Reuni
“Semua ini hanyalah kekhilafan.”
-S&A-
Reuni menjadi salah momen terlalu lama berpisah lalu dipertemukan lagi dengan keadaan yang berbeda. Rata-rata mereka yang dulu terlihat polos, nakal bahkan tidak terbayangkan bahwa seseorang itu akan lebih sukses ternyata kini sudah terbukti oleh masing-masing. Ternyata sudah lama tidak bertemu mereka sudah sukses, ada yang sudah menjadi abdi negara, pilot dan lainnya.
Sayangnya malam ini Alandra tidak ada disini karena harus melakukan penerbangan. Reuni ini memang bukan angkatan sekolah Alandra ini angakatan Anin saat SMP, Anin Martelia gadis berumur dua puluh lima tahun. Anin dan Alandra memiliki perbedaan tiga tahun, mereka bertemu ketika Alandra datang ke tempat kerja Anin— Anin bekerja sebagai karyawan bank disalah satu ibu kota.
“Alandra mana Nin?” tanya salah satu teman Anin bernama Levita
Mereka mengadakan reuni dirumah Levita, tidak banyak yang datang karena ada beberapa yang masih melakukan tugas dan akitivitas lainnya sehingga mereka tidak bisa mengikuti acara ini. Reuni dibuka oleh Faris teman seangkatan Anin— satu kelas juga, malam ini menjadi pesta menyenangkan bagi mereka bukan hanya acara saling temu tapi ada acara BBQ juga nantinya.
“Mas Alan masih tugas.”
“Pasti bahagia ya Nin punya calon suami pilot muda?” tanya Levita mendekati Anin di ayunan. Biarkan para laki-laki saja yang sibuk BBQ para perempuan hanya menikmati hasilnya.
“Bahagia itu pasti. Siapa sih yang nggak mau punya calon suami pilot.” Jawab Anin
“Posesif nggak?”
“Posesif sekali. Sebelum izin kesini mas Alandra tanya terus, nanti disana ada perempuan nggak, jangan dekat-dekat laki-laki, pulang jam berapa dan segalanya.” Curhat Anin— Alandra posesif tapi Anin menyukai sifat Alandra karena artinya pria itu benar-benar mencintai Anin.
Levita terkekeh geli. Diam-diam ia jadi membayangkan jika bisa berhubungan dengan seseorang yang sedang dekat sekarang sepertinya sama sifat dengan Alandra.
“Gebetanku pilot juga Nin.” Ucap Levita tiba-tiba
“Wow ... Serius?”
Levita mengangguk malu-malu. “Baru dekat belum official ...” jawab Levita
“Aku doakan semoga jadi Lev, ngomong-ngomong dia maskapai mana?”
“Garuda Indonesia.” Jawab Levita lagi
Keduanya menceritakan awal perkenalan, jika Anin dan Alandra berkenalan di kantor Anin karena Alandra tidak sengaja ada urusan disana sedangkan Levita satu tempat duduk dipesawat saat Levita ingin traveling. Selain menjadi sekretaris disalah satu perusahaan besara— Levita memiliki hobi jalan-jalan termasuk menikmati wisata di Indonesia yang luas ini.
Perkenalan Anin dengan Alandra memang tidak mudah dan bukan hanya sekali, cinta pandangan pertama itulah yang cocok digambarkan untuk keduanya. Menurut pengakuan Alandra sudah tertarik dengan Anin dipertemuan pertama. Entahlah perasaan itu datang dari mana yang Anin tahu Alandra menjelaskan jika Anin pantas untuk dikejar, Alandra memang paling bisa membuatnya tersipu.
“Jagung bakar?” tawarnya
Obrolan mereka berhenti, Levita dan Anin mendongak— Keano, kakak Levita ada dihadapan keduanya.
“Serius sekali?”
“Iya. Jangan nimbrung deh Kak.” Ucap Levita pada Keano
“Tidak boleh?”
“ladies time jadi jangan ganggu.” Ucap Levita
“Boleh kenalan?” tiba-tiba Keano mengulurkan tanganya dan Anin canggung untuk membalas.
“Kak, pergi sana!” Levita mendorong badan Kakaknya agar segera menjauh. Mereka tidak mengambil jagung bakar yang dibawa Keano masih belum matang. Keano hanya bercanda.
“Baiklah. Salam kenal ya Anin ...” ujarnya
Membuat Anin terkejut untung saja Keano segera pergi dan tidak berlanjut berkenalan lalu meminta nomor telepon, bahaya sekali jika terjadi mengingat Alandra sangat posesif.
Jangan dekat-dekat laki-laki, aku tidak suka.
Itu pesan terakhir sebelum Alandra mulai bekerja.
Malam yang panjang, semua terhanyut dalam acara dari makan bersama, hingga pada sesi dansa. Anin diajak Keano untuk berdansa meski ragu dan takut pada akhirnya Anin terbuai karena teman-teman Anin menyuruh dan terus menyorakinya.
“Kamu sangat cantik Nin ...” puji Keano. Mereka masih berdansa sembari menikmati alunan musik
Lagu yang dibawa adalah A thousand years, mereka sangat menikmati dansa ini seakan setelah acara tidak ada urusan atau masalah datang secara tiba-tiba. Anin semakin terbuai, menikmati satu gelas kecil minuman yang Anin sendiri tidak memperhatikan. Keano memberinya.
Anin merasa kepalanya pusing, begitu juga Keano. Mereka terlalu terhanyut, membuat Keano berani membawa Anin keluar dari keramaian ini dengan kondisi yang tidak seratus persen sadar.
Bagi Keano— Anin perempuan cantik yang ia temui, ia sudah memperhatikan Anin sejak pertama kali Anin turun dari mobil, ingin berkenalan tapi adiknya terus menahan untuk tidak mendekati Anin.
“Nin ...”
“Ya?” Anin mulai gugup
“Apapun yang terjadi saya pasti tanggung jawab. You are mine.” Ucap Keano sebelum melakukan hal yang disebut dosa
Tampaknya keano memiliki magnet sehingga Anin terjerat dalam pesona Keano tanpa sadar jika ini awal dari menyakiti Alandra. Dan esok hari hanya ada penyesalan dari keduanya.
****
Anin mencoba membangunkan diri, namun seperti ada yang menahannya. Perlahan mata Anin mengarah kebawah betapa terkejutnya ketika satu tangan memeluk begitu posesif. Anin memejamkan mata, tidak mungkin berharap ini hanyalah mimpi dipagi hari bagi Anin. Anin mencoba melepas tangan besar itu, keadaan dirinya tidak bisa digambarkan setelah berhasil Anin segera bangkit— mencari pakaian meski ada rasa sakit yang menjalar ditubuhnya. Anin menahan sesuatu dalam diri, ini adalah kesalahan yang fatal untuk dirinya.
“Sudah Bangun?” tanyanya
Anin tidak menjawab. Fokus mengancing kemeja ia harus segera pergi dari sini. Ingin bangkit tapi rasa sakit dibagian tertentu membuat Anin tidak berhasil membangkitkan diri, Keano spontan mendekati Anin ingin membantu Anin tapi ditolak.
Plaakkk ....
Keano terkejut tapi detik kemudian ia masih bisa tenang. Keano tahu ini adalah kesalahannya sudah merusak masa depan perempuan.
“Maaf ...” ucap Keano tulus
“Kamu merusakku.”
“Maafkan Saya, Nin.”
Anin seperti menanhan tangis— perempuan itu terus mengigit bibir bawahnya. Suasana tenang tapi terasa panas bagi Keano. Keano mendadak menjadi laki-laki b******k yang memilih diam tanpa melakukan apa-apa membiarkan Anin terus menyalahkan diri sendiri.
“Nin .... Semua akan baik-baik saja. Saya janji,”
“Menurutmu aku baik-baik saja tapi tidak, Keano!”
“Aku akan tanggung jawab.”
“Tidak perlu. Jauhi Aku dan anggap kita tidak pernah lakukan ini, aku memiliki kekasih sebentar lagi kami menikah.” Tegas Anin
Seperti ada peluru menusuk d**a Keano, Keano tidak terima Anin dimiliki orang lain harusnya Keano berhak mendapatkan Anin setelah apa yang Keano lakukan.
“Tidak semudah itu kamu perpaling dariku Nin.”
Tangan ingin mengudara bersiap menampar Keano lagi tapi Keano tahan. Keano mendekati tepat disamping Anin.
“Sekalipun kamu menjauh itu akan susah Anin, perut ini ... Saya pastikan akan ada bayi tak berdosa karena perbuatan kita tadi.” Bisik Keano penuh kemenangan sembari
Membuat emosi Anin semakin tinggi, Anin mendorong Keano. Ia ingin beranjak pergi dari rumah ini tapi sayang rasa sakit itu membuat Anin tak berdaya, membuat Anin kembali duduk disisi ranjang. Semakin berjalan dirinya semakin tidak nyaman.
