BAB 5

2056 Kata
Anastasya merasa snewen karena Noah sampai sekarang belum mengabarinya lagi. Dia merindukan pria itu. Dan bagaimana soal status hubungan mereka sekarang? Anastasya tidak akan mengabari Noah duluan meskipun dia sangat ingin tahu keadaan Noah. Apakah Noah kecewa padanya atau bagaimana. Bel rumahnya berbunyi. Anastasya segera membuka pintu rumahnya. Betapa terkejutnya dia bahwa pria yang sedang dipikirkannya akhir-akhir ini datang ke rumahnya. Tersenyum semringah dengan membawa buket bunga yang diberikan untuknya. “Untukmu.” Noah tersenyum lembut. “Terima kasih.” Anastasya menerimanya dengan mata berbinar cerah.             Romantis sekali Noah! Anastaya mencium aroma mawar yang segar dari buket bunganya. Dia mempersilakan Noah masuk ke dalam rumahnya. “Aku minta ma’af karena tidak mengabarimu lagi setelah kamu mematikan teleponnya, Ana.” “Ah, harusnya aku yang minta ma’af. Ma’af aku benar-benar sibuk kemarin.” Anastasya meletakan buket bunga di atas sofa kemudian dia membuat kopi untuk Noah.             Ya ampun, aku tidak menyangka Noah datang membawa bunga untukku. Menakjubkan sekali! Dia pria yang sangat romantis kenapa tidak dari dulu kita berkencan. Anastasya mengaduk kopinya dengan senyum yang terus mengembang. “Apa kamu sibuk?” tanya Noah yang takut mengganggu waktu Anastasya. “Tidak.” Anastasya menggeleng sambil meletakan cangkir kopinya di atas meja. “Rencananya besok malam aku ingin mengajakmu makan malam lagi.” Kata Noah sembari tersenyum hangat. “Noah menanyakan tentangmu.” Kata Emma menyomot biskuit di atas meja. Anastasya menatap Emma heran. “Apa?” “Noah bilang kamu tidak membalas pesannya dan hanya membacanya saja.” Emma duduk di sebelah Anastasya. “Pesan?” dahi Anastasya mengernyit heran. Emma mengangguk. “Kenapa?” “Pesan apa? Tidak ada pesan di ponselku.” Anastasya mengecek ponselnya. “Nih, lihat.” Dia memperlihatkannya pada Emma. Emma dan Anastasya saling menatap untuk beberapa saat. “Memangnya jam berapa sih Noah menghubungiku?” “Aku kurang tahu tapi dia menelponku di jam sepuluh malam.” Anastasya berpikir sejenak. Berarti itu tandanya pas dia ada di kantor dengan James. “Mungkin pesannya tidak masuk kali.”             “Masuk, Ana. Noah bahkan mengirimkan screenshot chatnya padaku. Ada centang biru. Kamu sudah membacanya.” Emma meyakinkan Anna. Dia kembali menyomot biskuit dan menggigitnya. “Mungkin kamu lupa.”             “Masih ada screenshotnya?” Emma mengeluarkan ponselnya dan mencari chat Noah. Dia memperlihatkan pada Anastasya. Anastasya teringat akan dirinya yang menawarkan kopi pada James. Dia membuat dua kopi dari gelas kertas. Dia meninggalkan ponselnya di samping komputer kerjanya. Dia kembali mungkin sekitar lima belas menitan. Dia mengecek ponselnya dan tidak ada pesan dari siapa pun termasuk Noah. Anastasya menghela napasnya. Mungkinkah James mengecek ponselnya dan menghapus pesan dari Noah? “Kenapa kamu malah diam begitu?” Emma menatap sahabatnya sambil terus menyomot dan menggigit biskuit. “Semalam aku ada di kantor dari jam 9.30. aku sampai di kantor, mengecek berkasku sebentar lalu aku membuat kopi. Aku meninggalkan ponselku di meja. Ada James di sana.” “James?” Anastasya teringat akan ‘ganti rugi’ dengan James. Dia menggigit bibir bawahnya. “Aku tidak bisa, Noah. Bagaimana kalau lusa malam saja?”             Noah tersenyum kecewa. “Aku akan pergi ke Italy selama sebulan, Ana. Besok malam adalah malam terakhirku di sini.”             “Ke Italy selama sebulan?”             “Ya, aku ditugaskan ke Italy selama sebulan. Hanya sebulan. Apa kamu benar-benar tidak bisa?” Anastasya menggeleng. “Aku ada janji. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja.” “Oke, tidak apa.” Mata mereka saling bersitatap beberapa saat sebelum dering ponsel Anastasya menginterupsinya. Anastasya melihat layar ponselnya dan James menelponnya. Dengan malas Anastasya mengangkat ponselnya. “Ke kantor malam ini juga. Ada pekerjaan yang belum kamu selesaikan!” Telepon mati secara sepihak. Kebiasaan James selalu seperti itu. Dan yang paling Anastasya benci adalah pria itu menelponnya di saat bukan jam kerja dan menyuruhnya datang ke kantor di jam sembilan malam. “Aku harus ke kantor, Noah.” Dahi Noah mengernyit. “Untuk apa?” “Ada yang ketinggalan.” “Aku antar.” “Tidak. Tidak usah aku bisa sendiri kok. Lebih baik kamu pulang saja.” Anastasya merasa tak enak dengan perkataannya tapi mau bagaimana lagi, masa dia mengajak Noah ke kantornya. Memperlihatkan pada Noah bagaimana James memperlakukannya. Noah tampak kecewa tapi dia menyembunyikan kekecewaannya dengan sebuah senyuman. “Oke, aku akan pulang. Jaga dirimu baik-baik, Ana.” Anastasya mengangguk. “Kamu juga hati-hati ya.” Noah bangkit dari sofa disusul Anastasya. Noah menatap mata Anastasya dan tangannya meraih kedua pipi Anastasya. Dia menarik perlahan wajah Anastasya mendekati wajahnya. Bibirnya mencapai bibir Anastasya. Kecupan singkat namun sangat bermakna bagi Anastasya yang menunggu saat ini selama bertahun-tahun. *** James selalu memberikan tugas di saat-saat yang tidak terduga. Baru saja dia merasakan ciuman dengan pria yang ditaksirnya selama bertahun-tahun tapi dering ponsel kembali menginterupsinya. James menyuruhnya segera ke kantor. Padahal tugas-tugasnya bisa diselesaikan besok. “Apa yang sedang kamu lakukan saat aku menelponmu?” tanya James seperti biasa dingin, angkuh, arogan dan acuh tak acuh. “Eh,” Aanastasya menoleh pada James dengan terkaan apakah James tahu kalau dia sedang berciuman dengan Noah? “Pertanyaanku apa perlu aku ulang?” “Tidak. Aku dengar kok.” Anastasya melepaskan mantelnya dan meletakannya pada kursi kerjanya. Dia hanya mengenakan kaos putih tipis yang ketat. Sejujurnya dia tidak mau bekerja di sini lagi kalau James terus-terusan meneror hidupnya, mengambil kesenangannya dan menyuruhnya seenaknya. Dia asisten James di kantor bukan asisten pribadi. James melirik ke Anastasya. Dia mengamati wanita itu membuka layar komputer dengan pakaian santainya. Rambutnya tergerai acak-acakan karena Anastasya bahkan tak sempat menyisir rambutnya. Dia tampak sangat natural tanpa polesan make up sedikitpun. Dia menuruti perintah James selayaknya karyawan yang menuruti perintah bosnya. Anastasya tidak sengaja menoleh ke arah James yang masih terpaku mengamatinya. Mereka bertemu pandang. Merasa tidak sopan kalau membuang wajah, Anastasya tersenyum pada James. Anastasya tidak sadar kalau senyumannya itu berhasil membuat James agak gugup. James mengalihkan matanya dari Anastasya meskipun itu cukup berat mengingat senyuman Anastasya seakan menyihirnya. “Kamu tidak menjawab pertanyaanku.” Kata James berpura-pura sibuk dengan ponselnya. “Pertanyaan apa?” Anastasya benar-benar lupa pertanyaan apa yang dimaksud James meskipun perbincangan mereka hanya jeda beberapa saat. “Apa yang kamu lakukan saat aku menelponmu?” Anastasya teringat akan ciumannya dengan Noah. “Ciuman.” Gumamnya yang didengar James. James menoleh padanya. “Apa?” Anastasya terkejut sendiri dengan celotehan bibirnya. Dia hanya teringat ciuman manisnya dengan Noah. “Tidak. Aku hanya tiduran di sofa.” “Apa Anda mau kopi?” tanya Anastasya mendekati meja James. Pria tampan itu mendongak. Menatap wajah Anastasya yang polos dan memikat. Ditambah penampilan kasual dan apa adanya dari Anastasya. James seakan tidak bisa menolak wanita ini. James bukan pria yang mudah jatuh cinta. James selama hidupnya saat ini hanya memiliki beberapa mantan kekasih. Dia memiliki selera yang bagus dalam memilih wanita yang dijadikan kekasihnya dan jatuh cinta pada Anastasya adalah suatu dosa bagi James. James tidak akan memperbesar ketertarikannya pada Anastasya. Dia akan membuang jauh perasaan yang semacam itu dan lebih mengedepankan dendam dan radar pemangsanya. “Ya,” sahut James. “Oke.” Anastasya meninggalkan ruangannya menuju pantry. Ponsel Anastasya berdering singkat. James meraih ponsel itu dari atas meja Anastasya dan membaca sebuah pesan dari nama yang tertera di layar, Noah.             Aku ingin kita kembali berciuman dengan waktu yang panjang, Ana. James menyipitkan matanya dan memilih menghapus pesan itu. James menelusuri percakapan tertulis antara Anastasya dan Noah. Dia menyeringai saat membaca pesan yang menggelikan dari Noah. Sebuah pesan dari Noah kembali muncul.             Kenapa hanya dibaca? Cepatlah balas pesanku, Ana. Ma’af, aku lupa kamu sedang berada di kantor. Pasti sangat sibuk. Jaga kesehatan dan jaga dirimu ya. Aku pasti kembali kok. Aku mencintaimu. James kembali menghapus pesan itu. Dan yang terbayang di pelupuk mata James adalah menikmati bibir mungil Anastasya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN