
Memperhatikan Andra yang sedang lelap, pikir Sasfa melayang jauh dan kembali pada momen tadi pagi.
Ucapan Andra terngiang di benaknya, membuat batin Sasfa penasaran luar biasa.
"Katanya, bagian bawahnya mengeras. Apa iya? memang milik Andra bisa bangun? tapi sifatnya itu kan mirip an4k kecil?"
Kedua tangannya bergerak, mumpung ada waktu berdua, mereka juga berada jauh dari rumah. Sasfa membuka deretan kancing kemeja Andra satu-persatu.
Tangannya gemetaran, was-was andai tiba-tiba Andra membuka mata, lalu mempertanyakan apa yang sedang ia perbuat di tengah kesunyian malam.
"Sorry ya Ndra! aku penasaran soalnya," gumamnya lirih.
Matanya melebar, bibirnya berdecak kagum, di balik pakaian sederhana yang Andra kenakan, bagian perutnya tergambar garis kotak-kotak yang luar biasa memukau.
Maklum saja, meski tinggal satu kamar, namun Sasfa tidak pernah memperhatikan tvbuh Andra secara detail.
"Apa dia hobi olahraga juga? cukup keren jika mengingat aktivitasnya sebagai pria rumahan."
Tidak berhenti sampai di situ, atensi Sasfa pun terbagi, pada pusaka Andra yang masih dibungkus rapat.
"Apa salah jika aku pegang?" jantungnya berdebar-debar, instingnya takut, bercampur canggung.
"Ah, ku elus dari luar, tidak pa-pa kan ya...."
Awalnya, Sasfa hanya menyenggol menggunakan punggung tangan, dan memang benar, pusaka keramat mendadak bangkit, terlihat dari permukaan luar yang semakin sesak.
"Wow, bisa ternyata."
Tanpa sadar, h4srat dalam diri Sasfa perlahan bangkit, parasnya yang tampan, begitu tenang dalam situasi seperti ini. Pikiran Sasfa bekerja cepat, di usaha kedua, kelima jari mengusap pelan sehingga tongkat itu benar-benar terasa penuh pada genggaman tangannya.
"Be--sar dan keras.... jadi ingin mencobanya, tapi...."
Terbersit keraguan, namun segera ia tepis sebagai bentuk perlawanan diri.
"Memang kenapa? kami kan suami istri, tidak ada salahnya mencoba kan?"
Sasfa segera naik ke atas r4njang, ia menindih Andra di bawah kungkungannya. M3lucuti helaian pakaian hingga tidak bersisa, Sasfa mengg3sek sebentar, g4irah dalam dirinya pun perlahan naik.
"Ahh, rasanya tetep kurang..."
Terlanjur basah, Sasfa segera melesakkan pusaka keramat ke tempat yang seharusnya, bibirnya merintih tatkala dinding pertahanan amat sulit ia tembus. Aktivitasnya berhenti sejenak, sementara Andra yang terganggu mulai menggeliat.
Sasfa tidak pantang menyerah, keinginan itu membuncah, disertai desiran dar4hnya naik ke ubun-ubun.
"Pokoknya harus masuk!!"
Di hentakan terakhir, usahanya membuahkan hasil. Pusaka keramat terasa sesak menyumpal ke area sensitifnya.
"Ahhhh..... luar biasa...."
Lega, peluhnya bercucuran, bersamaan hawa panas menyeruak di dalam jiwa.
Sasfa bergerak sedikit demi sedikit, rasa perih berganti k3n1k matan ketika titik sensitifnya bersinggungan.
"Uuhh..... sshh... ahh.."
Permainan itu ia nikmati seorang sendiri, sementara Andra masih memejam berkelana di alam mimpi.
Bagaimana kisah Sasfa selanjutnya? ikuti terus yaa, jangan lupa tinggalkan jejak...

