Bab 36 : Beijing Jembatan Takdir

1816 Kata

Keesokan paginya, udara Beijing masih menggantungkan embun tipis di daun-daun pohon gingko yang berjajar di sepanjang trotoar. Di taman kecil belakang wisma atlet, Miura duduk di bangku batu dengan hoodie putih bertuliskan logo Asian Games yang sudah mulai luntur di bagian bahu. Di tangannya, ia memegang undangan resmi berstempel lambang Komite Olahraga Asia Timur—tertulis dengan tinta emas: "Honorary Ambassador for Youth Sports and Cultural Harmony". Sebuah penghargaan kehormatan yang tak pernah ia bayangkan akan mampir dalam hidupnya. Yulianto datang dari arah belakang, membawa dua gelas teh s**u dari minimarket terdekat. Jaket jeans-nya masih setia, meski kini ia menambahkan syal merah muda yang entah kenapa justru menambah sisi jenaka wajahnya. Yulianto (menyerahkan teh) : "Syal ini

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN