First Kiss

2721 Kata
Mia terkejut saat sedang menghabiskan sarapannya namun seseorang tengah berdebat dengan Rosa. " Iya bu, kami tahu ibu sudah mengajukan penangguhan. Tapi kami tetap butuh proses. Mungkin ibu bisa melunasi kewajiban selama 2 bulan dulu. Sambil menunggu penangguhan ibu diterima atau tidak" " Tapi kemarin saya sudah berbicara sama bos kalian" " Iya bu Rosa. Kami tahu, tapi kami saat ini akan closing akhir bulan. Dan ibu ada tunggakan yang cukup banyak" " Tapi..." " Ada apa oma?" tanya Mia menyela perdebatan mereka. " Rissa, nggak apa-apa sayang. Kamu masuk saja. Sarapan dulu. Biar mama yang ngomong. Oma juga masuk aja" jawab Yana menengahi. Rissa menurut saja sambil memasuki ruang makan dengan menuntun Rosa. " Oma minum dulu" Mia memberikan segelas air minum untuk omanya " Makasih sayang". Yana kemudian masuk dan memberikan slip pembayaran angsuran bank kepada Rosa. " Oma tenang saja. Kita bisa selesaikan ini sama-sama" " Kamu pakai uang kamu?" tanya Rosa sedikit tidak enak. " Bukan uang saya Oma. Ini uang Rissa. Tabungan Rissa. Kebetulan kemarin saya ambil untuk membelikan Rissa kebutuhan. Tapi kayaknya belum butuh apapun. Iya kan Rissa?" Yana mengedipkan satu matanya pada Mia. Padahal uang itu sebenarnya untuk mengganti laptop Rissa yang sudah mulai tidak memungkinkan. " Iya bener. Rissa nggak butuh apa-apa. Sama sekali nggak. Rissa cuma butuh makan rendang sama Baklava buatan oma." " Iya sayang, besok oma buatkan. Makasih banyak ya sayang". Rosa lalu memeluk Yana dan Mia bergantian. Tak sengaja Mia membaca membaca slip pembayaran yang menampakkan jumlah sisa pembayaran yang harus Rosa lunasi. ** Mia nampak mengeluarkan buku dari tasnya untuk mengikuti pelajaran hari ini. " Mia, kamu baru saja membuat sebuah masalah besar" ucap Sonya ketika Mia baru menjawab teleponnya. " Iya Mbak aku tahu. Tapi aku benar-benar nggak bisa. Terus gimana mbak?" " Selin tentu saja harus menggantikan kamu. Dan beralasan kalau kamu sedang datang bulan. Karena Mr. Chen semalam mau ditemani sama kamu." " Aku jadi nggak enak sama Selin, kasihan banget" " Kasihan? Nggak perlu. Selin dengan senang hati kok. Sudahlah, pokoknya kamu kesini" " Iya Mbak aku akan datang untuk minta maaf sama ibu Angel". " Oke kalau gitu Sampai ketemu sebentar " Mia menghembuskan napasnya kasar. Baru saja akan membuka bukunya, Zara dan Tania kini berdiri di hadapannya. " Marissa kan? Aku Zara, ini Tania, aku mengundang kamu untuk datang ke party aku nanti malam" ucapkan Zara sambil memberikan sebuah alamat kepada Marissa. " Pesta dalam rangka apa?". tanya Marissa polos dan diikuti oleh tawa Tania juga Zara. " Kami nggak butuh alasan untuk buat party " jawab Tania. " Oke." jawab Marissa singkat. Zara dan Tania saling memandang keheranan dengan reaksi Marissa yang nampak biasa saja bahkan terlihat tidak tertarik sedangkan anak-anak yang lain bahkan berusaha keras untuk bisa berada dalam pesta yang mereka adakan. " Oke. Sampai ketemu nanti malam" ucap Zara kemudian. Mereka lalu berjalan kembali ke meja mereka semula. Meninggalkan Marissa yang kembali membuka bukunya. " Kenapa? " tanya Jeff yang kemudian duduk di sebelah Zara. " Biasa. Anak baru aneh itu. Gue baru dari sana ngundang dia nanti malam. Dan loe tau gimana reaksinya? OKE. Hanya itu. Entah cewek itu dari planet mana. Apa segitu hebatnya dia." " Cmon Z, she just a lil bit shy. Maybe. Kenapa sih kayak keganggu banget" " Jeff, to be honest, gue hanya sedikit aneh saat orang lain bahkan terang-terangan menjilat gue, dia bahkan nggak pernah ngomong sama gue. Oke aku ralat. Dia bahkan nggak pernah ngeliat gue. Ngeselin nggak sih?" ujar Zara sedikit berbisik " Well, menurut gue nggak gitu. Dia cuma pemalu. Buktinya gue ketemu dia nggak sejutek itu. She is sweet" Zara memicingkan mata pada sepupunya itu. " Dont tell me that...." " We'll see..." Dan Jeff hanya tersenyum nakal tepat disaat dosen mata kuliahnya telah masuk. ** " Maaf bu Angel, Mia mau bertemu ibu" tanya Sonya hati-hati " Ketemu saya? Untuk apa? Kamu bilang sama dia, saya nggak butuh model dengan style seperti dia. Dia kira dia satu-satunya perempuan yang cantik? Ada puluhan model yang bersedia sukarela masuk dalam agency saya. Saya nggak butuh model yang kampungan seperti itu. Kamu bilang sama dia, dia nggak akan jadi apa-apa kalau seperti itu. Batalkan kontraknya. Saya nggak mau ketemu dia. Dia sudah bikin saya malu sama Mr. Chen" Mia mendengarnya lalu masuk dan memutuskan untuk berbicara langsung dengan Angel. " Maaf bu Angel. Saya benar-benar minta maaf. Saya mohon jangan batalkan kontrak saya karena saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini. Saya janji saya tidak akan melakukan hal seperti itu lagi. Saya mohon Bu Angel". " Sudahlah kamu tidak perlu memaksakan diri. Kamu lebih baik pergi. Sonya akan membayarkan pembayaran kamu untuk semalam." " Bu Angel kasih saya kesempatan satu kali lagi . Saya mohon. Saya bersedia masuk dalam Diary. Tapi kasih saya waktu untuk beradaptasi. Hal ini sangat baru untuk saya" Angel menghela napasnya dengan kasar. " Baik, saya akan coba kasih kamu kesempatan sekali lagi. Tapi jangan coba-coba untuk mengulang kesalahan kamu dan membuat saya malu sekali lagi." ucap Angel dengan tegas. " Baik. Sonya sekarang kamu antarkan Mia untuk ketemu Emir dan buatkan dia Digital seperti biasa. Saya mau semua selesai besok. Saya akan ketemu Client lusa." lanjut Angel. Sonya terlihat antusias sedangkan Mia tersenyum dengan senyum yang dipaksakan. Keduanya lalu beranjak untuk meninggalkan ruangan tersebut dan menuju ruangan di mana Emir berada. Setelah berganti pakaian Mia lalu melakukan beberapa rangkaian sesi foto untuk melengkapi kelengkapan data Digitalnya. " Oke saya rasa sudah cukup. Mia kamu kelihatan natural dan sangat menawan. Kamera juga sepertinya suka sama kamu. Saya rasa kamu tidak akan kesulitan untuk berhasil asalkan kamu mau bekerja keras sedikit. Oh ya, besok ini sudah selesai. Akan langsung saya serahkan ke bu Angel" " Makasih" jawab Mia singkat seperti biasanya. Mia lalu beranjak kembali ke ruang make up bersama Sonya. Ponselnya berdering dari menunjukkan nomer telepon yang tidak dikenalnya. Ia biasanya tidak mengangkatnya karena takut jika ayahnya yang menghubungi. Namun entah mengapa kini ia mengangkatnya tanpa berpikir. " Halo" " Hai. Marissa. Apa kabar?" Mia mendengar suara seorang pria yang tidak asing baginya namun ia lupa siapa pemilik suara tersebut. " Iya. Ini siapa?" " Saya. Jeffrey. Jeff. Yang kemarin di kampus. Ingat?" Mia memutar ingatannya. Jeff, ah pria tampan yang kemarin menunjukkan arah menuju perpustakaan. Pria yang beberapa kali sekelas dengannya. Pria yang selalu merangkul wanita yang mengundangnya ke pesta,Zara. " Ow iya. Saya ingat. Ada apa ya?" " Sorry, saya dapat nomer telepon kamu dari kampus. Saya mau ngajak kamu ke pesta Zara. Saya sekarang ada depan rumah kamu. Saya akan nunggu kamu" Mia membulatkan kedua matanya karena terkejut. " Depan rumah saya?" " Iya" Mia tertawa kecil dan itu membuat Jeff ikut tersenyum. " Kenapa?" " Sorry, nggak papa. Saya hanya ngerasa lucu aja. Soalnya saya sekarang sedang lagi nggak di rumah" " Kamu pasti bohong." " Enggak. Saya nggak bohong. Saya memang nggak di rumah. Saya lagi ada di Agency." " Agency? Kamu ngapain?" " Saya baru keterima jadi salah satu model disini. Tunggu. Kenapa saya harus jelasin ini sama kamu?" Jeff terdengar sedang tersenyum. " I'll wait". " Nggak perlu. Please, kamu jangan depan rumah. Mmm...oke oke. Saya akan langsung ke sana saja. Ke tempat pestanya. Zara sudah ngasih alamatnya." " Janji?" " Oke. Saya akan kesana" " Oke. Sampai ketemu disana Marissa" Mia lalu mematikan panggilan Jeff dan berbalik kepada Sonya. " Mbak, aku bisa minta tolong nggak?" " Tentu aja sayang. Apa?" " Mmm... Teman kuliah aku lagi bikin party. Saya nggak pernah ke acara seperti itu. Kira-kira saya harus pakai baju apa?" " Diajakin cowok?" Mia tersenyum malu. " Nggak juga sih. Hanya aja dia tadi sudah ada depan rumah" " Really? Wow... Kamu baru berapa hari kuliah tapi udah punya gebetan" " Mbak bisa aja" Mia tertunduk malu. " Gini aja, kamu boleh pakai baju yang kamu pakai ini, dan mbak cuma akan moles muka kamu sedikit. Gimana?" Mia tersenyum bahagia. " Bener mbak? Aku boleh make ini?" Mia menatap pantulan dirinya di cermin yang masih mengenakan gaun pendek berwarna keemasan dengan potongan d**a rendah. " Tentu saja boleh. Asal jangan biarin cowok kamu ngerusak gaunnya pas kalian mau...you know..." Sonya menggoda Mia dan sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. Dan itu membuat wajah Mia merona. " Apaan sih mbak" Lalu mereka berdua tertawa. ** Sonya lalu mengantarkan Mia untuk sampai ke rumah Zara yang nampak telah ramai. Beberapa mobil terparkir di halaman rumahnya yang sangat luas. " Makasih ya mbak. Besok aku pulangin gaunnya" " Santai aja. Mia, jangan lupa pakai pengaman" ucap Sonya dengan mengedipkan sebelah matanya. " Iihh, mbak apa-apaan sih. Bye mbak" Sonya membalas lambaian tangan Mia dan beranjak meninggalkan rumah Zara. Mia menarik napasnya dan membuka ponselnya saat ada sebuah pesan yang dikirimkan oleh Yana. Mama Yana : Oke sayang, jangan pulang terlalu malam. Jaga diri. Kamu belum kenal teman-teman kamu. But i trust you. Jawaban dari pesan Mia yang tadi ia kirimkan untuk meminta ijin pulang sedikit terlambat. Mia menyimpan kembali ponselnya kedalam tas kecil yang juga dipinjamkan oleh Sonya. Mia lalu membuka pintu utama dan disambut oleh suara musik yang menggema di seluruh rumah itu. Ia lalu berjalan menuju kolam renang yang terletak dibagian halaman belakang. " Hai Rapunzel" sapa Willy. Mia mengernyitkan keningnya mendengar panggilan Willy untuknya. " Hai" " Gue Willy. Marissa kan?" " Mia saja" Willy mengangguk dan mengamati penampilan Mia yang nampak sangat berbeda. " Hai Will. Hai..." sapa Jeff yang kini telah berada di sisi Mia. " Oke, gue ngerti" jawab Willy langsung meninggalkan mereka berdua. " Kamu cantik banget" " Makasih. Mmm, ini ya yang Zara bilang pesta kecil?" lalu Mia tersenyum memamerkan kedua lesung pipinya. " Well, sejak kecil Zara memang selalu penuh kejutan" " Kalian sudah kenal sejak kecil?" tanya Mia. " Tentu saja. Kami kan sepupu" Mia mengangguk mengerti. Ternyata Jeff dan Zara adalah saudara sepupu. Bukanlah pasangan seperti pikirannya selama ini. Entah mengapa hal itu membuatnya tersenyum. " Zar, liat deh si anak baru. Kayaknya lagi di deketin sama Jeff" ujar Tania. " Berarti dia harus siap-siap patah hati" mereka tertawa lalu berjalan mendekati Mia dan Jeff. " Hai guys. Wow, you look different" ucap Zara saat berdiri di hadapan Mia yang tersenyum padanya " Pesta kecilnya luar biasa" ucap Mia. " Well, ini aja masih banyak yang belum datang. Ya udah, enjoy the party. Jeff, i'm watching you" tunjuk Zara pada Jeff yang kini menggeleng sambil menahan senyumnya. " Marissa..." " Mia saja. Kamu boleh manggil saya Mia." ucap Mia pada Jeff. " Oke. Mia....Bagaimana kalau kita nyari sesuatu untuk diminum?" Mia mengangguk setuju. Mereka lalu berjalan ke mini bar yang ada diteras dekat kolam renang. " Kamu mau minum apa?" " Apa saja." Jeff lalu meminta minuman pada bartender yang Zara undang ke pestanya. Menit berikutnya mereka telah disajikan gelas berisikan minuman berwarna kuning dengan irisan jeruk nipis tipis diatasnya. Mia yang sedikit merona karena sejak tadi Jeff nampak mencuri pandang padanya dengan senyum yang sangat menawan menurut Mia, dengan cepat mengambil minuman tersebut dan meneguknya. Minuman itu bahkan belum sempat di telannya namun Mia sudah tersedak. Jeff yang melihatnya langsung memegang pundak Mia. " Kamu nggak apa-apa?" Mia mengibaskan tangan didepan mulutnya sambil menggeleng. " Ini minuman apa? Aneh banget rasanya." Jeff tersenyum melihatnya " Ini hanya minuman biasa, alkoholnya juga rendah. Kamu nggak suka?" Jeff mengusap punggung Mia sebagai bentuk simpatinya namun justru membuat Mia semakin merona. Dan tanpa sadar kembali meneguk minuman yang tadi ia rasa aneh. " Saya nggak apa-apa. Ini lumayan enak" Mia sedikit bergeser agar Jeff berhenti menepuk nepuk punggungnya. Hal itu membuatnya berdebar. " Kamu cantik. Dan kamu manis banget. Kamu beda sama yang lainnya" ucap Jeff saat memandangi Mia yang asik menatap gelas dihadapannya. " Apa kamu lagi godain saya?" tanya Mia akhirnya dengan tatapan curiga namun bibirnya tersenyum. " Is it obvious?" tanya Jeff yang juga tersenyum Mia mengangguk dan mereka berdua tertawa. " Mia, wanna dance?" " No...nggak. Saya nggak bisa" Jeff mendekatkan wajahnya, menatap Mia dalam. Wajah Mia nampak memerah karena malu dan karena efek minuman yang baru ia teguk. " Kamu baik-baik aja?" " Yup. Hanya sedikit ngerasa lebih ringan. Minuman ini kayaknya bikin saya sedikit mabuk. Dan sekarang wajah saya terasa sedikit panas" ujar Mia sambil melihat sekitarnya. Menghindari tatapan Jeff. Jeff lalu menarik tangannya untuk bergabung dengan lainnya yang tengah menikmati lantunan musik dari DJ. Mia hanya mengikutinya dan entah mengapa ia merasa sangat menikmati musik yang didengarnya. Dan tanpa sadar mulai menggerakkan tubuhnya. Jeff yang baru melihat sisi lain Mia sedikit terkejut. Mia yang lebih lepas namun masih tetap terlihat malu. " Kenapa?" tanya Mia . " Kamu cantik" jawab Jeff. Mia memang cantik. Seksi dan lugu di waktu yang bersamaan. Mia hanya tertunduk malu lalu kemudian kembali menggerakkan tubuhnya. " Wow, she's good" kata Lani. Zara mendecih lalu berjalan mendekati Jeff. Ia lalu menarik Jeff dan berbisik ke telinganya " No. Dia nggak akan mudah kamu dapetin" " We'll see" Jeff lalu meninggalkan Zara yang kini tersenyum smirk padanya. Jeff lalu menarik Mia untuk menghindari kerumunan orang yang tengah tenggelam dalam liukan gerakan tubuh mereka. " Saya mau ke toilet. Dimana?" tanya Mia. Ia butuh membasuh wajahnya yang sejak tadi ia rasakan memerah. " Saya antar" jawab Jeff. Ia tidak tahu Mia belum pernah meminum minuman beralkohol sebelumnya. Dan ia sama sekali tidak berniat membuat wanita pemalu itu mabuk. Meski Mia sendiri nampak masih bisa mengendalikan dirinya. Setelah Mia membasuh wajahnya Jeff mengajaknya berkeliling rumah milik Zara. " Orang tua Zara memang nggak dirumah?" " Orang tuanya sudah bercerai. Dan Zara tinggal sama mamanya. Katanya sedang keluar kota. Tapi saya yakin dia akan murka pas pulang nanti" Mia mengangguk setuju karena melihat beberapa vas yang Mia yakin harganya mahal itu nampak sudah berada di pojok ruangan dalam keadaan retak. " Kamu nggak tahu aja tante Gloria saat marah. Dia akan mencak-mencak sambil mengeluarkan kata-kata aneh" " Oh ya?" " Iya. Dan Zara hanya akan tetap diam dengan telinga yang sengaja ditutup" Mereka lalu tertawa dan membuat Mia terlihat sangat lepas. " Mia, kamu beda dari biasanya. Dan kamu lebih cantik saat lepas kayak sekarang" " Saya nggak terlalu suka berada di antara orang-orang. Saya nggak nyaman" " Tapi kamu jadi model? It' a little bit weird" Mereka tertawa. " Yeah...sepertinya gitu. Tapi saya mungkin mau menjadi model justru karena itu. Saya bisa menjadi versi lain dari diri saya. Dan saya..." ucapan Mia terhenti saat Jeff sudah tidak sanggup menahan dirinya untuk menciumi bibir Mia yang sejak tadi menggodanya. Mia terkejut dengan serangan Jeff yang tiba-tiba, namun entah mengapa ia juga tidak kuasa menolaknya. Ia hanya membiarkan Jeff menciumnya dengan lembut. Satu tangan Jeff berada di tengkuknya dan satunya melingkar di pinggang milik Mia. Sedangkan tangan Mia hanya menggantung dikedua sisinya. Mia lalu memejamkan matanya saat mulai menikmati ciuman dari Jeff. Ini ciuman pertamanya. Jeff lalu menuntun Mia untuk bersandar di dinding tembok teras bagian atas rumah Zara. Mereka lalu melepaskan ciuman mereka untuk mendapatkan udara. " Bibir kamu manis. Sangat manis" bisik Jeff tepat didepan wajah Mia. Mia menggigit bibirnya dan wajahnya makin merona. " Kamu rasa minuman." Jeff tersenyum lalu menarik Mia untuk memasuki salah satu kamar yang tadi mereka lewati. Setelah menutup pintunya, ia kembali menciumi bibir lembut yang manis itu. Meski masih amatir, namun Mia mencoba membalas ciuman Jeff dengan gerakan seadanya. Mia tersentak kaget saat lidah Jeff memasuki rongga mulutnya. Terlebih saat tangan Jeff kini mengusap punggungnya. Entah apa yang merasuki Mia sehingga ia ikut membalas tautan lidah Jeff. Jeff yang merasa mendapat ijin, kini mulai meremas d**a milik Mia. Kini ciumannya telah berada di leher putih milik Mia. Mia yang baru merasakan sentuhan semacam ini, tanpa sengaja mendesah akan sensasi yang diterima tubuhnya. " Ahhh...Jeff" Bingo. Ini yang Jeff harapkan. Desahan Mia dengan menyebut namanya. Ia yakin, ia bisa menaklukkan wanita ini. Mia yang masih terpengaruh akan minumannya tadi merasa pasrah dan membiarkan Jeff mengecup leher dan d**a bagian atasnya. " Mia, you are so sexy. Aku suka" Jeff memasukkan tangannya kedalam bra milik Mia. Mia tersentak kaget merasakan telapak tangan Jeff menyetuh kulit payudaranya. " Jeff, kamu ngapain" tanya Mia terengah-engah karena kewalahan akan reaksi tubuhnya oleh sentuhan Jeff " I'll make you fly" Jeff kembali menciumi bibir Mia dengan penuh gairah. Ia menyukai aroma tubuh wanita berambut panjang ini. " Tapi Jeff...ahhh...Kita bukan...ahh..Jeff..." desah Mia saat tangan Jeff mulai mengusap paha bagian dalamnya. Baru saja Jeff ingin memasukkan tangannya kedalam celana dalam milik Mia, namun ponsel Mia berdering dengan nada dering yang membuatnya langsung sadar dari gairahnya. Yana menelepon dan Mia langsung menepuk pundak Jeff untuk segera berhenti. " Shittt..." ucapnya saat melepas ciumannya dari bibir Mia. Mia nampak malu sambil merapikan gaun dan rambutnya. " Sorry. Aku nggak bermaksud...Aku.." Entah mengapa Jeff terlihat salah tingkah. " Mmm...It okay. Mmm...bisa antar saya pulang? Mama kayaknya udah nyariin saya" tanya Mia tersenyum. " Tentu saja. Aku antar. Mia...Aku..." " It's okay Jeff. Its my very sweet first kiss" ucap Mia. Jeff lalu membalas senyuman Mia lalu menggenggam tangan Mia sambil berjalan menuju mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN