Family Portrait

1603 Kata
Unpretty. Lagi-lagi kembali dirasakannya disini, diruang kerja ayah Skylar, kakek anak-anaknya yang diluar dugaan masih muda dan setampan putranya. Selain beliau, Gaya juga dikelilingi makhluk-makhluk indah seperti di negeri dongeng. Ketiga kembaran Sky yang ganteng, ibunya yang cantik, lalu ketiga menantu keluarga Kivlan yang... Ciarran eksotis, seksi dan cantik. Baby face Edna, berambut indah dan menawan. Dan yang terakhir ada Helena si barbie yang sempurna. Didalam hatinya Gaya mengutuk Sky yang sial karena memperkenalkan Gayatri si gendut, bermuka tua, berambut kusam dan tak enak dilihat kepada seluruh anggota keluarganya yang tidak tercela. Anak-anaknya berdempetan di sampingnya. Kun kelihatan gelisah, sejak tadi ia tak berhenti menggaruk kepala dan kakinya. Tak puas dengan dirinya sendiri, Kun akhirnya beralih menggaruk punggung Yuri yang tak gatal. Didepannya duduk kedua orangtua Sky, ayahnya memasang raut muka tegas sedikit marah sedangkan ibunda Sky terisak kecil memandanginya dan ketiga putranya. "Umur mereka berapa?" Kivlan Adam itu ternyata tentara, jadi Gaya menganggap wajar jika suara pria itu cukup keras ditelinganya. "Sembilan, Pak." "Kau bilang kau sudah tidak punya orangtua dan saudara, siapa yang menolongmu mengasuh mereka?" "Saya titip ke penitipan anak, Pak." "Begitu terus sampai sekarang?" "Hanya sampai mereka masuk SD, setelah itu saya tinggal sendiri." "Apa pekerjaanmu?" "Pagi wartawan, malam jadi petugas kebersihan kafe didepan gang rumah." Eva menangis lagi, ia sesunggukan di balik sapu tangan, rahang Adam mengeras. Sungguh diluar dugaannya ketika ia menerima telfon dari Sky yang mengatakan kalau si kembar kini berada di rumah keluarga pria itu. Ia panik dan langsung menuju ke alamat yang di sms Sky. Ia disini sekarang, duduk dengan ketiga anaknya diatas sebuah sofa, dikelilingi semua Kivlan dan diinterogasi, Sky berdiri bersidekap di sebelahnya. "Kenapa kau tidak memberitahukan Sky soal kehamilanmu?" "Sky tahu, tapi tidak percaya kalau saya hamil, bahkan dia lupa kalau pernah tidur dengan saya!" Gaya mengucapkannya lancar sekali, ia ingin Sky mendapatkan ganjarannya yang pertama dari keluarganya sebelum Tuhan untuk hukuman selanjutnya. Dan doa Gaya dikabulkan, ayah Sky bangkit dari kursinya, dan tanpa disadari semua orang. Plak! Tarikan nafas tajam terdengar dimana-mana, Eva mengerang, mukanya langsung pucat melihat Adam menampar putranya. "Apa kau masih menyimpan dendam atas apa yang kulakukan dulu? kau pikir bahwa apa yang terjadi diantara aku dan ibumu adalah hal yang wajar? hah?" Sky terdiam, matanya merah, ia menantang mata sang ayah. "Apakah ada yang salah di diriku ini, son? apakah kau merasa kekurangan selama ini?" Tak ada yang keluar dari mulutnya, Sky hanya diam, tapi raut mukanya tak senang, ia bergeming akibat tamparan tadi, wajahnya merah menahan marah dan malu. "Aku tidak membesarkan seorang pengecut! kau kuajari tanggung jawab! kau kuajari untuk menghadapi masalahmu! aku tidak pernah menyuruhmu balik badan dan melarikan diri! Tapi lihat apa yang kaulakukan! kau membuang darah dagingmu! anak-anakmu!" "Maaf." "Maaf? setelah sepuluh tahun? Kau hidup bersenang-senang! meniduri semua wanita yang kautemui! sedangkan perempuan ini menyerahkan hidupnya untuk membesarkan anak-anakmu, dan yang kau bisa hanya mengucap maaf!!!" "Kau meninggalkan kami 17 tahun!" menjadikan masa lalu Adam tidak bisa dijadikan alasan untuk membela diri, tapi Sky terus dipojokkan ayahnya, ia tak punya hal lain. "AKU TIDAK TAHU KALIAN ADA!!!! DAN SETELAH AKU TAHU, AKU TIDAK LARI!! AKU MEMPERTARUHKAN APAPUN UNTUK MENDAPATKAN KALIAN, KARIRKU, RESTU ORANGTUAKU, SEMUANYA!!!!" "AKU MENYESAL! AKU MENYESAL! APA ORANG SEPERTIKU TIDAK BERHAK DIBERI KESEMPATAN KEDUA!" Sky balas berteriak ke muka Adam, keduanya tampak sudah siap untuk saling mencekik. Adam dan Sky berdiri dengan sikap tubuh tegang dan sama-sama marah. "Adam, aku mohon.." Eva berdiri dan memegang lengan suaminya, memohon agar Adam tenang dan mengendalikan diri. Adam dan Sky tak bisa berdebat tanpa saling berteriak, ayah dan anak itu sama-sama keras kepala dan mudah tersulut emosinya. "Dam..duduk, lihat dulu cucu-cucumu" Dengan lembut, Eva menariknya pelan menjauhi Sky yang kini masih tersengal-sengal karena amarahnya. "Siapa nama kalian?" Melihat Eva yang tersenyum, Sid mencoba rileks, tadi ia ketakutan melihat Adam yang mengamuk dan meneriaki Sky. "Aku Sidney, lalu Kun, terakhir Yuri" ia menunjuk kedua adiknya, yang masih syok karena barusan menyaksikan pertengkaran dua laki-laki dewasa langsung di depan mata. "S.K.Y? wow.." Edgar tersenyum dan takjub melihat ke tiga keponakannya, Troi yang berdiri disebelah Ed juga merasakan hal yang sama. "Kun, kau pasti pemarah seperti ayahmu, iya kan?" Edna mengedipkan matanya kearah Kun yang langsung terpesona "iya, Yuri sering ku bikin nangis" anak itu nyengir, Edna dan Ara berbagi tawa. "Tante cantik sekali." Mata Kun tampak berbinar melihat Helena yang duduk di sebelah Ara. Leen terpana dengan pujian Kun, Troi yang berdiri menjulang di belakang istrinya memberikan Kun tatapan membunuh, bocah itu langsung masuk kedalam cangkangnya. "Like father like son, saru." Ara berdecak mencemooh, Sky memamerkan tinjunya ke istri Nino. "Apa kau senang punya ayah?" Edgar bertanya kepada putra kedua Sky. Kun melirik Sky yang balas meliriknya, lalu bocah itu menarik nafas "ya, tapi aku tak suka dengan rambutnya yang keriting, nanti aku dikira anak tukang mie." Sky mendelik, Gaya malu dan semua yang didalam ruangan tertawa, tak terkecuali Adam. "Jadi menurutmu yang sekarang dikepalamu itu rambut atau mie?" Nino menyentuh kepalanya sendiri, Kun ikut-ikutan menyentuh kepalanya, ia tak sadar kalau rambutnya juga berliku-liku seperti bapaknya. "Rambutku rasa ayam bawang, om Sky mie keriting jumbo." Kun memamerkan senyumnya yang lebar. Sky ingin memasukkan Kun ke dalam topi tinggi pesulap, lalu simsalabim, ketika ditarik keluar, Kun berganti dengan kelinci. Sky berpikir untuk memeliharanya, Paling tidak binatang bertelinga panjang itu hanya makan wortel, sedangkan Kun memakan harga dirinya sebagai seorang lelaki. Troi mengalihkan perhatiannya kepada Sidney yang sedari tadi memasang tampang tak suka dengan semua situasi yang sedang berlangsung. Bocah itu merasa dirinya tak seharusnya berada di situ. "Apa kau menyukai ayahmu, Sid ?" Troi mengedikkan dagunya kearah Sky. Sid mengangkat bahunya cuek "Aku tak tahu. Punya ayah atau tidak, sama saja." Sky memandang Sidney tak percaya, jadi putranya itu belum bisa menerima dirinya dengan ikhlas, tadi dia bilang ada atau tidak ada dirinya, tak berpengaruh banyak bagi anak itu, oke..butuh effort luar biasa untuk bisa menaklukkan Sidney yang keras hati. Perkataan Sidney mengingatkan Troi akan dirinya dulu yang juga menolak kehadiran Adam, tak punya ayah tak apa. Troi bisa merasakan apa yang kini berkecamuk didalam diri Sid. Mungkin karena sama-sama anak tertua, keduanya sudah terlanjur menganggap dirinya sebagai pelindung dan bisa diandalkan. Kehadiran ayah yang tiba-tiba hanya akan menambah kebingungan dan sakit hati. "Yuri? apa kau sakit nak?" Eva menatap Yuri yang duduk diam dengan kepala miring dan mukanya muram. Dengan langkah pelan, perempuan itu mendekati Yuri dan membawanya kedalam pelukan. Yuri menggeleng dibahunya "aku suka om." "Oh ya, apa dia baik?" Anak itu mengangguk "uangnya banyak." Eva tertawa mendengar ucapan cucunya. Kemudian ia menangis lagi dan dengan satu tangannya, wanita itu menggapai Kun dan Sid yang mungkin karena insting akibat pertalian darah, mendekat dan membalas pelukan Eva yang hangat. "Terimakasih Tuhan, terimakasih sudah mempertemukanku dengan mereka." Eva melepaskan rangkulannya, dan memberikan ketiganya sebuah kecupan di kening dan dipipi. "Sekarang kalian punya nenek dan opung, punya om dan tante, punya sepupu yang banyak. Kalian punya keluarga besar sekarang. Kalian boleh datang kapan saja kerumah ini. Nenek akan masakin masakan kesukaan kalian, apa saja..mau apa saja bilang sama nenek ya?" Diantara isak tangisnya, Eva membelai rambut ikal triplet dengan penuh kasih sayang. Ia berjanji akan membagi cintanya secara adil untuk ke sepuluh cucunya. Sepuluh?? wow.. Adam tersenyum. Ia selalu merasa dirinya pria beruntung karena memiliki istri yang pemaaf dan berlimpah cinta seperti Eva. Kalau bukan karena perempuan itu, ia takkan semudah ini memaafkan Skylar yang sudah berbuat fatal. Ruang kerja Adam tiba-tiba terasa lapang dan lega ketika Eva memeluk ketiga cucunya. Berarti Sky sudah dimaafkan, walaupun Adam tadi sempat memberikan sebuah pelajaran berharga, karena itulah pertama kali Sky ditampar ayahnya sendiri. "Apa aku boleh minta uang?" Yuri memandang Eva yang tertawa melihat tangan kecilnya menjulur siap menampung. "Yuri!" Gaya dan Sky serempak menegur putra bungsu mereka. "Apa?" Yuri menatap kedua orangtuanya bergantian, raut wajahnya bingung. Apa salahnya minta uang sama nenek sendiri, teman-temannya disekolah juga begitu. "Maafkan anak saya Bu, dia tak mengerti dengan ucapannya sendiri." "Itu karena kau tak mengajari mereka dengan baik" Sky berkata masam kepada Gaya. "Aku tak perlu kritikan dari orang luar." "Orang luar! apa maksudmu? aku ayah mereka!!" "Sekali lagi Sky, hanya ayah biologis, akulah ayah sekaligus ibu bagi mereka!" "Kau perempuan keras kepala!" "Kau laki-laki batu!" "Sudah!" Gaya tak sadar dirinya sudah berhadap-hadapan dengan Sky, ia terkejut ketika suara keras Adam menyelanya dan Sky. "Jadi kapan kalian akan menikah?" Gaya sudah menduga pertanyaan ini pasti akan muncul, dan yang menanyainya adalah kakak tertua Sky yang tentara dan bertampang kejam. "Tidak akan ada pernikahan, Sky cukup tahu anak-anaknya, tak lebih dari itu." Adam memelototinya, pria itu tak suka dengan keputusan sepihak Gayatri "tapi anak-anak ini juga cucuku, mereka berhak menyandang nama Kivlan di depan nama mereka." "Tidak, terimakasih atas perhatiannya, tapi saya tidak bisa menikah dengan anak bapak." "Apa alasannya?" "Saya tidak bisa menikah dengan pria yang tidak menginginkan saya. Hanya karena kami mempunyai tiga anak, itu bukan alasan untuk memaksa kami menikah. Saya bisa membesarkan mereka seorang diri, sembilan tahun ini buktinya." Eva menatap Gaya. Ia tahu persis apa yang dipikrkan wanita itu sekarang. Punya anak diluar nikah tanpa suami, membesarkan mereka dengan dua tangan yang berpeluh dan berdarah hanya agar si buah hati tumbuh dengan baik dan layak. Terlalu keras kepala untuk meminta pertolongan kepada orang lain, apalagi mengemis kepada pria yang sudah memberikannya anak. "Gayatri, bisakah kau memikirkannya lagi, aku tidak memaksamu, tapi bisakah kau pikirkan lagi, demi anak-anak." "Aku tidak bisa berjanji, Bu." "tak apa, tak apa." Lagi-lagi Gaya tak kuasa menahan rasa kagumnya kepada ibunda Sky yang baik dan mau menerima dirinya dan anak-anaknya tanpa menuduhnya sebagai perempuan jahat yang menyembunyikan cucu-cucunya. Satu dalam benak Gaya, kenapa Eva yang baik bisa punya anak seberengsek Sky?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN