bc

Digilir Tuan Muda Arogan

book_age18+
163
FOLLOW
1.5K
READ
HE
arranged marriage
city
like
intro-logo
Blurb

Memperhatikan Andra yang sedang lelap, pikir Sasfa melayang jauh dan kembali pada momen tadi pagi.

Ucapan Andra terngiang di benaknya, membuat batin Sasfa penasaran luar biasa.

"Katanya, bagian bawahnya mengeras. Apa iya? memang milik Andra bisa bangun? tapi sifatnya itu kan mirip an4k kecil?"

Kedua tangannya bergerak, mumpung ada waktu berdua, mereka juga berada jauh dari rumah. Sasfa membuka deretan kancing kemeja Andra satu-persatu.

Tangannya gemetaran, was-was andai tiba-tiba Andra membuka mata, lalu mempertanyakan apa yang sedang ia perbuat di tengah kesunyian malam.

"Sorry ya Ndra! aku penasaran soalnya," gumamnya lirih.

Matanya melebar, bibirnya berdecak kagum, di balik pakaian sederhana yang Andra kenakan, bagian perutnya tergambar garis kotak-kotak yang luar biasa memukau.

Maklum saja, meski tinggal satu kamar, namun Sasfa tidak pernah memperhatikan tvbuh Andra secara detail.

"Apa dia hobi olahraga juga? cukup keren jika mengingat aktivitasnya sebagai pria rumahan."

Tidak berhenti sampai di situ, atensi Sasfa pun terbagi, pada pusaka Andra yang masih dibungkus rapat.

"Apa salah jika aku pegang?" jantungnya berdebar-debar, instingnya takut, bercampur canggung.

"Ah, ku elus dari luar, tidak pa-pa kan ya...."

Awalnya, Sasfa hanya menyenggol menggunakan punggung tangan, dan memang benar, pusaka keramat mendadak bangkit, terlihat dari permukaan luar yang semakin sesak.

"Wow, bisa ternyata."

Tanpa sadar, h4srat dalam diri Sasfa perlahan bangkit, parasnya yang tampan, begitu tenang dalam situasi seperti ini. Pikiran Sasfa bekerja cepat, di usaha kedua, kelima jari mengusap pelan sehingga tongkat itu benar-benar terasa penuh pada genggaman tangannya.

"Be--sar dan keras.... jadi ingin mencobanya, tapi...."

Terbersit keraguan, namun segera ia tepis sebagai bentuk perlawanan diri.

"Memang kenapa? kami kan suami istri, tidak ada salahnya mencoba kan?"

Sasfa segera naik ke atas r4njang, ia menindih Andra di bawah kungkungannya. M3lucuti helaian pakaian hingga tidak bersisa, Sasfa mengg3sek sebentar, g4irah dalam dirinya pun perlahan naik.

"Ahh, rasanya tetep kurang..."

Terlanjur basah, Sasfa segera melesakkan pusaka keramat ke tempat yang seharusnya, bibirnya merintih tatkala dinding pertahanan amat sulit ia tembus. Aktivitasnya berhenti sejenak, sementara Andra yang terganggu mulai menggeliat.

Sasfa tidak pantang menyerah, keinginan itu membuncah, disertai desiran dar4hnya naik ke ubun-ubun.

"Pokoknya harus masuk!!"

Di hentakan terakhir, usahanya membuahkan hasil. Pusaka keramat terasa sesak menyumpal ke area sensitifnya.

"Ahhhh..... luar biasa...."

Lega, peluhnya bercucuran, bersamaan hawa panas menyeruak di dalam jiwa.

Sasfa bergerak sedikit demi sedikit, rasa perih berganti k3n1k matan ketika titik sensitifnya bersinggungan.

"Uuhh..... sshh... ahh.."

Permainan itu ia nikmati seorang sendiri, sementara Andra masih memejam berkelana di alam mimpi.

Bagaimana kisah Sasfa selanjutnya? ikuti terus yaa, jangan lupa tinggalkan jejak...

chap-preview
Free preview
Suami BOCIL
Malam pernikahan berlangsung mengecewakan, Sasfa mondar-mandir di depan pintu kamar yang terkunci. Sesekali tatapannya menoleh pada Andra, pria dewasa yang tengah mengamati buku dongeng dengan ekspresi antusias. "Tadi siang dia terlihat banyak diam, ku kira karena dia memang pemalu, namun sekarang? ku pikir akan diunboxing melalui pergulatan panas. Sampai pukul sembilan malam, Andra masih sibuk dengan buku cerita anak-anak?" Benaknya gelisah, Sasfa memegang jabatan Asisten Manager, mendapat tawaran pernikahan bersama putra bos besar. Sasfa mengiyakan penuh semangat, pikirnya terus terbayang sosok atasan nan tampan, tak lain putra sulung keluarga Hartawan. Namun, pada prosesi akad nikah, yang duduk di sebelahnya adalah Andra, bukan Bastian. Mengambil tempat di sisi ranjang, mata lentik Sasfa menelisik tampilan Andra yang nampak normal. Jarak mereka hanya satu meter, atensi Andra pun teralihkan. "Mau mimik susyu," pintanya manja. "Hah? pria segede kamu masih butuh s**u?" mendelik heran, dari tatapan Andra yang santai cenderung cuek, memantik penasaran dalam benak Sasfa. Jelas ada yang tidak beres. Tiba-tiba Andra menyingkirkan buku yang ada di pangkuannya itu, ia pindah ke atas nakas. Andra menyergapnya, kedua tangan mencekal bahu Sasfa kuat. "Pokoknya mau susyu!!" sentaknya. Tatapan Andra memicing di depan dad4 istrinya. "Dasar ga sopan!!! begini caramu memperlakukan wanita?" tanya Sasfa balik. Pikirnya, Andra sungguh kelewatan, mereka baru bertemu hari ini, mestinya bertutur manis dulu, merayu, bukannya langsung ke inti tanpa basa-basi seperti ini." Andra melompat dari atas ranjang, duduk di lantai sambil merengek keras. Rupanya ia tak terima karena dimarahi oleh Sasfa. "Pokoknya mau itu, mau itu, ga mau yang lain....." kali ini lebih mirip balita yang sedang tantrum. "Hah??" kening Sasfa berkerut. Sikap Andra benar-benar di luar dugaan. Padahal tampilannya macho, tubuhnya atletis, tapi sikap manjanya seperti anak kecil. Langkah Sasfa mengayun cepat BRRAAAAKH!!! Pintu dibanting keras, ia mencari sosok ibu mertua guna mencari penjelasan. Bangunan mewah terdiri dari dua lantai, ada banyak kamar luas dengan fasilitas lengkap. "Ma, apa yang terjadi sebenarnya?" Barulah mama Lusi mengungkap kenyataan pahit. "Maaf Nak, tadinya Mama tidak setuju dengan perjodohan ini. Tapi suamiku bersikeras, segala macam usaha telah kami tempuh. Dari terapi juga obat-obatan, tapi Andra belum menampilkan kemajuan yang signifikan. Lalu munculah ide menikahkan kalian." Wanita 40 an dengan rambut sebahu menekuk wajahnya, menyembunyikan rasa bersalah atas sikap yang tidak adil ini. "Jadi.... suamiku bukan pria normal?" sudut netra Sasfa menghangat. Kecewa dengan kebohongan teramat besar. "Nak, suamiku bilang, kamu adalah wanita tangguh, dan memiliki kesabaran seluas samudra. Itu terlihat dari dedikasi dan kinerjamu di perusahaan selama ini." Bangkit dari kursinya, impian Sasfa akan kesempurnaan pernikahan runtuh sudah. Lututnya gemetar, ia memang terlahir dari keluarga sederhana, namun perlakuan dari keluarga konglomerat sungguh memukul harga dirinya hingga jatuh ke dasar jurang. "Aku pikir, dipilih pak Hartawan karena dianggap pantas menjadi menantu keluarga kalian. Ternyata aku hanya dijadikan pelayan," rintihnya diiringi airmata berjatuhan. "Nak," bu Lusi meraih genggaman tangannya. "Andra dan Bastian mendapat hak yang sama sebagai putra kami. Yang artinya, kamu akan memegang kendali untuk semua aset milik Andra," imbuhnya meluluhkan emosi Sasfa. "Tapi tetap saja Ma, aku harus menghabiskan sisa hidupku bersama pria berkebutuhan khusus. Teganya kalian!" Menepis sentuhan lembut mama mertua, rasanya wajar jika Sasfa meluapkan amarahnya. Langkahnya berbalik, meninggalkan kamar bu Lusi, pikir Sasfa menjadi kacau. "Aku memang miskin, tapi aku tak akan menjual diri pada keluarga ini. Harusnya mereka jujur sejak awal. AKU TIDAK SUDI!!" Menaiki anak tangga dengan geram, Sasfa memutuskan untuk minggat sebelum hubungan mereka semakin jauh. Sampai di dalam kamar utama, lirikan sinis ia tujukan kepada Andra. Pemuda itu tengah menikmati ice cream rasa coklat dengan polosnya. "Aku tak punya hutang pada kalian kan? menyerahkan hidupku adalah keputusan paling bodoh seumur hidup." Berganti pakaian dengan cepat, Sasfa juga menyimpan semua perintilan kecil ke dalam tas miliknya, termasuk ponsel, charger juga beberapa alat makeup. Andra yang sejak tadi mengamati, pun menjadi penasaran. Mengikis jarak di antara keduanya, memasang wajah melas di depan Sasfa. "Kamu mau kemana? kita kan sudah menikah?" tanyanya tanpa rasa bersalah. Lidahnya terus menjilat potongan ice cream. Entah kenapa, bagi Sasfa, kalimat itu terdengar menjijikkan. "Menikah katamu?mereka menjebakku untuk menjadi pengasuhmu! bukan istrimu!" "Ta--tapi, kalau kamu pergi, aku ga punya teman lagi. Ku mohon Fa.. . . jangan pergi, aku janji ga akan nakal," Andra bersimpuh, memeluk satu kakinya. "Andraaa, lepassssss!!" geram Sasfa bercampur jijik. "Fa.. aku kesepian, kata papa kamu temanku. Tolong jangan pergi," lagi-lagi pemuda dengan piyama warna merah muda merengek, tangisnya hampir pecah. Sasfa segera mundur, tanpa sengaja ia sampai menendang kedua tangan Andra supaya mau lepas. "Yang dikatakan papamu tidak benar, oke??" telunjuk Sasfa mengarah di depan wajah Andra. Tatapannya tajam dengan otot wajahnya mengeras. "Aku tegaskan padamu! aku ga sanggup menerima tanggung jawab ini, meski aku harus dipecat dari kantor. Hidup sebagai orang miskin jauh lebih baik. Jiwamu masih kekanakan, tidak akan mampu memberiku kebahagiaan. PAHAM??!!" "Ta--tapi Fa...aku butuh kamu," lirih Andra memelas, seolah Sasfa adalah dunianya. "Itu namanya egois ANDRA!! aku wanita normal, hubungan pernikahan tidak sesimpel itu, aku tidak bisa....." SUNYI Hentakan kakinya nyaring selaras dengan derai airmata yang menetes. Kekecewaan hatinya mendalam membuat Sasfa enggan menoleh ke belakang. Andra terus menyeru namanya, memohon supaya Sasfa tetap tinggal, akan tetapi Sasfa membuat pilihan untuk hidupnya sendiri. Melalui sebuah akad sakral, ia telah dijerumuskan pada hubungan sepihak dari keluarga Andra. "Cukup sudah! lebih baik hidup miskin, daripada harus menjadi pelayan Andra seumur hidup."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook