BAB 8

1329 Kata
"Na lo nggak papa?" Nada tersenyum hambar, menatap Sandra yang memasang wajah iba. Sandra sudah mendengar semuanya, tentang kondisi keluarga Nada yang berantakan. Bukan hal yang pantas untuk diceritakan, namun Nada juga perlu seseorang untuk bisa mendengar luapan hatinya, siapa lagi kalau bukan Sandra ketika Jaehyun sudah tidak bisa diandalkan. "Bohong kalau gue bilang nggak papa." "Gue siap dengerin Na kalau lo mau cerita apapun, gue tau dalam kondisi begini bukan kata-kata semangat yang lo butuhin, tapi cuman orang yang mau denger luapan hati lo. Iya kan?" Kedua sisi bibir Nada menungging. "Bisa sweet juga nih odol jepang." "Na ... lo muji atau ngehina sih?" "Dua-duanya." Mereka tertawa, lepas. Tawa yang sepertinya sudah lama tidak Nada keluarkan dari dirinya. Tawa lega karena ada teman bercerita bercampur dengan tawa miris melihat betapa menyedihkannya hidup Nada saat ini. Gorengan yang dibawa Sandra sungguh menggoda, sedari tadi mulut perempuan itu tidak berhenti mengunyah. "Na! Sekarang jelasin kenapa bisa lo kemarin makan bakso sama Hyunjin?!" Tentu saja penjelasan Nada tentang ini yang sangat Sandra tunggu. Nada menghela napas. "Dunia kayaknya sempit banget deh San. Masa Daffa, temen Nino yang sering main ke sini ingat kan?" "Iya, bocah ganteng yang sengklek itu." "Kemarin berantem sama Nino di sekolah." Nada menjelaskan. "TERUS APA HUBUNGANNYA SAMA HYUNJIN?!" "DENGERIN DULU!" "Ah iya." "Daffa ternyata adeknya Hyunjin. Terus kami ketemu pas di sekolah Nino kemarin." "What?!" Sandra begitu terkejut hingga tersedak gorengan. "Minum dulu minum." Setelah minum, Sandra menjadi lebih rileks dan melanjutkan kekepoannya pada Nada. "Gila, kok bisa sih? Dari banyaknya orang kenapa harus Hyunjin?" Nada kembali menghela napas, jika bisa memilih dirinya sudah pasti tidak memilih untuk bertemu Hyunjin di kehidupan manapun. "Ya mana gue tau, Bambang!" Sahabat Nada itu lalu tersenyum penuh makna, entah pikiran licik apa yang terlintas di kepala Sandra saat ini.  "APA?!" Nada sudah tahu jika otak Sandra sudah tidak beres saat ini. Ponsel nada berbunyi. Rupanya suara tersebut berasal dari notifikasi i********:. hyunjin.adinata menyukai postingan Anda. “Astaga! Hyunjin like foto lo?! Gila gila gila! Dia juga follow lo, Na? Demi apa?!” Nada menyeringai, “Kenapa sih heboh banget, San? Dia beneran aneh banget orangnya sumpah.” Sandra berdecak, lalu dia memajukan posisi duduknya, menjadi lebih dekat dengan Nada. “Nada, lo tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.”  “Sandra ….”  “Nada ….” “Oh iya, gue tadi ke rumahnya.” “Rumah siapa? Hyunjin? Demi apa?! Ngapain? Hubungan kalian sudah sejauh itu?!” Nada memutar bola matanya, menggelengkan kepala lantaran terheran dengan otak Sandra yang sudah kemana-mana. “Gue cuma manfaatin dia biar gue bisa liat rumah Papa, San. Rumah Papa yang baru tepat di samping rumah Hyunjin. Itu juga yang bikin Nino sama berantem kemarin, cuma karena Daffa tanya kenapa ada Papa di samping rumahnya, sedangkan Nino yang masih belum bisa menerima keadaan langsung emosi saat itu.” Sandra terdiam, walaupun dia orangnya suka heboh, namun dia selalu bisa menempatkan diri kapan harus heboh dan kapan harus jaga sikap. Dia sangat tahu, bagaimana perasaan Nada sekarang yang benar-benar hancur. Suasana menjadi hening sejenak hingga Sandra bersuara, “Ikan. Ikan apa yang suka ngelag?” tanyanya mencoba mencairkan suasana. Belum juga menebak, Nada sudah tertawa mendengar pertanyaan random yang dilontarkan sahabatnya itu. “Apasih San?!” “Tebak!” “Ogah!” “Ikan pause,” ujar Sandra sambil memegang perutnya seraya terpingkal di sana. “Lucu banget gakuat!” Nada ikut terpingkal. Bukan, bukan karena tebak-tebakan Sandra yang garing, tetapi karena melihat tertawanya Sandra yang menular itu. “Aduh, sakit perut gue, Na.” Sandra masih memegangi perutnya. “Oh iya, ntar bilangin ke Hyunjin ya follow ig gue ahahaha.” “Gue nggak sedekat itu sama Hyunjin, San. Dan nggak akan pernah dekat!” “Na, ini kesempatan lo Na! Seorang Hyunjin!” “Kenapa nggak lo aja sih, San?” “Na, gue emang suka sama Hyunjin, emang heboh kalau ada dia, tapi rasa suka gue tuh beda, Na. Gue cuma suka dia kayak gue suka ke idol-idol kpop idola gue gitu lho!” Nada mengangguk-angguk mengiyakan Sandra namun ekspresi wajahnya sangat terpaksa. “Eh, Na, tapi kalau lo sama Hyunjin, Jaehyun gimana dong?” tanya Sandra lagi tiba-tiba di tengah keheningan yang membuat Nada semakin ingin menabok temannya itu dengan ribuan bantal. Satu bantal pun sudah mendarat tepat pada wajah Sandra. *** Biasanya, setiap weekend, Nada hanya di rumah saja, menikmati waktu bersama keluarga. Kali ini berbeda, bahkan mamanya saja tidak ada di rumah saat ini, entah ke mana, pagi-pagi sekali sudah pamitan dengan Nada dan Nino. Dirinya benar-benar bosan dan moodnya sangat tidak begitu baik jika dia tetap tinggal di rumah saat ini. Nada menguncir rambut panjangnya lalu memutuskan untuk pergi ke kafe milik Lucas. Tidak ada lagi kafe ternyaman untuk menenangkan dirinya selain di sana. Baru saja Nada membuka pintu kafe, matanya langsung tertuju ke meja barista yang mana Hyunjin tengah berdiri di sana lengkap mengenakan celemek khas pegawai di kafe itu. Entah kenapa kakinya otomatis memutar balik tubuhnya, dia lalu membuka kembali pintu dan langsung keluar kafe. Kenapa dia harus ada di situ sih? Padahal jika tidak ada apa-apa seharusnya Nada bersikap biasa saja, namun dirinya terlalu sulit memahami situasi sekarang dan ingin menghindar dari orang semacam Hyunjin yang tidak tahu bagaimana aslinya, walau terkadang pikiran buruk Nada tentang Hyunjin mulai berubah satu-persatu lantaran sifat-sifat sesungguhnya yang tersembunyi mulai terlihat di mata Nada. “Na, lo kok di sini?” Nada menoleh ke sumber suara. Ternyata Jaehyun di sana, dan dia tidak sendiri, ada seorang perempuan di sampingnya. “Sendirian? Biasanya kan weekend lo di rumah, kan?” tanya Jaehyun yang sudah hapal dengan keseharian Nada itu. Nada tersenyum tipis, dirinya baru ingat bahwa Jaehyun masih tidak tahu apa-apa tentang beberapa hal menyakitkan yang dia alami beberapa minggu belakangan. Padahal, orang yang paling Nada harapkan ada di saat dia berada di titik yang buruk dalam hidupnya adalah Jaehyun, namun lelaki itu terlalu sibuk hingga rasanya hubungan mereka semakin menjauh ditambah sepertinya kesibukan Jaehyun bertambah satu, yaitu berkencan dengan perempuan. “Na, kok diam aja?” Nada tersadar dari lamunan, dia kembali tersenyum tipis, sangat miris. “Oh, apa tadi?” tanyanya yang seketika lupa apa yang ditanyakan oleh Jaehyun. “Kok lo di sini? Sendirian? Biasanya kan weekend lo di rumah.” Jaehyun mengulangi semua pertanyaannya. “Ya, nggak papa.” Jaehyun memiringkan kepala, dirinya sangat mengenal Nada hingga tahu dari ekspresi wajah dan perkataannya bahwa Nada sekarang sedang tidak baik-baik saja. “Kok aneh sih.” “Apa sih Jae. Oh iya, ini siapa? Kenalin gue Nada.” Nada mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengajak perempuan yang bersama Jaehyun tadi berkenalan, walau sebenarnya hatinya amat rapuh melihat perempuan tersebut. Perempuan itu membalas senyum dan menyambut salaman Nada, “Hai, gue Findy. Senang kenal sama lo Na. Jaehyun sering cerita tentang lo kok hehe.” Nada baru ingat, Findy adalah orang yang dibonceng Jaehyun saat malam kejadian menyakitkan itu terjadi, saat Nada menunggu Jaehyun untuk menenangkan dirinya, namun pada akhirnya dia semakin merasa sakit ketika melihat Jaehyun malam itu. Nada menggerutu dalam hati. Dirinya keluar rumah seperti ini berniat untuk menenangkan diri, namun sepertinya malah membuat moodnya semakin buruk. “Jae, gue beli kopi dulu ya, pesenan Mama.” Nada berusaha menyudahi pertemuannya dengan Jaehyun, dan terpaksa dia menuju kafe milik Lucas lagi demi menghindari lelaki itu. “Oh, yaudah, gue juga mau cabut, bye!” “Iya, bye! Have fun!” Bisa-bisanya Nada mengatakan kalimat tersebut. Jaehyun dan Findy mulai menjauh, namun masih dalam jangkauan pandang yang cukup jelas terlihat, membuat Nada terpaksa menuju kafe Lucas yang tinggal beberapa langkah lagi. Langkah Nada terhenti saat dia melihat Hyunjin yang tengah berdiri tepat di depan pintu kafe bagian dalam. Nada bisa melihat dengan jelas karena pintu tersebut terbuat dari kaca transparan. Hyunjin membuka pintu tersebut dan menatap Nada dengan lekat. “Jadi masuk, nggak?” ucapnya yang entah kenapa suara itu membuat Nada sedikit tenang dibanding suara Jaehyun tadi.   ***        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN