bc

Penjara Hati THE MIDAS

book_age18+
1.0K
FOLLOW
14.8K
READ
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
heavy
serious
like
intro-logo
Blurb

Innovel Writing Contest - The Next Big Name

#Thenextbigname

CHEN HARTANTO Cowok keturunan Indonesia-China terbiasa hidup mandiri. Chen banyak diperebutkan oleh wanita tapi hatinnya hanya tertambat pada KESSY sahabatnya dari kecil yang juga cinta pertamanya. Chen mendapat julukan THE MIDAS, seorang tokoh fiksi yang mempunyai kemampuan merubah benda apapun dengan sentuhan tangan menjadi emas. Julukan ini diperolehnya karena setiap bisnis yang dikembangkannya selalu berhasil.

Chen harus dihadapkan pada kenyataan bahwa bisnis yang dikelolanya hancur karena ulah oknum yang membencinya. Chen juga harus menerima nasib dengan menjadi narapidana yang dituduh menggelapkan uang proyek, sejalan dengan bisnisnya yang hancur kisah cintanya tidak kalah hancur. Chen diputuskan oleh Kessy saat pernikahannya sudah didepan mata. Risa, assisten Chen setia menemani Chen disaat sulit, meski begitu hati Chen tetap pada Kessy.

Saat meratapai nasib dipenjara, justru Chen menemukan keberuntungan lain. Odoy, Gantar dan Ikhlas teman satu lapas yang kemudian membantu Chen menyelesaikan permasalahnnya. Akankah Chen kembali menjadi THE MIDAS, pria yang bisa menyulap apapun yang dikerjakannya menjadi emas? Akankah kisah cintanya juga seberuntung bisnisnya?

chap-preview
Free preview
PROLOG
Chen dijuluki seorang THE MIDAS, raja dari mitologi Yunani. Midas adalah raja yang sangat terkenal karena kemampuannya yang bisa merubah semua yang disentuh menjadi emas. Kemampuannya disebut sentuhan emas atau sentuhan midas. Chen bisa menyulap semua bisnis yang dijalankan menjadi sukses! Resiko terbesar adalah tidak mengambil risiko apapun. Di dunia yang berubah saat ini, dunia yang berubah sangat cepat satu-satunya strategi yang dijamin akan mendapatkan kegagalan adalah strategi tidak mengambil apapun. Berat atau ringan resiko hidup harus tetap diambil. Chen sedang duduk di meja kerja, Chen bangkit dari duduk dan melihat ke luar jendela. Perasaan Chen sangat tidak nyaman. Chen merasakan ada yang aneh di luar gedung saat ini. Ada beberapa mobil polisi yang sudah terparkir di parkiran bawah yang langsung terlihat dari ruang kerja Chen. Pemandangan yang sangat tidak biasa. Belum juga tanya Chen terjawab, tidak lama telpon di meja kerja Chen berbunyi. Chen masih seperti biasa, tidak ada firasat apapun tentang situasi hari ini. Hallo, iya. Risa kenapa? Chen menjawab telpon dari Risa sekretaris Chen yang baru saja bekerja untuk Chen selama tiga bulan. Maaf Pak, ini di luar banyak tamu untuk bapak. Suara Risa terdengar sangat pelan. Suara Risa bergetar seperti orang yang sedang ketakutan. Banyak tamu? Saya tidak merasa ada janji bertemu siapapun hari ini. Chen menjawab sambil berpikir. Hari ini di Kantor sangat tenang, kerjaan Chen mulai beres dan Chen juga sengaja tidak menerima pekerjaan. Chen hanya ingin merenung dan menikmati hari karena hari ini merupakan hari kematian kedua orang tua Chen. Chen belum bisa berkunjung ke makan kedua orang tua karena ini bertepatan dengan weekday. Chen hanya duduk dan memikirkan betapa indah kedua orang tua meninggalkan Chen dengan banyak persiapan. Salah satunya persiapan harta yang sangat melimpah. Kedua orang tua Chen pembisnis yang sangat sukses. Bukan tamu yang seperti itu Pak, ini tamunya dari... Risa belum selesai memberitahu tapi Wanto salah satu petugas yang ditugaskan menjemput paksa Chen merebut telpon dari Risa. Selamat siang Pak Chen, saya Wanto petugas polisi yang akan menjemput Bapak. Jadi saya harap Bapak bersikap kooperatif sampai saya masuk ke ruangan Bapak. Wanto menjelaskan dengan sangat tegas. Polisi? Chen mengulang pertanyaan Wanto tapi Wanto langsung menutup telpon dan memaksa masuk ke ruangan Chen. Ketika Wanto membuka pintu ruangan Chen, Chen masih memegang gagang telpon. Chen menyimpan telpon dan langsung menghadapi beberapa petugas dari kepolisian. “Selamat siang Pak Chen, saya Wanto. Saya ditugaskan untuk menjemput Bapak, untuk dimintai keterangan atas dugaan korupsi.” Wanto menyerahkan surat tugas kepada Chen dan selembar kertas perintah penangkapan untuk Chen. Chen membaca surat yang diberikan oleh Wanto. Chen membaca dengan sangat hati-hati. “Korupsi apa ya Pak? Saya tidak merasa melakukan kecurangan dalam pekerjaan saya?” Chen memberikan perlawanan. “Disurat keterangan sudah tertulis bahwa Bapak diduga korupsi anggaran negara untuk pembangunan jalan tol baru. Bapak diduga juga melakukan operasi tangkap tangan untuk menyogok salah satu pejabat pemerintah melalui karyawan yang Bapak tugaskan.” Wanto menjelaskan lebih detail lagi. Memang benar apa kata Wanto kalau saat ini Chen sedang membereskan proyek pembangunan jalan tol, tapi semua berjalan dengan lancar sedari awal. Tidak ada kekacauan atau uang pelicin. Chen menang tender secara murni. Chen masih terlihat tenang karena merasa tidak melakukan apapun “Sebentar Pak, saya coba panggil tim hukum perusahaan saya terlebih dahulu. Silahkan Bapak duduk.” Wanto dan beberapa petugas lain duduk mengikuti arahan Chen. “Risa tolong panggilkan Walda dan tolong tuutp pintunya.” Chen meminta tolong pada Risa yang sedari kejadian berdiri di dekat pintu mendampingi Chen. “Saya sejujurnya kurang mengerti dengan yang terjadi saat ini, saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun dalam proyek yang sedang saya kerjakan.” Chen mencoba menyampaikan apa yang ada dipikiran karena tidak terima jika harus langsung ditangkap. “Begini saja Pak, Bapak bisa jelaskan di kantor Polisi. Semua bukti sudah lengkap berada di Kantor Polisi. Apabila ada yang tidak cocok Bapak bisa menyanggah dan Bapak juga bisa berdiskusi dengan kuasa hukum yang Bapak tunjuk. Jadi untuk saat ini lebih baik Bapak ikut kami ke kantor Polisi.” Wanto memaksa Chen untuk segera ikut ke kantor Polisi. Tidak lama Walda datang, Walda adalah tim kuasa hukum Chen. “Ini sebenarnya ada apa Walda.” Chen menanyakan semua kejelasan kepada Walda. Walda yang tahu semuanya tentang proses hukum yang ada di kantor Chen. Walda salah satu orang yang bisa Chen andalkan. “Saya barusan memeriksa surat panggilan dan penangkapan yang dilayangkan kepada Bapak. Mereka sema mengklaim mempunyai bukti atas tindakan korupsi yang Bapak lakukan dalam proses pembangunan jalan tol yang bekerja sama dengan pemerintah.” Walda menjelaskan lagi. Chen masih berpikir keras. “Terus saya harus bagaimana Walda.” Chen bertanya pada Walda. Walda menarik nafas dengan berat “Untuk saat ini lebih baik Bapak datang ke kantor Polisi dan cek semua bukti yang ada. Saya dan Tim juga akan langsung ikut dibelakang mobil Polisi untuk memantau jalannya proses hukum.” Walda meminta Chen untuk ikut dengan Polisi tapi juga memberikan jaminan kepada Chen. “Saya hanya sebagai saksi? Gak mungkinkan kalau saya sebagai tersangka?” Chen sudah punya firasat tidak enak kali ini tapi Chen tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti apa yang Walda bilang. “Untuk saat ini status Bapak sebagai saksi, belum ditetapkan sebagai tersangka.” Walda juga membaca detail surat tugas penangkapan Chen. “Baik kalau begitu, saya akan ikut ke kantor Polisi.” Chen menyetujui. Wanto mengeluarkan borgol dan hendak memborgol Chen tapi Walda menepis borgol yang akan dipakaikan kepada Chen. “Disurat pemanggilan Bapak Chen hanya dipanggil sebagai saksi bukan tersangka, jadi borgol ini tentu saja tidak perlu dan Bapak Chen juga tidak perlu ikut ke mobil kalian. Bapak Chen akan ada di mobil saya, silahkan kalian bisa menunggu di bawah sebentar lagi kami akan turun.” Walda menatap tajam Wanto. Walda tahu bahwa Wanto ada maksud tersembunyi. Wanto seperti orang suruhan yang diperintahkan untuk mempermalukan Chen. Wanto dan beberapa anak buahnya keluar ruangan Chen. Chen membawa HP dan tas. Chen berjalan di belakang Wanto ditemani oleh Walda dan dua orang tim hukum kantor. Chen masih belum merasa ada yang janggal tapi ketika Chen keluar dari gedung tiba-tiba wartawan menyerbu Chen dengan beberapa pertanyaan. Chen sangat susah bergerak menuju mobil karena langkah Chen terhenti. “Chen apakah benar memanifuasi data untuk mendapatkan untuk lebih besar?” “Woi Chen jawab Chen, itu uang rakat Chen. Kurang puasa apa ya sama usaha sendiri?” “Bapak Chenn... dijawab dong Pak... kok diem saja Pak. Jadi berapa tuh yang masuk saku Pak?” “Kalau diem aja bisanya benar, gak mau kasih keterangan Pak?” Beberapa pertanyaan dari wartahan hanya berlalu begitu saja, Chen masih belu bisa memberikan pernyataan karena memang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Chen masih menerka-nerka semua yang terjadi saat iini. Semua terasa seperti mimpi bagi Chen. Tadi pagi, semua masih berjalan dengan lancar tapi siang ini semua berubah secara drastis. Sama seperti ulang tahun Chen  beberapa tahun lalu. Dimulai dengan pesta diakhiri dengan kesedihan seumur hidup. Tapi Chen seorang THE MIDAS.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.1K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
145.6K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
859.4K
bc

Breaking the Headline

read
23.1K
bc

Menantu Dewa Naga

read
176.5K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
26.2K
bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
11.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook