Prolog
Aku adalah Candra Aryarianda. Anak dari ayah yang bernama Arya wigarna dan bunda yang bernama Ira Andiasti. Sejak kecil aku tidak pernah tinggal dengan kedua orang tuaku. Aku besar bersama Paman dan Bibi di Kalimantan. Sedangkan kedua orangtuaku tinggal di Jakarta.
Baru beberapa bulan, aku berada di sini. Aku sudah ketahuan oleh para perempuan ini. Salah satu dari mereka mengetahui rahasia yang selama ini berusaha aku sembunyikan. Aku terus berlari dari kejaran mereka. Jika mereka menangkap diriku, maka mereka pasti akan mencari tahu tentang kebenaran yang mulai mereka curigai. Tetapi nyatanya, kini aku terpojok di sebuah jalan buntu
“Ayo cepat tangkap dia.” Seorang dari mereka menyuruh untuk menangkap aku yang tidak bisa lari kemana pun.
“Mau kita apakan dia?” tanya perempuan yang lain.
“Ayo kita bawa dia di kantor. Aku akan buktikan, kalau yang aku katakan benar.” Perempuan yang berbaju merah itu sangat yakin, jika dia sudah mengetahui semuanya.
Mereka pun langsung mengikat tanganku ke belakang. Meski sebenarnya, aku bisa saja lepas dari kepungan mereka semua. Namun, itu semua tidak aku lakukan. Aku tidak mau mereka langsung beranggapan bahwa yang mereka anggap itu benar. Aku yakin, mereka tidak akan memeriksa diriku secara mendetail.
Aku pun pasrah mengikuti kemana pun mereka membawa diriku. Mereka benar benar memperlakukan diriku seperti seorang penjahat. Selain aku ditarik dengan tali dari arah depan, aku juga didorong dari arah belakang. Mereka terlihat sangat kesal dengan diriku. Dan mereka sangat ingin membongkar identitas ku segera.
“Ki... kita kemana?” tanyaku yang sadar mereka bukan membawaku ke kantor.
Aku sangat hafal jalan menuju kantor. Namun, ini bukanlah jalan menuju tempat itu. Bahkan, ini sangat bertolak belakang dengan jalan yang seharusnya.
“Kamu enggak usah banyak bicara.” Perempuan ini menjawab diriku dengan sangat kasar.
Padahal, dia perempuan. Namun, kelakuan seperti preman. Entah kemana mereka akan membawaku. Pikiranku semakin kacau. Aku langsung merubah pendapatku tadi, yang menganggap mereka tidak akan melakukan yang aneh - aneh terhadap diriku.
Hingga, kami sampai di sebuah ruangan yang berada di paling ujung lorong. Aku tahu ini adalah sebuah gudang. Buat apa mereka membawa aku ke tempat seperti ini. Apa yang mau mereka lakukan terhadap diriku. Pikiranku mulai berpikiran yang tidak tidak. Aku juga mencoba menahan langkah kaki ini untuk tidak memasuki ruangan itu. Meski tenagaku besar, aku tidak kuasa menahan tenaga tiga orang wanita yang mendorongku dari belakang.
Aku pun akhirnya berada di ruangan yang gelap ini bersama para perempuan yang sangat marah. Saat mereka menyalakan lampu, barulah aku bisa melihat wajah kelima orang itu dengan sangat jelas. Mereka juga sudah mengikatku di sebuah kursi kayu. Bahkan, mereka tidak membuka ikatan tangan ini terlebih dahulu. Dan yang lebih parahnya, mereka juga mengikat kakiku di kaki kursi.
“Apa yang mau kalian lakukan?” tanyaku.
“Kami akan membuktikan dengan mata kepala kami, kalau kamu itu adalah laki-laki,” kata perempuan yang curiga terhadap diriku.
Bagaimana ini. Pikiranku mulai kacau. Aku memang laki-laki. Tetapi, aku tidak habis pikir akan dikeroyok oleh lima orang perempuan sekaligus. Kalau tahu akan seperti ini, harusnya aku gunakan saja semua kekuatanku untuk lepas dari genggaman mereka. Aku tidak berpikir, jika mereka akan memeriksa diriku seperti ini.
"Ayo cepatan, buka baju orang ini. Kita bisa lihat, dia itu laki-laki atau perempuan," suruh perempuan yang berdiri tepat di depanku.
Apakah mereka akan menelanjangiku di sini?
Apakah mereka akan sampai melihat barang yang aku jaga untuk istriku kelak?
Sampai mana mereka akan melakukan hal aneh terhadap diriku?
Bagaimana ini?