Bab.1 Ceraikan Suamimu
Disebuah kamar besar, langkah kaki terdengar semakin mendekat, Meera yang masih tertutup matanya, dia begitu ketakutan, dia ingin melarikan diri, tetapi kedua tangannya terikat sangat kencang. Pintu dibuka, aroma parfum yang sangat familiar di hidungnya, Membuat Meera semakin ketakutan. Hingga mengeluarkan keringat dingin yang mengucur di dahinya.
Meera....oh Meera ( suara lelaki memanggil Meera yang begitu terdengar sangat familiar )
Lelaki itu membuka penutup mata Meera, membukakan ikatan tali yang ada di kedua tangan Meera, dan wajahnya mendekat ke paras cantiknya Meera yang masih dan makin terlihat cantik. Meera masih belum berani membuka kedua matanya, namun dia terus selalu mengingat aroma parfum itu, suara lelaki itu, seperti tidak asing, saat suara semua tiba - tiba hening, Meera memberanikan membuka kedua matanya. Benar saja dia lah Alex, lelaki yang pernah menawannya dua tahun yang lalu.
"Kenapa kaget ya melihatku hmm! Meera... rupanya kau masih sangat cantik seperti dulu, tetapi mengapa kau menghianatiku, dengan menikahi lelaki lemah itu, aku sangat menyayangimu, mencintaimu, kau tahu itu Meera. Aku tegaskan, kau hanya milikku. Ceraikan suamimu, menikahlah denganku!"
"Alex... apa yang kau inginkan, aku tidak pernah mencintaimu, cari saja wanita lain yang bisa kau jadikan tawanan cintamu. Dasar lelaki tidak waras kau ini, lepaskan aku Alex!"
"Terserah apa katamu, aku tidak peduli."
"Kau sudah gila Alex, jiwamu sakit."
"Ya aku gila, semua karena aku terlalu mencintaimu, menyayangimu.Dan bodohnya aku, sampai detik ini masih sangat menginginkanmu, tetapi kau itu tidak tahu diri Meera."
"Lepaskan aku, aku akan berteriak, lepaskan aku Alex!" ucap Meera sembari meneteskan air matanya
"Meera, tatap aku, apa kurangnya aku di matamu hah, apa? Aku jauh ribuan kali lebih tampan dari suamimu, aku lebih berkuasa bahkan semua kekayaanku jutaan kali lebih banyak, apa aku pernah melukaimu, justru aku ingin membahagiakanmu, kenapa kau mengingkari semua janjimu dulu, kau lupa kau berjanji padaku, akan selamanya menyayangiku apapun yang terjadi."
"Ya itu dulu saat kau masih menjadi dirimu yang dulu, kau yang sekarang sudah banyak berubah, bukan seperti Alex yang pernah aku kenal, aku tegaskan, aku tidak pernah mencintaimu, aku tidak pernah menginginkanmu berada di sisiku."
"Oh begitu, lalu mengapa saat itu kau begitu menikmati pelukan hangatku ini, kenapa kau tidak menghindariku, kau terhanyut dengan semua kehangatan di antara kita."
"Semua yang terjadi di antara kita, hanya sebuah kesalahan, jujur memang saat itu aku butuh kehangatan, karena hidupku yang terlalu keras, tetapi semua itu hanya hasrat semata, bukan cinta bukanlah sayang."
"Hmm itu alasanmu, lalu mengapa bisa terjadi tiga kali, kemesraan di antara kita, bohong kalau kau tidak pernah mencintaiku, kau yang sudah tidak waras, memilih lelaki lemah itu untuk menjadi suamimu, aku sudah wujudkan apapun keinginanmu, kau ingat itu, kau mau menikah dan tinggal bersamaku, asal aku sudah benar - benar sukses, lalu setelah semua sudah aku dapatkan, kenapa kau pergi begitu saja meninggalkan aku tanpa kabar sama sekali, dan tiba - tiba aku mendengarmu sudah menikah dengan Paul, apa maksudmu?"
"Aku hanya ingin mengambil hatimu, agar kau lengah, dan aku bisa keluar dari penyekapanmu."
"Kau wanita yang aneh Meera, benar - benar membuatku murka."
"Ya sudah apa maumu sekarang, setelah kau tahu semua, kau mau menembakku, atau kau mau melenyapkan semua keluargaku, silahkan, lenyapkan aku sekarang." jawab Meera sembari mengambil senjata api yang ada di saku celananya Alex
"Stop Meera, jangan buat aku murka padamu." ucap Alex yang secara cepat merebut senjata api itu dari tangan Meera
"Kenapa kau merebutnya, kau murka bukan denganku, silahkan lenyapkan aku sekarang, kau tunggu apa lagi Alex."
"Tutup mulutmu, Meera, ini rumahku, aku yang punya aturan di sini, jangan membuatku menjadi lebih kasar padamu." jawab Alex dengan tatapan tajam dengan meremas bahu Meera dengan kencang
"Lepaskan aku... sakit Alex."
"Begitu saja sakit, bagaimana jika satu buah peluru saja menembus kulit indahmu ini, jadi jangan banyak bicara, jika bukan aku yang memintamu." ucap Alex sembari meraba kulit indah Meera dengan senjata api miliknya
Saat Alex baru mulai beranjak pergi, Meera tiba - tiba memeluk erat Alex, dan sangat erat, membuat Alex menghentikan langkahnya. Dan berbalik badan, dan duduk menatap wajah cantik Meera.
"Sandiwara apalagi yang sedang kau perankan Meera, kau pikir aku bisa tertipu untuk kedua kalinya, simpan air mata palsumu itu, besok kau harus menanda tangani surat gugatan cerai, kau harus bercerai dengan Paul, jika kau menolaknya, maka aku pastikan, baik Ayah, Ibumu dan adikmu akan menderita, aku bisa dengan mudah, membuat kedua orang tuamu, tidak bisa bekerja di mana pun, dan adik tersayangmu itu, tidak akan bisa sekolah lagi, jadi jangan pernah melawanku, apalagi menjual kesedihanmu lagi, kali ini aku tidak akan tertipu, tidurlah, sebentar lagi, akan ada hidangan makan malam untukmu, jangan mencoba kabur dari sini, kau tahu, seluruh rumahku bagian temboknya sudah terdapat ranjau berduri, camkan itu baik - baik Meera."
"Aku mau pulang Alex, aku harus mengurus pasien dan suamiku."
"Mulai sekarang akulah pasien misteriusmu, bukan lagi suamimu apalagi pasien di rumah sakit di mana kau bekerja, kau hanya boleh mengurus dan merawatku, bukan orang lain lagi, kau hanya boleh keluar hanya bersamaku."
"Okay... jika memang itu yang kau mau, tetapi aku mohon jangan pernah melukai Ayah, Ibu dan adikku."
"Ya sudah, rehatlah, jangan pernah sekali pun berniat lari lagi dariku, aku sangat menyayangimu, walau aku juga sangat membencimu, Meera."
Kamar itu pun di tutup kembali oleh Alex, dia menuju sebuah kamar pribadinya, memasang sebuah video rekaman kebersamaannya dengan Meera, Alex begitu bahagia, dan merindukan saat - saat Meera menjadi tawanan cintanya dua tahun yang lalu. Saat Alex mengingat semua kekejamannya pada Meera, air matanya menetes, hatinya begitu sakit, karena rasa sayangnya begitu besar, dan Alex memegang sebuah janji yang akan selamanya dia tepati sampai mati.
Hati Alex yang begitu sakit, karena mendengar semua pengakuan Meera, tangannya mengepal dan membanting gelas yang berisi anggur merah itu. Hasrat hati ingin menyiksa Meera, untuk membalaskan sakit hatinya, namun setiap Alex baru meniatkan rencananya, hatinya seperti tertahan, karena rasa sayangnya yang begitu besar, menutupi kebenciannya pada Meera.
'Meera... aku sangat menyayangimu lebih dari apapun di dunia ini, tetapi mengapa kau menghianatiku, mengingkari janji kita dulu, maafkan aku yang harus menawanmu lagi untuk kedua kalinya, karena aku hanya ingin kau menjadi milikku, kau tidak boleh menjadi milik siapapun, hanya aku yang boleh menyentuhmu Meera.' gumam Alex sembari meneteskan air mata dengan wajah yang sangat penuh amarah
Saat sedang merenungi sesuatu, suara pintu kamar Alex terdengar. Ya itu dari salah satu orang kepercayaan Alex, yaitu Dean.
"Maaf selamat malam, Boss Alex, saya Dean."
"Oh kau Dean, ada apa?" tanya Alex
"Maaf menganggu waktu rehatnya Boss."
"Ya tidak apa - apa, ada apa Dean?"
"Ini beberapa data yang Boss Minta, data suaminya Nona Meera."
"Okay bacakan saja, ada info apa saja?"
"Ya suaminya Nona Meera, ternyata sejak awal sudah mengalami kelumpuhan, jadi singkat cerita, setelah saya dapat informasi yang terpercaya, jadi selama hidupnya, Meera dan Paul dari awal sudah pisah kamar, karena permintaan Paul sendiri yang suka akan hidup mandiri."
"Oh baiklah, taruh saja di meja, tolong tinggalkan saya sendiri."
"Baik Boss Alex."