bc

In The Boss's Bed

book_age18+
23.0K
FOLLOW
262.2K
READ
one-night stand
age gap
arranged marriage
scandal
brave
boss
mistress
drama
humorous
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Amelia Agata; Perawan berkacamata kuda yang tiba-tiba saja bangun di samping tubuh telanjang bosnya. Amel panik. Alih-alih merasa marah dan sedih karena mahkotanya dicuri, gadis yang bukan lagi perawan itu justru mendadak bingung.

Apa yang harus Amel lakukan? Dia jelas tidak mungkin menagih tanggung jawab pada duda beranak satu seperti Hanggo Tirto. Anak tertuanya saja bahkan sepantaran dengan dirinya. Belum lagi sosok Hang sendiri yang suka berganti-ganti pacar. Amel nggak kuat kalau disuruh buat ikhlas berbagi suami.

‘Ih amit-amit aku sama Pak Bos yang najisun banget. Nggak! Bisa mati bunuh diri nanti! Belom lagi kelakuan anaknya.’ Amel berpikir kabur adalah jalan terbaik. Siapa sangka, Hang justru selalu memburu Amel dalam aksi diam dan kabur-kaburannya. Si pecinta uang seperti Amel tentu tak akan resign dari perusahaan yang memberinya gaji di atas 10 juta perbulan.

Qey : Hai.. Hai.. Mampir yuk! Jangan lupa klik love nya ya, biar kalian selalu dapet notif setiap kali aku update. Oke semua?!

chap-preview
Free preview
Hang Bird Day Party!
Amelia Agata gadis berusia dua puluh enam tahun itu ingin mengumpat sekeras mungkin. Sumpah dia lelah sekali. Sejak pagi sampai larut malam, ia mengurusi segala t***k-bengek, printilan-printilan untuk acara ulang tahun bosnya. Amel bahkan sampai melupakan mandi dan isi bahan bakar perutnya. Sialan sekali memang bosnya itu! “Mbak Amel, dipanggil Kak Rara di ruang kerjanya papa.” Grrr! Terkutuklah manusia bernama Rara. Anak bos sekaligus General Manager di perusahaan tempat ia bekerja itu juga tak pernah sungkan dalam membuat hari-hari Amel suram. Andai punya kesempatan membalas, akan Amel habisi anak dan ayah itu. Mau Amel buang jasadnya ke rawa-rawa biar di makan alien yang nggak sengaja mampir untuk renang dan mancing buaya. “Mbak Am..” “Iya Res.. Bentar Mbak haus banget. Minum dulu boleh nggak sih?!” Restiana Tirto— Anak bungsu Hanggono Tirto— bos Amelia mengangguk. Gadis berusia tiga belas tahun itu memang yang paling terlihat sedikit manusiawi diantara semua penghuni rumahnya. “Tapi nanti bantu Resti ngerjain PR ya Mbak?!” Nah kan! Sedikit manusiawi. Bukan banyak.! Sama seperti Tirto-Tirto lain, ‘nanti’ milik Resti pastilah tetap dilakukan di jam yang tidak begitu jauh dari sekarang. “Oke!” jawab Amel dengan nada lemah seolah dia memang sudah tak memiliki daya. Jika dia punya koneksi dengan malaikat Izrail, Amel ingin sekali menelepon untuk mengajukan proposal tanggal kematian dalam tanggal-tanggal dekat. Setidaknya dalam enam hari kedepan keadaan di kantornya akan sedikit ruwet. Akhir bulan selalu menjadi momok paling mengesalkan untuk Amel yang bekerja sebagai sekertaris sekaligus asisten pribadi sang bos. Amel meneguk cepat minuman dalam botol TutupWere. Ia sempat tersentak saat menyadari bahwa yang ia minum merupakan pesanan Hang sore tadi. ‘Astaga! Ini kan pesenan Pak Hang buat model tadi. Gue tar hareudang-hareudang ngga ya?’, batin Amel dalam hati karena ia jelas tahu apa yang ia minum. “Mbak Ayo! Mbak Rara kalau marah serem loh. Resti juga udah ngantuk. Udah jam sebelas ini.” Beuh! Andai mites anak bos nggak bikin Amel di pecat, pengen banget sebenernya dia lakuin. Sayang aja Amel masih sayang delapan belas juta perbulan yang selalu masuk tepat waktu direkeningnya.  “Inget ya Mbak, abis itu ke kamar Resti bantuin bikin sur..Eh PR.” Amel menggelengkan kepala. Hapal betul dia. Mau resti cepat-cepat mengubah kata-katanya, Amel tahu sekali untuk apa nanti ia diminta ke kamar anak bau kencur itu. Astaga! Amel menggelengkan kepala ketika Resti berlari menaikki tangga rumah. Menghembuskan nafas, Amel melangkah lunglai mendekati pintu ruang kerja Hanggono. Ia mengetuk pintu tanpa ada semangat sebagai tanda bahwa dia memang benar-benar ingin pulang ke kosan untuk beristirahat.  "Eh, Mel sini duduk!" ujar Rara- Rahardian Tirto sembari menepuk sofa disampingnya. Ya Tuhan Rara ingin menangis melihat sebuah buku tebal yang ia yakini adalah sekelumit hal tidak penting tetang dekorasi ruangan untuk ulang tahun sang bos besar.  "Ra, bagusan mana menurut kamu? Mending ruang depan di bikin kaya gini," Rara terlihat menunjuk sebuah ruangan dengan beberapa meja di letakkan di tengah dengan sudut-sudut ruangan diberikan tiang untuk menggantungkan jas-jas para tamu undangan nanti. "Apa yang ini?" kali ini Rara menunjuk ruangan dengan menja panjang di dekat pintu utama yang bisa Amel pastikan sebagai meja resepsionis untuk mencatat daftar tamu yang hadir.  'Ya Allah! Mahal-mahal kenapa mirip kaya acara kondangan di kampung gue.' batin Amel mengingat dua meja di depan pintu layaknya acara nikahan di desa-desa.  "Ini bagus deh bu. Siapa tahu lagi pada kegerahan nanti." ceplos Amel yang sebenarnya malas menjawab pertanyaan dari Rara. Sayangnya respon Amel itu justru mendapat gelak tawa dari Hang. Hang berdecak setelah tergelak. Lelaki itu mendudukkan diri di dekat Amel dan Rara. "Mel! Mel! Kamu berapa tahun jadi sekertaris saya sih?! Kok masih ndeso aja kamu!" ledek Hanggono membulat ke dua mata Amel membulat karena di katai. Gadis itu tidak lagi merasakan kantuk dan lelah setelah jiwa kesalnya meronta ingin diluapkan.  "Kamu kenapa mukanya merah-merah gitu? Salah makan?" tanya Hanggono.  "Ngantuk Pak." jawab Amel seadanya. Biasanya Hang cukup peka kalau Amel sudah berkata dengan gaya irit.  "Sama Mel. Kamu ngingetin saya kalau tadi ngantuk. Kamu urus masalah ini sama Papah ya. Saya mau tidur dulu. Besok kan saya ada rapat." ujar Rara santai membuat Amel semakin menanamkan keinginan untuk menelepon Izrail jika sudah sampai di kos.  'Kan gue juga! Bapak lo juga Raraaaa!' umpat Amel. Andai ia punya nasib yang sama dengan Rara, ia pasti tidak akan bernasib malam seperti saat ini. Di suruh kerja paksa. Lembur bagai quda. Selepas kepergian Rara, Amel duduk gelisah. Beberapa kali Amel menggeliat sembari mengubah posisi duduk. Amel mengadahkan wajah menatap Air Conditioner (Ac) yang terpasang di atas pintu ruang kerja Hang.  "Pak, boleh kalau AC nya di kecilin nggak pak suhunya biar dingin?"  "Kamu gerah banget? Nanti mencret lagi kamu kaya bulan lalu gara-gara ketiduran di kantor lupa gedein suhu AC."-  'Ya Allah, di ingetin lagi', batin Amel. Andai bukan karena kekejaman Hang yang meminta dirinya merivisi proposal untuk meeting dihari berikutnya, Amel jelas tidak akan ketiduran di kantor dan mengalami diare di keesokkan paginya.  "Pak, saya hareudang beneran ini!" melas Amel dengan suara parau dan sedikit ngotot.  "Panas.. Panas.. Panas?"  "Ya Allah Pak. Ini gara-gara saya minum minumannya Bapak nih! Itu minuman kenapa gini banget Pak efeknya." sembari membuka kancing-kancing kemejanya, Amel mengibas-ngibaskan tangan di depan leher.  "Mel yang botol mana?" kali ini lelaki berusia empat puluh delapan tahun itu mulai menganggap serius ucapan Amel. Terlebih ketika melihat sekertarisnya ingin mengguyur diri dengan air mineral bekas minum Rara sang putri.  "TutupWere Pak! Warna abu." "Astaga Amel! Belum kamu buang?!" sentak Hang.  Sembari menggeleng Amel mengatakan 'belum.' "Bapak bilang tadi nitip sekalian buat model, siapa tadi namanya?" Hang berdecak. Sedang b*******h pun ternyata Amel masih bisa banyak omong.  "Tilla.. Atilla namanya. Dia yang kasih Amel ngapain saya kasih ke dia. Lagian kamu di suruhnya apa, malah dibawa pulang! Itu bukan wine biasa. Itu udah dicampur obat perangsang." jelas Hang dengan nada berapi-api sama persis seperti ketika Amel lupa membelikan ia kopi hangat di jam sebelas pagi.  "Terus saya gimana dong Pak?" rengek Amel. Hanggono meneguk ludahnya. Tadi lelaki beranak dua itu terlalu fokus dengan emosi karena keteledoran Amelia, tapi sekarang Hang sadar sedang berada di posisi seperti apa.  "Kamu ke kamar tamu yang biasa kamu pake, abis itu berendem pake air dingin."  Amelia merengek. Masih mengibas-ibaskan tangan di depan d**a sembari membusung, membuat Hang sakit kepala dibuat sang sekertaris yang memang sering sekali mengajukan protes.  "Nanti saya masuk angin, besok gimana rapatnya Pak?!"  "Terus gimana Amel?! Kamu juga aneh-aneh. Besok ulang tahun saya juga, jangan berani-benarinya ya kamu kabur dari tanggung jawab!" amuk Hang mencoba membangun emosi agar terlupa dengan gairahnya yang tiba-tiba saja terbit secara dadakkan.  "Pake cara lain dong Pak.." Hang mendesah. 'Baiklah... Besok saya Happy Birth Day, malem ini Sata Happy Bird Day dulu deh nggak papa.' ujar Hang dalam hati lalu mengangguk seakan telah membuat keputusan tepat.  "Awas besok kamu ngejerit-jerit alay. Saya jamin besok saya lemparin pesangon." tegas Hang sebelum melangkah mantap pada Amelia yang kini top less.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.9K
bc

Accidentally Married

read
102.7K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.8K
bc

LIKE A VIRGIN

read
840.9K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook