Lima

1360 Kata
 “Akhirnya gue bisa masuk sekolah tanpa memikirkan pelajaran!” “Ini cuma kesenangan sesaat aja. Senin kan kita belajar lagi dodol.” Jadi, tidak terasa bahwa pertengahan semester telah usai. Dan di SMA Pusaka Nusantara, sudah menjadi adat istiadat jika hari Sabtu setelah ujian tengah semester usai, sekolah mengadakan suatu acara semacam class meeting dimana akan ada kegiatan lomba olahraga antar kelas, penampilan band, dan sedikit bazar makanan dari para siswa. Hari ini Meza memakai kaus berwarna merah jambu, sedangkan Karel abu - abu, Aldi hitam, Azriel biru, dan Juan kuning. Agenda pada hari ini Aldi bermain futsal, Azriel sibuk mengambil dokumentasi, Karel akan tampil band, dan Meza ditemani Juan akan berkuliner. Untungnya, segala kegiatan akan diselenggarakan di lapangan utama. Jadi, Meza dan Juan bisa membeli makanan tanpa harus khawatir tertinggalkan oleh pertandingan dan penampilan teman - teman nya. Juan mengedarkan pandangan. “Kita mau jajan apa dulu nih, Mez?” Meza menunjuk kedai di ujung kanan lapangan. “Yang itu, Ju.” Mereka berdua pun berjalan di tepi lapangan menerobos keramaian karena sedang berlangsung pertandingan futsal kelas 11. Ketika membeli dua botol minuman soda gembira, ada yang menepuk pundak Meza. “Meza, ya?” Sebenarnya Meza tidak mengenal seorang perempuan dengan dua teman nya itu. Tetapi karena ia bertanya, sudah menjadi keharusan bagi Meza untuk menjawabnya. “Iya bener. Kenapa ya?” Masih dengan orang yang sama, ia mengulurkan tangan nya. “Salam kenal ya, gue Ivana.” lalu ia memperkenalkan kedua teman nya. “Ini temen gue. Yang kanan Elisa, dan yang kiri Dira.” Setelah saling berkenalan secara mendadak meskipun entah karena apa, Meza dan Juan kembali mencari tempat duduk dan berhasil duduk di tepi lapangan bagian tengah. Ternyata, Juan kenal dengan beberapa anak yang juga duduk di sekitaran situ. “Temen basket.” ujarnya ketika ditanyai Meza bagaimana bisa kenal dengan mereka. Jangan bertanya kenapa Juan tidak bermain hari ini. “Kalau disuruh milih main basket atau makan,” Juan berfikir sebentar. “ya pasti gue pilih makan, lah! Kalo kenyang, bahagia hidup gue.” Karena baru saja ia menjelaskan. “Mez, apa ketakutan terbesar lo?” Juan dengan random nya membuat Meza berhenti mengunyah. “Gue iseng aja nanya.” “Orang berantem.” Melihat Juan yang masih tidak mengerti, Meza menambahkan. “Gue sangat amat khawatiran. Dan kalau gue ngeliat orang berantem, gue akan kaku di sana, lemes, tapi enggak pingsan. Kayak roh gue terbang sebentar.” Juan mengerjapkan matanya beberapa kali. “Separah itu? Lo kena trauma, ya?” Meza mengangguk. “Kalo lo, gimana?” “Gue takut … ITU ALDI LAGI GIRING BOLA, MEZ! YAK YA KIRI AL KANAN TEMBAAAK, GOOOOLL!!!” Lama kelamaan, beberapa teman mereka yang lain ikut bergabung duduk bersama di tepi lapangan. Baru hari itu, Meza mulai berkenalan dengan banyak teman lain lagi di angkatan nya kecuali teman sekelas dan teman ekskul. Selang beberapa jam pertandingan telah usai, Azriel dan Aldi menghampiri Meza dan Juan. Namun berbeda dengan anak – anak lain nya yang masih bercucuran keringat, Aldi sudah mandi dan mengganti kaus yang dipakai sehingga keliatan segar. “Lo mandi di sekolah, Al?” tanya Meza kaget setelah mendengar cerita Aldi. Tanpa menjawab, Aldi hanya mengangguk dan mengambil minum dingin Juan yang entah botol ke berapa di siang hari yang terik ini. Aldi duduk di samping Meza dan bersandar di bahu nya. “Cape banget gila gue Mez bertarung untuk memperjuangkan kemenangan kelas kita.” “Iya deh nih gue apresiasi.” seru Meza sembari menyodorkan Aldi semangkuk dimsum yang dibeli nya. Juan langsung berpindah posisi duduk menghadap Aldi. “Fun fact nya, yang tadi ngelayanin Naruto nya langsung. Gila gak tuh sekolah kita?” “Whatever.” Kemudian Juan beranjak dari duduk nya dan menggerakan langsung kepala Aldi agar pandangan nya bisa tertuju pada kedai dimsum dimana pelayan nya memakai cosplay anime Naruto dan teman – teman nya. Dan pada saat itu juga, Aldi merasa bahwa virus wibu akan tertular kepadanya dalam beberapa menit. Azriel berbisik kepada Aldi. “Coba mi ayam bihun temen nya Naruto ya, Al.” Dan pastinya beberapa orang dari kalian mengerti apa mi-ayam-bihun yang dimaksud oleh Azriel. ~*~  “Karel!!!” Ketika Karel naik ke atas panggung dengan rekan band nya siap memulai permainan, Meza sepertinya berteriak terlalu kencang karena sedetik kemudian dirinya menjadi pusat perhatian orang – orang yang mendengarnya. Di sana berdiri Karel, dengan gaya khas anak band, tetapi dilengkapi dengan gitar listrik yang menambah ketampanan nya siang itu. Bukan hanya Karel, juga ada Ghani dan Tara sebagai vocalist dan drummer yang tidak kalah keren. Lantas saja banyak sekali yang berminat masuk ekskul band, karena mereka puas dua kali dalam seminggu bertemu laki – laki seperti mereka. Ternyata ketika lagu ingin dimulai, semua siswa yang sedari tadi asyik duduk tiba – tiba berdiri dan berlari untuk berebut berada di depan panggung agar bisa merasa adem walaupun terik matahari begitu kejam. Namun sepertinya perempuan – perempuan terdepan itu lupa bahwa ada sound system di sisi kanan dan kiri yang tentunya akan mengeluarkan suara yang sangat kencang. Sepanjang penampilan, semuanya berjalan sangat asik. Meza ingat bahwa Karel menyebutkan kalau band ia diberi jatah akan membawakan lima buah lagu. Dan karena Karel sangat menyukai Coldplay, ia menyarankan kepada rekan band nya yang lain untuk membawakan lagu - lagu dari band yang diketuai oleh Chris Martin itu. Dari Fix You, Hymn For The Weekend, Adventure Of A Lifetime, sampai Something Just Like This. Tidak berlebihan, namun cukup untuk membuat para fans Coldplay di SMA Pusaka Nusantara merasakan euphoria seperti berada di konser A Head Full Of Dreams. "Lagu terakhir, Viva La Vida, tentunya buat temen - temen gue di sana." Senyum Karel yang sangat lebar dari bibirnya yang tipis serta telunjuk nya yang menunjuk dimana teman - teman nya berada membuat sekeliling langsung tambah berteriak. Sepanjang penampilan, semuanya berjalan sangat asik. Meza ingat bahwa Karel menyebutkan kalau band ia diberi jatah akan membawakan lima buah lagu. Dan lagu ke lima ini, membuat Meza tertegun mendengarnya. Walaupun dari jarak yang lumayan jauh, Meza bisa merasakan bagaimana Karel bernyanyi di lagu ini dengan perasaan nya. Sore itu, Viva La Vida dari Coldplay versi seorang Karel Pratama sukses membuat Meza dan seluruh anak SMA Pusaka Nusantara merasa mempunyai bintang yang akhirnya menunjukan sinar paling terangnya. “What an amazing performance, bro!!” Dan apa yang Meza liat di depan nya kini adalah pemandangan yang sangat langka. Coba saja, ada keempat laki – laki yang tidak malu berpelukan seperti teletubbies di depan banyak orang. Masih ada yang seperti itu? Nah, yang Meza suka dari keempat laki – laki ini adalah bagaimana mereka tidak malu mengekspresikan diri mereka sekalipun terhadap satu sama lain. Yang biasanya laki – laki lakukan dalam show their proudness lewat ucapan belaka, bagi mereka, jika memang perlu lebih dari itu, maka akan mereka lakukan. “Rel,” panggil Meza. “I really like it. Seriously. s**t man, gue berharap bisa nonton konser lo suatu saat nanti.” Masih dengan Karel yang charming, ia hanya tersenyum simpul. “Thank you, Mezania. Akhirnya gue bisa denger suara cewe yang nyemangatin gue.” Hari itu langit sore di sekolah sudah mulai gelap, dan mereka akhirnya memutuskan untuk pulang dengan mobil Azriel yang di parkir di rumah om nya yang kebetulan ada di dekat sekolah. Maka dari itu, mereka harus jalan dua blok dari sekolah. Mereka berlima, empat laki – laki dan seorang perempuan yang merangkai persahabatan baru. Berjalan di bawah langit jingga, dengan Azriel yang memantulkan bola basket, dan tentu saja Karel yang menjadi pengiring Aldi, Juan, dan Meza yang bernyanyi. Sesederhana itu, tetapi sebangga itulah Meza memiliki mereka di masa SMA nya. “Sekarang panggil gue ion aja dong. Karena seperti ion yang pasti butuh ion yang lain untuk jadi sebuah unsur, gue juga butuh orang semacam kalian yang nerima gue jadi apa adanya biar gue bisa menjadi lebih baik lagi.” omongan Juan yang melantur setiap harinya ditambah bagaimana ia menunjukan keekspresifan nya, Meza jadi berfikir, bagaimana jadinya bila di masa SMA ini ia tidak sempat berkenalan dengan orang semenghibur Juan. Meza mengangkat tangan.”Ampun deh enggak kuat aku tuh sama anak IPA.” “Alah Juan juga IPA nya IPA siluman!” timpal Aldi sambil menirukan gaya serigala. “Di suatu saat nanti gue bisa jadi supir pesawat, lo semua gue suruh minum avtur delapan gelas dalam sehari sehabis makan ya.” balas Juan tidak mau kalah. Ternyata mereka sudah berjalan sepuluh menit, hingga akhirnya mereka sudah bisa melihat rumah om nya Aldi yang sudah tidak jauh lagi. Naun, ketika langkah itu masih terus berpijak di bumi, langkah mereka mendadak terheti karena ucapan Azriel. “Kira – kira, kita bisa akan terus jalanin hidup yang gini aja gak sih? Nikmatin masa muda dan seneng – seneng bareng aja.” ujar Azriel. Kemudian Juan menghampiri Azriel dan merangkulnya. “Life must go on, Bro. Tapi selagi lo jalanin nya sama kita, lo bakal terus ngerasain jadi remaja, kok.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN