"Baiklah besok akan Papah kenalkan," jawab Papah mertuanya yang super perhatian itu sambil melihat foto dari tangan Riko.
Setelah makan siang dan perbincangan yang serius itu, Riko dan Papah mertuanya kembali ke kantor untuk kembali bekerja. Meski perusahaan milik Papah mertuanya, tidak berarti bermalas-malasan, Riko tetap disiplin dan bekerja keras membantu mertuanya untuk mengembangkan perusahaannya.
Rasanya sudah bukan seperti mantu dan mertua lagi. Sejak kepergian Tia , orangtua Tia menganggap Riko sudah seperti anak kandungnya sendiri. Jadi apapun selalu mereka berusaha berikan yang terbaik untuk Riko dan cucu mereka. Riko tahu mertuanya itu sangat menyayanginya, kasih sayangnya sangat luar biasa. Jadi Riko takut sekali kalau harus membuat mereka kecewa dan melukai hatinya.
***
Malam pun tiba. Seperti yang sudah direncanakan Riko, dia akan ke club malam. Namun bukan untuk mabuk seperti hari biasanya. Malam ini, dia hanya ingin mencari tahu kebenarannya, apa Fatin bekerja di club ini menjadi wanita penghibur?
Dengan kaos hitam dan celana levis pendeknya, Riko bersiap untuk pergi ke club. Dia bercermin beberapa kali dan menyisir rambutnya yang baru saja ia potong. Parfum dia semprotkan ke seluruh tubuhnya. Duda ganteng ini tampak lebih kinclong malam ini.
"Semoga malam ini beruntung!!!" ucap Riko sambil bercermin.
Kemudian, dia melangkahkan kakinya keluar rumah. Pak supir pun heran kenapa malam ini, Riko pergi menyetir mobilnya sendiri tanpa mengajak Pak supir.
"Tuan Riko, apa tidak ingin saya supiri?" tanya Pak supir.
"Tidak perlu Pak. Saya tidak akan mabuk malam ini. Jadi Bapak bersantailah nikmati malam ini bersama istri dan anak-anak Bapak," jawab Riko santai.
"Baiklah kalau begitu. Terimakasih Tuan dan hati-hati dijalan."
Riko mengangkat tangannya, mengepal ke empat jarinya dan memamerkan jempolnya pada Pak supir.
"Sip sip sip!!!"
***
Sampai di club. Riko masuk seperti biasanya namun tidak memesan minuman. Matanya terus mencari kesana kemari. Sudah hampir hampir satu jam namun yang dicari belum kunjung datang. Akhirnya Riko memutuskan untuk bertanya pada pembuat bir.
"Apa kamu pernah melihat gadis cantik ini?" kata Riko sambil menunjukan foto Fatin yang ada di ponselnya.
"Oh Fatin. Ya saya sering lihat memang dia bekerja di club ini."
Teg!!! jantungnya langsung berdegup kencang. Masih tidak percaya kalau Fatin sekarang menjadi wanita malam. Riko bertanya pada pengunjung dan security. Dan ternyata memang benar. Fatin kerja di club ini sebagai wanita penghibur.
Sebenarnya Riko tidak masalah dengan semua ini. Hanya saja, pasti Papah mertuanya tidak akan mengijinkan anaknya diasuh oleh wanita seperti Fatin. Karena Riko tahu betul selera Papah mertuanya itu. Harus berkualitas, berpendidikan, berakhlaq dan bibit, bobotnya bagus.
"Permisi mas, apa kamu tahu dimana Fatin? aku dengar kamu mucikarinya?" tanya Riko pada laki-laki muda yang sedang di kerumuni para gadis cantik.
"Hey cupu! perkenalkan aku Andre! aku suaminya Fatin!" ucap Andre bangun dari tempat duduknya dan menyalami Riko.
"Suami? Fatin sudah menikah?"
"Kenapa? kamu patah hati haha."
"Bisa beritahu dimana dia sekrang mas Andre?"
"Kamu berani bayar berapa?" ucapnya sambil merangkul.
Setelah bertransaksi, akhirnya Andre memberitahu keberadaan Fatin.
"Jangan lupa kembalikan Fatin padaku kalau sudah selesai!!! karena dia adalah milikku!!!" ancam Andre sambil menyodorkan pisau kecil ke leher Riko.
"Ia pasti aku kembalikan," jawab Riko gemetar.
Melihat wajah Riko yang berubah pucat dan gemetar karena ancaman pisau runcingnya. Andre pun tertawa terbahak dan segera melepaskan pisau itu dari leher Riko. Riko lega dan ikut tertawa.
***
Riko masuk ke kamar hotel dan sudah sedari tadi Fatin menunggu pelanggannya datang. Fatin dibuatnya terkejut karena pelanggan pertamanya yang datang yaitu Riko, cinta pertamanya. Sangat malu, namun dia berusaha profesional.
"Riko!!!"
"Ya. Ini aku."
"Apa kamu sengaja memberi uang pada Andre agar aku layani malam ini?"
"Aku memang memberi Andre uang, tapi aku tidak bermasud ... emmm," ucapnya sangat kebingungan.
"Lalu untuk apa?"
"Aku hanya ingin bertemu kamu. Tadinya aku ingin membawa kamu pergi. Tapi suami kamu mengancamku. Jadi aku harus tetap mengembalikan kamu pada Andre," jelasnya.
"Kamu takut pada Andre?"
"YA."
"Kenapa kamu mau bertemu aku?"
"Aku ingin kamu menjadi ibu sambung untuk putri, anak aku dan Tia. Apa kamu mau?"
"Tapi aku seorang p*****r!"
"Tidak masalah."
"Maaf aku tidak bisa!"
"Kenapa?"
"Andre pasti akan marah besar dan hidup kamu akan terancam."
Karena sudah terlanjur membayar mahal, akhirnya Riko menikmati cinta satu malam bersama Fatin. Seperti biasanya Riko kembali menenggak arak dan tertidur sampai pagi bersama Fatin.
Sudah pukul jam 10 pagi. Riko masih lelap tertidur, sementara Papah mertuanya sudah lama menunggu di kantor. Kebetulan dia sudah membawakan calon ibu sambung untuk anaknya, sesuai foto yang dipilih Riko kemarin pas makan siang.
Karena sudah lama menunggu, akhirnya Papah mertua menelponnya. Ponselnya pun berbunyi dan Riko sangat terkejut.
"Papah! hah sudah jam 10. Aku harus ke kantor," gumamnya panik.
"Hey kamu kenapa? itu ponselmu bunyi kenapa tidak kamu angkat saja dulu baru pulang," kata Fatin.
"Ini telpon dari kantor. Aku pamit yah. Terimaksih untuk malam ini," ucapnya sambil mengecup bibirnya.
Sepanjang perjalanan sambil menyetir mobil, Riko masih saja terbayang permainan ranjang Fatin yang begitu hot. Beda sekali dengan Tia. Mungkin karena dia sedang sakit jadi tidak sebringas Fatin.
Bagi Riko semalam adalah permainan ranjang yang luar biasa. Dia jadi ingin cepat-cepat menikahi Fatin. Agar terus bisa dimanja dan Fatin bisa menjadi miliknya seutuhnya. Bukan lagi menjadi wanita malam.
Pantas saja tarifnya sangat mahal. Gaji Riko selama beberapa bulan dia habiskan untuk cinta satu malamnya. Kalau mertuanya tahu pasti akan kecewa.
***
"Maaf Pah, saya datang terlambat," ucapnya sambil mengecup tangan mertuanya dengan lembut. Sangat sopan.
"Tidak apa. Lain kali kalau kamu sakit, tidak usah paksakan datang ke kantor. Beristirahatlah saja dirumah untuk beberapa hari."
"Tidak Pah, hanya sedikit masuk angin. Jadi bangun kesiangan. Lagi pula saya sudah ada janji dengan ... mmm," ucapnya melirik gadis cantik berhijab.
"Perkenalkan! ini Aisyah. Dia lulusan mesir. Jadi dosen di perguruan tinggi. Usianya baru 25 tahun," kata Papah mertuanya.
Mereka saling berkenalan dan mencoba untuk mengenal satu sama lain. Mereka memutuskan untuk makan siang di cafe dekat kantor.
Saat bersanding berdua bersama Aisyah. Rasanya Riko penuh berlumuran dosa, sementara Aisyah seperti bidadari yang berasal dari syurga. Rasanya tidak pantas.
"Kamu sudah tahu kalau aku duda?" tanya Riko membuka pembicaraan.
"Sudah mas."
"Kamu ngga malu jalan sama duda?"
"Ngga mas, kenapa harus malu?"
Riko bukan tipe orang yang pandai basa-basi apalagi menggombali wanita. Jadi selama makan siang, mereka lebih banyak diam. Karena kebetulan Aisyah pun tipe perempuan yang tidak banyak bicara. Tidak bawel seperti Fatin. Riko masih belum bisa berpaling dari cinta pertamanya itu.
***