”
“Iya sayang. Kamu benar, Kita batalkan saja!” ujar Renata Setuju.
“Papa juga! Mau di taruh Di mana Muka papa Punya menantu cacat?!” sambung Hilmawan.
Samjr menyeringai. “Kalian ingin membatalkan Pernikahan ini? Apa Kalian yakin?” tanya Samir dengan sorot tajam.
“Tentu saja! Kau pikir siapa Kau! “ Sela Clara dengan angkuh.
“Jelaskan Pada Mereka Jefri... “ titah Samir. Jefri mengangguk. Dia mengeluarkan sebuah dokumen.
“Kalian tidak melupakan dokumen ini kan? “ ujar Samir Dnegan dingin.
Ketiga orang Di depannya mendadak mematung.
Jefri berkata dengan lantang. “Surat perjanjian Pernikahan antara Keluarga Fadekya Dan Hilmawan. Resmi Di tanda tangani. Jika Salah satu pihak membatalkan Pernikahan Maka akan menganti rugi sebanyak 3 miliar Dan juga menganti hadiah hantaran yang pihak Keluarga Fadekya berikan.... Jika Menolak Maka akan Di pidana Atau membayar denda 5 miliar.... “
“Cukup! “ Kata Samjr. Ketika orang Di depannya tampak memucat. “Perlu Ku katakan.... Semua hantaran pernikahan yang Keberikan totalnya 1 miliar. Aku sudah memberi putri Kalian sebanyak Itu. ..kalian tidka bisa membatalakannya seenak hati.”
“Pa... Gimana ini! “ Renata menatap suaminya cemas.
“MA.... Paa... Aku Nggak Mau nikah Sama Dia... Nggak Mau?!” Gadis Itu langsung Melarikan diri Dari Sana membuat orang Tuannya panik.
“CALISTA.... CALISTA?! “
“HAHHAHAAHAHAH.... “ tawa Samir menggelegar terdengar mengerikan Di telinga Rentaa Dan Hilmawan. “Bagaimana ini.... Calon istriku Melarikan diri... Ahh, sepertinya Kalian harus membayar denda Itu Saja. Eummmm.... 9 miliar... Ahh, tidak genapkan saja menjadi 10milar.”
“b******n?!” Sarkas Hilmawan.
“TUTUP MULUTMU?!” Bentak Samir. “Bawa kembali Calon istriku Atau Kalian membayar kerugian Itu! “
“Pa, gimana ini! “ Renata semakin cemas. Mereka mana Punya Uang sebanyak Itu. Perusahan mereka saja sedang terkendala.
Hilmawan terdiam lama. “Hana! Ya Hana?! Aku akan membawa Putriku yang lain untuk MENIKAH denganmu! “
***
Hana?
Siapa Hana? Dan apa maksudnya dengan putri mereka yang lain? Pikir Samir.
“Aku... Aku akan membawa Putriku yang lain untuk menikah denganmu!” kata Hilmawan.
Samir memasang wajah yang sangat tenang. “Aku tidak peduli dengan omong kosong Kalian tentang putri kalian yang lain?! Pernikahan ini harus tetap berlangsung! Dan itu harus benar-benar putri Kalian!” sergah Samir.
“Kami-kami benar-benar memiliki putri yang lain. Maaaa cepat ambil berkas Keluarga Kita!”
“Iya Pa!” Renata berlari cepat mengambil dokumen yang Hilmawan minta.
Tak lama Rentaa kembali dengan dokumen Di tangannya. “Ini... Ini data keluarga Kami. Kami benar-benar Punya putri yang lain!”
Samir mengambil dokumen Itu. Matanya menatap dengan teliti. “Hana Kinara Hilmawan?” gumam Samir.
Pria itu menatap sepasang Suami istri di depannya. “Aku tidak pernah mendengar tentangnya.”
“I-Itu... Dia tinggal terpisah Dari kami!” jawab Hilmawan terbata.
Samir menyeringai tipis. Sepertinya dia berubah pikiran. Melihat sikap dari sepasang Suami istri di depannya yang Cukup mencurigakan.
Sepertinya gadis bernama Hana Itu Cukup membuatnya Penasaran. “Di mana dia? Bawa dia untuk menjadi pengantinku dalam waktu 1 jam!”
“Satu Jam?” mereka Berdua tampak terkejut.
“Kalian tidak dengar apa yang Aku bilang?! BAWA DIA KEPADA KU DALAM WAKTU SATU JAM?!” Bentak Samir. Pria itu sudah benar-benar habis kesabaran.
“Iya-Iya Tuan muda!”
Renata meremas tangan sang Suami dengan cemas. Dia berbisik Takut. “Pa, Tapi kita tidak tahu Di mana Hana sekarnag? “
Hilmawan Balas berbisik. “Tenang Ma, Aku sudah berhasil menemukan Nomor ponselnya. Tidak sulit untuk melacak keberadaanya.”
“BERHENTI BERBISIK DI DEPANKU!”
Mereka Berdua terperanjat. “Iya Tuan muda Saya akan membawanya.” Hilmawan melangkah cepat.
Pria itu melangkah keluar Sambil meneleponnya orang suruhannya. “Lacak keberadaan Hana sekarnag! Berapapun aku akan membayarmu!” ujarnya.
Hilmawan mengemudikan mobilnya dengan tergesah. Tak lama pesan notifikasi muncul Di ponselnya. Dia menyeringai. “Ketemu Kamu Hana! Setidaknya Kali ini saja Kau harus bisa menyelamatkan papamu ini! “
Dia menancap pedal gas ke alamat yang sudah orang suruhannya Kirimkan.
Samir Dan Jefri Menunggu Di ruang tamu. Sedangkan Rentaa Sedang Menunggu dengan cemas Hilmawan Di kamarnya.
Rumah itu sudah terkepung dengan banyak Pengawal Samir Dan Sudah dipastikan wanita itu tidak kabur.
Dan Jangan lupakan bahwa Samir juga Sudah menyuruh orang untuk mengikuti Hilmawan.
Jefri menatap sang Tuan muda yang Sibuk memainkan ponselnya dengan tenang. Dia sedikit menundukan tubuhnya. Dan berbisik Di telinga Samir.
“Tuan, sebenarnya apa yang anda lakukan? Jika anda Memang ingin membatalkan Pernikahan ini. Kenapa anda malah menyuruh mereka membawa Putri mereka yang lain itu?”
Ketikan Samir terhenti. Pria itu menatap ke depannya dengan sorot dingin. Namun Bibir nya tertarik sedikit. “Kau tidak Perlu tahu. Rasanya putri kedua mereka Itu akan jauh lebih menarik. Ya, hanya feelingku saja.”
“Apa anda benar-benar mempercayai feeling anda Itu? “ tanya Jefri merasa Aneh dengan Tuan mudanya. “Jika Dia benar benar membawa putrinya yang lain apa anda akan benar-benar menikahinya?”
Samir meliriknya dengan Tatapan yang sulit Di artikan. “Menurutmu?” Jefri mengehela tak percaya. “Panggilkan penghulu sekarang. Aku tidak ingin menunggu lebih lama jika pengantinku datang nanti.”
Jefri menggeleng tak percaya dengan wajah cengonya. “Rencana anda sepertinya benar-benar gila Tuan muda!”
“Kau tahu bagaimana Aku Jefri... “
“Ya, Baiklah Saya akan mempersiapkan penghulunya.”
****
Di sisi lain...
Clara baru saja akan pergi bekerja Sedangkan Hana baru akan berangkat. Gadis Itu tidak bisa berangkat bersama Clara Karena Ada beberapa berkas yang belum Dia siapkan untuk pertemuan Di kantornya.
“Kenapa Aku selalu teledor sih!” rutuk Hana Sambil memasukan berkas ke dalam tasnya.
Gadis Itu sudah keluar dari apartmentnya. Sembari Menunggu lift Clara mengirimkan pesan padanya.
[Lama lagi nggak, Han? Udah mereka Bentar lagi Datang ini.... ]
{Iya, Sabar kenapa. Aku baru turun dari lift. Langsung buru ini naik mobilnya.} balas Hana.
Ting....
Pintu lift terbuka
[Yaudah, hati-hati. Jangan ngebut, Aku bisa tahan mereka Sebentar nanti untuk nunggu Kamu. Yang penting Jangan ngebut.]
Hana tersenyum. {Iya, Bawel.}
Gadis Itu menuju parkiran basement apartment. Tempat Itu Cukup gelap Seperti Pada umumnya walau Di terangi beberapa lampu.
Hana Menuju ke arah mobilnya. Tak SADAR jika Ada yang mengikutinya dari belakang.
Tepat Ketika Hana membuka pintu mobilnya. Seseorang berpakaian hitam dengan topi hitam membekap Mulut nya.
“Emmm... Emmmmppp.... “ Hana terus memberontak. Namun sepertinya sapu tangan yang digunakan membekap mulutnya Sudah Di beri obat bius.
Perlahan Mata Hana mulai meredup. “Ya... Allah... Selamatkan Hamba... “ biisik Hana sbeleum kehilangan kesadarannya.
“”Cepat.... Cepat... Bantu aku Angkat Dia!” Kata orang Itu kepada temennya yang lain. Yang sedari tadi Sedang memantau.
Ada tiga orang yang membawa Hana. Mereka memasukan Hana ke dalam sebuah mobil. Dan mereka pergi dari sana.
“Hahahaha... Bos Hilmawan akan senang kita bisa membawanya.... “
#Bersambung...