bc

EVELINE : Pack's War

book_age16+
164
FOLLOW
1.0K
READ
revenge
dark
kidnap
versatile
king
queen
werewolves
another world
witchcraft
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Werewolf #2

Spin off dari Flora : Alpha’s Mate

Xavior me-reject Eveline sebagai mate-nya karena kedua pack mereka bermusuhan, terlebih Xavior mendapati Eveline nyaris membunuh kedua orang tuanya. Rasa bencinya mengalahkan auman protes Rex yang mencegahnya menentang jalan takdir Moon Goddes.

“Aku Xavior, me-reject Eveline sebagai mate-ku!”

Keduanya dikuasai kebencian satu sama lain meski wolf masing-masing tak ingin berpisah. Lalu, apakah Moon Goddes akan membiarkan keduanya menolak satu sama lain?

chap-preview
Free preview
EPW 1
PERAYAAN besar sedang terjadi di Supermoon Pack di mana Damian mengundang semua werewolf pack-nya untuk hadir di mansion, tak terkecuali para warior dan para Omega. Mansion yang tak ubahnya seperti kastil itu dihias oleh Witch pack sehingga hiasannya dapat terpasang ke seluruh mansion hanya dalam waktu singkat. Selain karena perayaan tahunan, semuanya tak sabar akan berita besar yang akan disampaikan Damian, yaitu peresmian Flora sebagai Luna Supermoon Pack.   Damian tampak mengagumkan dengan pakaian kerajaan berwarna coklat keemasan seperti warna wolf pack mereka. Para Omega berlalu lalang untuk mempersiapkan aula besar mansion yang akan dijadikan tempat berkumpulnya para werewolf. Interiornya sama seperti ruang pesta manusia biasa, bedanya makanan yang dihidangkan sebagian besar daging-dagingan.   “Xavior, bagaimana Flora?” tanya Damian pada Xavior yang menunggui Flora di depan kamarnya. Alpha itu tampak gugup dan terus melonggarkan kerah bajunya.   “Luna sedang bersiap-siap di kamarnya, Alpha.”   “Sudah berapa kali kubilang panggil aku Damian kalau hanya berdua.”   “Mana bisa, kau Alpha-ku dan aku hanya Beta-mu,” balas Xavior. Mereka memang sudah berteman sejak kecil dan Xavior dilatih menjadi pendamping Damian, tapi batasan mereka tetaplah Damian sebagai pemimpin pack dan Xavior tangan kanannya.   “Terserahlah.”   Damian bergegas masuk ke kamar Flo. Wanita yang memakai gaun satin berwarna putih itu mematut dirinya di depan cermin setelah didandani para Omega, terlihat kebingungan. Penampilannya sudah cocok jika dikatakan akan menikah. Dia tidak memakai riasan sama sekali atau mantra Witch, tapi tampak sangat cantik dan menawan.   Sang Alpha juga terpana dengan kecantikan mate-nya, mematung sebentar sebelum akhirnya menarik Flora keluar kamar.   “Damian, sebenarnya kita akan ke mana?” tanya Flora kesulitan berjalan dengan gaun yang cukup panjang baginya. Gaun itu sampai menyentuh lantai jika dia tidak menahannya.   “Perayaan tahunan, Flo. Ini hari jadi berdirinya Super Moon Pack,” balas Damian. “Dan mungkin acara lainnya ....”   Di setengah jalan menuju aula, Damian berhenti dan berbalik. “Xavior, bagaimana dengan perbatasan? Aku ingin semua orang ikut dalam perayaan ini, tapi kita tak mungkin meninggalkan perbatasan. Bisa jadi para Rogue atau perusuh dari Megamoon Pack akan memanfaatkannya.”   “Biar aku yang menjaganya.”   “Apa kau gila? Mana mungkin Beta-ku tidak hadir di acara sepenting ini?”   “Tujuanmu ‘kan mengumumkan Luna,” bisik Xavior melalui mindlink. “Aku sudah tahu, jadi tak apa. Aku akan menjaganya bersama Sean.”   Flora yang jadi satu-satunya manusia mengernyit tak mengerti akan pembicaraan keduanya. Beta? Rogue? Dan apa itu Megamoon Pack? Wanita itu menggeleng-geleng. “Damian, Xavior, kalian bicara apa, sih? Aku tidak paham, tahu.”   Xavior membungkuk. “Maafkan aku, Luna.”   “Dan berhenti memanggilku Luna! Namaku Flo! F-l-o-ra, Flora!” tegas Flora. Orang-orang terus saja menyebutnya Luna bahkan yang tak kenal sekalipun, padahal ‘kan dia punya nama sendiri. Bukan berarti tak suka dengan nama Luna, tapi tetap saja itu bukan namanya.   “Apa kau akan baik-baik saja menjaga perbatasan?” tanya Damian sekali lagi. Perbatasan yang dimaksud adalah perbatasan antara Supermoon Pack dan Megamoon Pack, Damian khawatir musuh pack-nya itu akan memanfaatkan situasi pack yang sedang menyelenggarakan acara besar sebagai peluang untuk menyerang mereka. Apalagi jika warior di perbatasan ditarik mundur semuanya, penjagaan mereka akan mengendur.   “Kita sudah banyak menebar jebakan, Damian. Aku tak akan keluar perbatasan terlalu jauh.”   Akhirnya Damian mengangguk. Dia tetap ingin semua werewolf mengetahui tentang Luna mereka. jadi, tak ada pilihan lain. “Baiklah. Mindlink jika ada sesuatu.”   Xavior mengangguk dan membungkuk saat dua pemimpin pack itu melewatinya. Lalu, dia me-mindlink Sean—Delta Damian—untuk membantunya menjaga perbatasan selama acara berlangsung.   ***   Di sisi lain, Megamoon Pack seperti setiap tahun sedang merencanakan strategi untuk menyerang Supermoon Pack. Acara besar seperti ini merupakan kesempatan besar bagi mereka untuk menembus penjagaan, apalagi kali ini tidak ada warior sama sekali yang menjaga perbatasan. Namun, tentu saja Damian tak akan sebodoh itu meninggalkan perbatasan tanpa penjagaan sama sekali. Benar saja, sang Beta dan Delta Supermoon Pack yang menjaga perbatasan. Walau berdua, kekuatan mereka tak bisa dianggap remeh.   Pintu besar itu terbuka di tengah rapat menyusun strategi berlangsung. Tampak seorang wanita dengan jubah hitam itu menenteng sebuah busur panah dan anak panah di punggungnya. Eiden mengisyaratkan kalau rapat dijeda dahulu.   “Kak, aku ingin berburu,” ujar Eveline. Dia tidak mendekati meja rapat sehingga kakaknya itu yang menghampirinya.   “Tak akan ada Rogue di sekitar sini, Eve. Jika kau ingin, kau bisa bermain-main dengan Rogue di penjara,” balas Eiden penuh kelembutan. Hanya pada keluarganya Alpha yang kejam itu bisa bersikap lemah lembut, tapi cerdas dan sangat licik jika menyangkut pack.   Eveline menggeleng. “Tidak, Kak. Aku ingin berburu di luar. Jika aku tak mendapatkan apa pun, aku akan segera kembali.”   “Baiklah, tapi Jaiden akan ikut bersamamu.”   Pria yang dimaksud itu berdiri, membungkuk pada adik sang Alpha. Jaiden adalah Beta Eiden dan berperan besar dalam perencanaan strategi pack, apalagi jika ada peperangan besar.   “Terserah.” Eveline berbalik pergi dengan langkah mengentak-entak, bosan terus-terusan diikuti Jaiden ke mana pun dia pergi hanya karena dia half-blood dan mengandalkan senjata tajam. Umurnya sudah dewasa, tapi tetap saja diperlakukan sebagai si kecil yang harus dijaga. Sejak kecil Eveline sudah berlatih pedang atau panahan, harusnya Eiden tidak berhenti protektif.   “Ingat, jangan melepaskannya, Jaiden!” seru Eiden pada Jaiden yang mengikuti adiknya.   “Tenang saja, Alpha. Aku akan menjaganya,” balas Jaiden.   Eveline mendelik kesal. Kenapa Jaiden tidak bosan mengikutinya hanya karena suruhan Alpha? Padahal tak sekali Eveline sengaja membuatnya kewalahan. “Kau tidak harus menjagaku seperti ini, Jaiden. Eiden hanya terlalu protektif,” katanya.   “Maka aku benar-benar harus menjagamu sebagaimana perintah Alpha, Eve. Aku tahu kau tangguh, tapi wolf bisa jadi bukan tandinganmu.”   “Aku memang half-blood, tapi tidak berarti aku tak bisa melawan.”   “Aku tahu, tapi—”   “Sudahlah! Jangan ikuti aku lagi atau aku akan mengadukanmu yang tidak-tidak pada Eiden.”   Ancaman Eveline rupanya berhasil. Jaiden mengangguk dan berhenti mengikutinya di luar mansion, hanya mengawasi dari sana. Di pemukiman para werewolf juga tersebar warior pack yang akan membantu Eveline jika dia terkena masalah. Memang hanya Eiden yang terlalu protektif.   Setelah memastikan Jaiden tidak akan mengikutinya, Eveline mulai berlari ke hutan. Larinya memang tidak secepat para werewolf atau witch, tapi cukup cepat bagi mereka yang tidak bisa berganti shift. Busur panahnya juga dicengkeram erat kalau-kalau ada Rogue atau bahaya lain.   Mendekati perbatasan, laju Eveline memelan. Ini termasuk tempat terlarang untuk dikunjungi siapa pun karena bisa dianggap sebagai penyusup. Akan tetapi, tak ada warior di seberang sana yang menjaga Supermoon Pack. Di bawahnya juga ada banyak jebakan yang bisa menyakitinya kapan saja.   Namun, tak ada yang tahu kalau Eveline pernah lolos melewati lautan peledak itu. Kaki kecil dan keterampilan bertahan hidupnya sebagai wujud manusia membuat Eveline lincah dan jeli memantau bahaya. Dia juga menemukan jalan yang tak akan diketahui para penjaga. Lihat, dia sekarang sudah berada di sisi Supermoon Pack. Benar, tak ada warior sama sekali.   “Damian!”   Sontak Eveline bersembunyi di balik pohon, mengintip seseorang yang sedang diserang Rogue dilihat dari warnanya yang abu-abu. Rogue yang berjumlah 5 orang itu mengepungnya dan sudah berganti shift menjadi wolf.   “Damian? Bukannya itu nama Alpha Supermoon Pack?” gumamnya. Dia juga heran, kenapa wanita itu memakai gaun putih yang notabenenya hanya digunakan keluarga inti pack? Tapi Eveline tak pernah mendengar ada wanita di keluarga Supermoon Pack. Apa dia mate-nya Damian?   Diam-diam Eveline mengarahkan anak panahnya pada Rogue itu, berniat membantu si wanita yang tidak bisa berganti shift. Jaraknya cukup jauh, tapi Eveline yakin dia bisa membidiknya dengan sempurna dan tepat sasaran.   Shot! Satu Rogue terpanah tepat di samping kepalanya dan menancap ke pohon di belakang membuat Rogue yang lainnya siaga. Eveline bersiap membidik yang lainnya sebelum wolf lain tiba-tiba melompat ke tengah Rogue itu dan menyerang sisa Rogue. Dia mencabik, menggigit, sampai membanting para Rogue hingga membuat mereka kesakitan dan berlari pergi.   Jantung Eveline berdetak kencang saat melihat ada semacam tanda putih menyerupai kalung di lehernya, spontan bersembunyi. Gawat, dia adalah anggota utama pack itu. Eveline dalam bahaya jika wolf itu mengendus keberadaannya. Dia bergegas menyelinap menjauh dan kembali mendekati perbatasan.   Srek!   Eveline menoleh dan menarik anak panah yang sudah disiapkan di busurnya, membidik ke arah suara yang dia dengar. Eveline sangat berharap kalau itu Rogue, bukannya wolf Supermoon Pack tadi. Dia bisa saja dieksekusi karena dianggap sebagai mata-mata Megamoon Pack.   “Siapa di sana?!” serunya. Sesuatu itu jaraknya semakin dekat dengan Eveline membuatnya membidik dengan busur panah sudah berada di samping matanya. Ujung anak panah sudah diolesi racun yang bisa membunuh siapa pun.   Suara grasak-grusuk semak-semak itu berhenti tepat di depannya. Eveline masih bersiaga, akan menyerangnya jika orang itu memang berniat menyakitinya. Gawat, ternyata dia wolf yang tadi. Siluet wolf itu berjalan memutar di balik semak-semak, kemudian berhenti di belakang pohon besar.   Napas Eveline terasa sesak menunggu apa yang akan dilakukannya. Sekejap kemudian, semerbak harum menusuk indra penciuman Eveline. Campuran antara wangi musk dan mint yang memabukkan. Eveline mulai menurunkan busurnya saat yang muncul seorang pria asing, menghantarkan gelenyar aneh pada Eveline.   ***   Xavior bertugas berjaga di menara perbatasan sedangkan Sean berada di bawah. Dia bisa melihat semuanya dari atas sini, termasuk adanya pergerakan yang muncul dari utara. Bagian sana terlalu sering didatangi Rogue makanya jebakan yang dipasang sudah banyak meledak. Beberapa Rogue itu melompati tubuh yang sudah terkena jebakan dan menyeberangi perbatasan dengan mudah.   Dia turun dari menara dan menuju ke utara untuk menghabisi para Rogue itu. Di punggungnya terdapat sebuah tas kecil berisi pakaian kalau-kalau dia perlu berubah menjadi wolf. Tujuan utama werewolf liar hanyalah membuat kacau pack, maka menghabisi mereka sudah sangat biasa dan perlu dilakukan.   Xavior mendapat mindlink dari Damian di tengah jalan menuju utara. ‘Xavior, Flora kabur ke arah perbatasan.’   ‘Aku akan mencarinya.’ Xavior tidak bisa mengendus bau apa pun, jadi dia tak yakin ada di mana para Rogue itu. ‘Sean, Luna kabur. Sepertinya dia menuju ke arahmu.’   “Damian!”   Mendengar teriakan itu, Xavior langsung bertukar shift dengan Rex, wolf-nya. Dengan kecepatan berlarinya dia menyusuri luasnya hutan dan mengandalkan pendengarannya untuk mengetahui keberadaan Flora. Dia melompat tinggi ke arah segerombolan Rogue yang sudah mengepung Luna-nya. Dia menyerang para Rogue dengan kemampuan berkelahinya dan berhasil membuat keempat wolf itu susah payah melarikan diri.   Rex bersembunyi ke balik pohon dan kembali bertukar dengan Xavior, menghampiri Flora setelah mengenakan pakaiannya. Dia melihat ada Rogue yang mati karena terkena panah, mengedarkan pandangannya untuk mendeteksi bahaya. Tak banyak werewolf yang mempelajari beda diri, maka yang membunuhnya pasti bukan pure wolf.   “Kau tidak apa-apa, Luna?” tanya Xavior.   Flora terlihat memprihatinkan dengan gaunnya yang sobek dan kotor, ditambah rambutnya yang berantakan. Wajahnya masih terlihat ketakutan saat bertanya, “Mereka siapa, Xav?”   “Mereka werewolf liar, Luna. Luna tidak diperbolehkan berada di sini, berbahaya untuk manusia.”   “Aku mau pulang! Bukan ke sana, ke rumahku.”   “Luna harus memintanya pada Damian. Tak ada jalan keluar tanpanya.” Xavior melihat adanya bercak merah di gaun Flora, tepatnya di bagian kaki. “Apa kau terluka, Luna?”   “Iya, tadi aku tersandung akar pohon.”   “Kalau begitu ....”   Xavior terdiam, tiba-tiba mencium semerbak harum yang sangat menyengat ini. Perpaduan antara wangi vanila dan bunga. Sangat wangi sampai dia menutup mata dan meresapi baunya sebanyak mungkin yang bisa dihirup.   “Xavior, ada apa?” tanya Flora. Dia juga mengendus sekitar, tapi tak mencium bau apa pun. Lihat saja, hidung Xavior sampai kembang kempis menghirupnya.   “Aku tidak bisa mengantarmu ke pack, Luna. Aku akan me-mindlink Damian agar datang,” katanya bak sedang mabuk. Tapi sungguh, wanginya memabukkan dan membuatnya melayang. Dia berlekas me-mindlink sang Alpha. ‘Damian, tolong kemari. Luna terluka dan sepertinya aku menemukan mate-ku.’   ‘Baik, tunggulah sebentar.’   Xavior baru saja me-mindlink Damian, tapi tak butuh waktu lama dia sudah sampai. Dia berlari entah dari mana tanpa berganti shift, mungkin tak ingin Flora semakin ketakutan dengan wujud wolf-nya. “Flora, kau tak apa-apa?” tanya Damian panik meneliti keadaan mate-nya. Jelas keadaannya sangat memprihatinkan dengan penampilan yang sudah berantakan.   “Lututku terluka,” keluh Flora menunduk. Damian pasti sangat marah dan akan menghukumnya lagi.   Damian menggeleng lelah dengan sikap Flora. Dia melirik Xavior. “Xav, kau boleh pergi.”   “Aku pamit, Alpha, Luna.” Dia membungkuk, lalu pergi ke semak-semak untuk berubah wujud menjadi wolf. Untung saja dia membawa pakaian lebih di tasnya karena khawatir harus menghadapi musuh dengan berganti shift.   Xavior berlari dengan kecepatan wolf sambil mengendus sumber wangi yang memabukkan itu. Sulit menentukan sumbernya karena wangi itu sangat pekat sehingga Xavior tidak bisa memastikan apakah dia semakin mendekat atau menjauh. Pendengaran jeli Xavior mendengar gerak-gerik yang tak jauh dari tempatnya, dia langsung berlari ke sana.   “Siapa di sana?!”   Larinya memelan saat di balik semak-semak, dia melihat seorang wanita mengacungkan anak panah ke arahnya. Hanya Xavior yang bisa melihat wanita yang sekarang bersiaga itu. Dia memutari semak-semak untuk mengenakan bajunya, sengaja dibuat lambat untuk bermain-main dengan wanita yang mengeluarkan wangi vanila itu.   Setelah mengenakan bajunya, Xavior keluar dari semak-semak. Dapat dia lihat jika wanita itu terkejut dan perlahan menurunkan busurnya. Hem, tampak seperti omega dengan gaun sederhana dan jubah hitamnya.   “Siapa kau?” tanya wanita itu. Meski sudah menurunkan busur panah, tangannya tetap bersiaga.   “Bukankah aku mate-mu?” balas Xavior santai. Bisa diakui jika wanita itu cantik membuat Xavior penasaran, apakah dia pure werewolf? Jika iya, bagaimana wujud wolf-nya?   Eveline melirik ke belakang Xavior, siapa tahu bisa melihat wanita tadi. Walau cukup yakin pria di depannya tidak berniat jahat pada wanita tadi, tapi tidak menutup kemungkinan Eveline yang akan disakiti. Ya, walau wangi itu semakin kuat saat bertemu dengannya. Semoga pria itu tak bisa mengendus bau pack Eveline.   “Kau mendengar teriakan? Itu Luna dari pack-ku,” ujar Xavior membaca keingintahuan Eveline.   “Dari mana kau berasal?”   “Supermoon Pack. Kau? Aku tak bisa mencium pack asalmu karena wangi mate ini.”   “Aku ....” Eveline mundur selangkah, tak siap untuk mengungkapkannya sekarang. Lebih dari itu, dia takut akan dihabisi karena sudah menyusup ke perbatasan Supermoon Pack. “Aku harus pergi.”   “Tunggu!” seru Xavior membuat Eveline tak jadi berlari, hanya membelakanginya. “Bisakah besok kita bertemu lagi?” tanyanya. Dia tidak kepikiran kenapa Eve bisa berada di perbatasan antara Supermoon dan Megamoon Pack karena di sini juga mengarah ke pemukiman Supermoon Pack.   “Tentu.”   ***   A.n : Cerita ini kan Spin Off, jadi sekalian nunggu signed gak bakal dulu daily sebelum Flora : Alpha's Mate sebagai cerita utamanya. Sangat disarankan kalian baca dulu FAM karena ini akan saling berhubungan dan bakal bingung sih kalau dibaca terpisah, tapi bisa aja kalau emang gak mau baca yang sebelah. Jangan lupa follow akunku ya biar dapet pemberitahuan kalau aku bikin cerita baru. Komen cerita ini biar komunikasi di antara kita lancar ehe. Jangan lupa dukung naik cerita ini, kasih tendangan biar melanglang buana. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook