Samudera

1582 Kata
Masih dalam kegelapan, Nada merasakan tubuhnya diseret luar biasa kencang, dan deras. Ia merayap naik, dan dengan cepat matanya kembali berfungsi. Ada cahaya. Ia mendongak. Bulatan terang terlihat di atas sana, sepertinya sinar matahari di balik permukaan air. Dan baru sekian detik kemudian ia menyadari tangannya ditarik tangan lain yang sangat lembut. Sesosok bayangan ramping ada di depannya. Bayangan itulah yang menyeretnya naik menuju permukaan air. Sesaat tak terlihat jelas siapa dia. Hanya ada bayangan berwarna gelap, yang tetap belum terlihat jelas sekalipun sekelilingnya makin dipendari cahaya. Lalu puncak tergapai. Nada mengeluarkan suara keras saat ia isi paru-parunya dengan sebanyak mungkin udara. Ada tetes-tetes air asin yang tetap terhirup lewat hidung, tapi ia tak peduli. Yang penting badannya kembali kemasukan zat asam. “WHAT ARE YOU DOING!?” Tepat di depannya, Dayu Margantari yang cantik mencorong marah ke arahnya. Dan anehnya, meski baru saja mentas dari air, perempuan itu tak nampak basah sedikitpun. Rambutnya kering kemilau seperti baru saja dikeringkan dengan hair dryer. Nada masih gelagapan. “A-aku...” Ia celingukan. Baru ia melihat bahwa yang ada di sekeliling mereka adalah laut. Bukan, tepatnya samudera. Sejauh mata memandang hanya ada air yang berwarna hijau kebiruan. Di seluruh arah, jauh hingga perbatasan antara laut dan langit. “Kamu belum saatnya melakukan Penanaman Pesan!” Nada melongo, mengusap wajah yang penuh air. “Apa?” “Mengubah pikiran seseorang lewat Infiltrasi Mimpi. Itu namanya Penanaman Pesan, Message Planting. Kalau hanya untuk menambahkan pengetahuan baru secara instan, masih bisa. Tapi mengganti pikiran dan gagasan seseorang dari A ke P nggak semudah itu. Butuh latihan beberapa sesi lagi.” “Astaga...!” Tiba-tiba mereka telah berpindah ke gurun pasir yang terik membara namun terasa hangat nyaman di kulit. Di kejauhan sana nampak deretan piramida raksasa dan juga patung Sphinx dengan hidung utuh. “Aku tahu kamu cuman berimprovisasi. Kamu pengin mengubah cinta Pak Gading ke mama kamu menjadi hilang. Sayang prosesnya tak sesimpel itu. Murid yang belum siap bisa celaka jika menjajal Penanaman Pesan sebelum waktunya. Biasanya dalam bentuk tersesat di hutan. Atau dalam kasusmu barusan, tenggelam di dasar laut. Kalau sampai tersesat, atau karam di laut, kamu juga nggak akan bangun dari mimpimu. Koma, bisa saja sangat lama. Bertahun-tahun atau bahkan sampai seumur hidup. Tadi aku kaget, pas sibuk membantu Nara bertarung lawan Layon Laya di semesta sebelah, mendadak ada alarm tanda bahaya. Buru-buru aku balik ke sini menolongmu. Untung masih kecandhak...!” Nada meneguk ludah. “Siapa itu Nara?” “Temanmu, teman kita, tapi di semesta berbeda. Nanti juga kamu akan ketemu dia.” Nada masih melongo. Kecandhak dalam bahasa Jawa berarti masih sempat terpegang, atau terkejar, dalam rentang waktu yang amat sempit. “Aduh... aku nggak tahu. Maaf...!” Dayu sibuk mengendalikan napasnya yang masih saling susul sejak keluar dari air tadi. “Susahnya memang, pas ada di lapangan kita harus berani ambil improvisasi. Kamu kan juga gitu pas kemarin malam menjatuhkan para teroris bom molotov itu. Bukan sesuatu yang terencana rapi sejak awal, murni mengandalkan kreativitas aja di lapangan. Hanya saja, karena namanya improv, dan terpikir langsung tereksekusi detik itu juga, kadang kita nggak selalu tahu hal itu udah saatnya dilakukan atau belum.” “Iya.” Dayu terdiam sesaat, lalu menarik napas lega. “Ya udah, yang penting kamu selamat. Anggap saja ini kecelakaan, bukan kesalahan. Dan terlepas dari yang ini tadi, semua yang kamu lakukan sudah bener. Pas menginfiltrasi orang, kamu bahkan langsung bisa mendapatkan Kunci Memori target. Dalam kasus normal, kunci masih harus dicari di tubuh orang itu. Biasanya ada di saku belakang celana, atau tas tangan, kayak dompet. Jika target juga punya kemampuan Ingsun, kunci tersembunyi jauh entah di mana di sekitarnya. Bisa saja di salah satu lantai di gedung pencakar langit, tersembunyi dalam ruang dengan perlindungan tinggi, atau ada di brankas yang kita harus menebak dulu nomor kombinasinya. Dan kalau target nggak mau menyerahkan kuncinya, ya kita harus memaksa, lalu bertarung rebutan kunci.” “Sampai kayak gitu...?” “Ya. Itu ntar di level jauh di atas, pas ilmumu sudah setara mahasiswa yang lulus sarjana lalu terjun ke dunia kerja. Yang paling penting sekarang adalah menyelesaikan dulu latihan kecil-kecil, karena seluruh kemampuanmu belum keluar semua.” “Kalau yang itu tadi bisa kapan selesainya?” “Mungkin tiga atau empat infiltrasi lagi, setelah kamu berlatih menarik dan menambahkan pikiran beberapa kali. Kamu beneran penasaran ya pengin menghapus dalam sekejap perasaan si om ke mama kamu?” Nada tertawa. Saat itu backdrop mimpi kembali ganti. Kali ini di kafe teras yang nyaman di negara Eropa. Mungkin ini Belanda, atau Italia. Dan Dayu memakai gaun terusan berwarna hijau pupus. “Habisnya aku pusing. Mama lagi bucin berat. Nggak ada cara menasihati orang bucin. Satu-satunya cara ya cuman dengan dibikin si om mendadak nggak cinta lagi, lalu menjauh.” “Tapi mama kamu bakalan nggak mau menjauh. Pasti kepo dan justru mengejar kalau tahu-tahu si Gading menghilang misterius.” Nada terpaku. “Iya juga ya? Nggak mikir sampai ke sana.” Gantian Dayu yang tertawa. “Kan kamu masih kecil, sementara cinta adalah sesuatu yang amat kompleks dan multidimensional. Membuat sebuah hubungan cinta berakhir nggak segampang di cerita-cerita sinetron. Butuh pemikiran dan kerja keras yang nggak sepele untuk bisa membuat kehancurannya permanen. Tapi khusus untuk urusan ini, bukankah ada satu celah yang bisa dimanfaatin?” “O, ya? Yang mana?” “Fakta bahwa Gading lah otak intelektual di balik aksi-aksi teror yang dilakukan para anak buah Pak Santoso terhadap panti asuhan milik keluarga Radit. Kalau itu sampai bisa terbukti dan Gading disidang, mana mau mama kamu masih bersamanya?” “Cuman masalahnya, dan sejak tadi sudah terpikir olehku, adalah bagaimana cara membuktikannya di tingkat dunia nyata? Memenjarakan seorang terpidana kan nggak segampang itu. Dan sebagai orang kaya, Om Gading pasti punya lawyer bagus juga untuk bersih-bersih, andai urusannya sampai ke pengadilan.” “Nah, itu dia! Di situ letak masalahnya. Sehebat apa pun keahlian kanuragan kita, kemampuan-kemampuan aneh kita, tetap saja kita harus main otak dan strategi dalam saat-saat tertentu. Dunia nyata juga punya hukum dan logikanya sendiri. Tak semua hal bisa diselesaikan dengan ilmu kebal, Bilokasi, atau Shortcut.” “Tapi trus piye ya...?” Nada menyangga dagu dengan kedua tangan. “Aduh, aku bener-bener pusing. Lagi banyak masalah gini malah tuh cowok-cowok pada baper. Tadi ada yang nembak pakai kertas ditulisi opsi yes atau no. Kayak hidupku masih kurang ruwet aja...!” Dayu tertawa. “Hei, kalau kamu udah lulus mapel Message Planting, tinggal kamu bikin aja mereka sama kayak si om itu. Mereka besok paginya bangun dan mendadak heran sendiri kenapa pernah naksir kamu yang bermuka glowing.” “Dan aku bikin Om Gading menyadari kesalahannya, lalu dengan sukarela dia merekam pengakuannya dan mengunggahnya ke IG atau YouTube.” “Itu beneran bisa dilakukan loh. Namanya Mind Domination, dan di dunia nyata, sudah bukan lagi mengotak-atik otak orang lewat mimpi.” Nada ternganga. “Seriusan?” “Ya. Kan hampir sama dengan teknik mengambilalih pikiran orang lewat hipnosis. Ada juga di film Star Wars, pakai kekuatan Force. Kamu bikin orang lain manut apa pun kemauanmu. Pada aplikasi tingkat lanjut, kamu bahkan bisa bikin orang melakukan persis seperti yang kamu rencanakan padanya secara mendetail.” Nada menggeleng-geleng. “Spektakuler.” “Tapi beneran di level sangat tinggi. Kalau di dunia akademik, mungkin itu baru bisa dilakukan seseorang yang sudah menyandang gelar Ph.D, kayak tingkatan mama kamu di disiplin ilmunya. Dan penggunanya sudah harus yang berlevel dewasa maksimal. Kalau nggak ntar kan bisa dipakai aneh-aneh. Misal masuk ke mimpi Pak Santoso lalu membuat dia mengganti surat wasiat dan mewariskan semua harta kekayaannya hanya untukmu.” Nada tertawa. “Kalau aku hobi nonton sinetron, mungkin yang kayak gitu bakal beneran kurencanakan secara serius.” Dayu menghabiskan minumannya, lalu bangkit berdiri. “Kalau pas meditasi, latih saja getaran elektrik dari kekuatan Ingsun itu untuk melakukan Gerakan Tak Sadar. Kamu ikuti saja kekuatan itu untuk mengendalikan tubuhmu bergerak secara acak, jadi mirip orang menari. Habis itu niatkan ia untuk membimbing gerakan sadarmu. Mirip pas kamu nggak sengaja jalan ke tempat cucian dan menemukan charger HP mamamu, atau pas kamu secara spontan bisa bela diri tingkat tinggi dan melumpuhkan para teroris itu. Hanya saja, yang ini dalam hal-hal kecil keseharian. Mindahin gelas, ambil air dari dispenser, menulis catatan pelajaran sekolah. Lama-lama seluruh gerak di hidupmu akan diambilalih oleh Ingsun. Kamu nggak hanya selamat terus-menerus, namun juga selalu mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.” Nada mengangguk. “Oke. Noted. Itu sangat bermanfaat. Thanks berat tutorialnya.” Dayu tersenyum manis. “You’re welcome.” “Dan ada baiknya kukasih tahu kamu soal BrainWire dan MultiDreams Connection sekarang.” “Apa itu?” “Informasi penting yang bakal kamu perlukan dalam misi penugasan berikutnya, bila suatu saat kamu merasa bakal dikerjai Class A. Over and out.” Nada membuka mata dan langsung tahu ia sudah kembali ke dunia nyata di kamar tidurnya. Kembali ia bertemu gelap, tapi yang ini sudah ia akrabi. Ruang minim cahaya karena lampu neon kamar selalu ia matikan saat tidur. Tapi pertanyaan tentang jam segera saja teralih oleh hal lain yang seketika membuatnya menggigil. Nada terlompat bangkit dengan cepat. Ia berdiri di sisi tempat tidurnya, terpana memandangi tubuhnya sendiri. Semua basah, dari ujung rambut, kaus dan celana pendek, bahkan termasuk kuku-kuku di jari kaki. Lidahnya mencecap rasa asin dari air di bibir. Dan ia mencium aroma garam yang sangat kuat. Lantai sekitar tempatnya berdiri basah oleh tetesan-tetesan air dari sekujur badannya. “Trondholo! Piye iki...?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN