bc

JAWARA BAYANGAN DARI PEDALAMAN

book_age12+
0
FOLLOW
1K
READ
revenge
fated
tragedy
serious
kicking
city
mythology
like
intro-logo
Blurb

Kerajaan Mandira, dulunya permata yang dipimpin oleh Keluarga Naga, kini jatuh ke dalam tirani berdarah Raja Bhairawa. Jauh di Lembah Peneduh yang tersembunyi, hiduplah Arya, pewaris takhta yang terlupakan, yang dibesarkan oleh Resi Bima dengan satu keahlian: Silat Bayangan.

Saat menginjak usia dewasa, Arya menerima liontin pusaka dan sumpah suci: mencari keadilan atas kematian orang tuanya di tangan Bhairawa. Ia memulai perjalanan berbahaya, harus mengumpulkan pusaka legendaris Keris Naga Langit dan Permata Keseimbangan untuk menjadi Jawara sejati.

Didampingi Kinara, seorang Kartografer Bintang yang cerdas, Arya harus melewati ujian-ujian berat—mulai dari menghadapi Penjaga Ganas, memecahkan teka-teki kuil kuno, hingga menolak ilusi kebahagiaan pribadi demi misinya.

Puncaknya, Arya menyusup ke Ibu Kota yang dilanda Revolusi Rakyat. Ia harus mengalahkan Jendral Bayu dan akhirnya berhadapan dengan Raja Bhairawa dalam Duel Pamungkas yang melibatkan sihir hitam melawan cahaya kebenaran. Setelah meraih kemenangan, Arya membuktikan dirinya sebagai Pewaris Naga yang paling agung dengan memilih Pengorbanan: ia menolak takhta dan cinta Kinara, lalu menghilang ke dalam bayangan, menjadi Penjaga Senyap abadi yang menjamin Keseimbangan Mandira.

chap-preview
Free preview
BAGIAN I: BENIH DARI KABUT ABADI
Kerajaan Mandira. Nama itu dulunya adalah sinonim bagi cahaya, permata yang bersinar terang di antara lima kerajaan Semenanjung Utara. Tanah Mandira subur, ladang-ladang emas membentang hingga cakrawala, rakyatnya makmur dan hidup dalam ketenangan yang tak terganggu. Dan, yang terpenting, ia dipimpin oleh garis keturunan raja-raja dari Keluarga Naga yang memegang teguh Dharma, prinsip kebenaran, keadilan, dan kebajikan. Kerajaan ini dibangun di atas kearifan, bukan k*******n. Namun, masa keemasan itu telah lama sirna. Dua dekade penuh kengerian telah mengubah Mandira menjadi negeri yang terbungkus tirani, berlumuran darah yang tumpah sejak kudeta yang mengguncang fondasi negara. Di singgasana Mandira sekarang duduk Raja Bhairawa. Ia bukanlah keturunan Naga yang dihormati, melainkan sosok yang ambisius, bengis, dan haus akan kekuatan gelap. Bhairawa merebut takhta dalam sebuah kudeta yang brutal dan terencana, mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya. Hanya dalam satu malam yang disebut Malam p*********n Naga, ia memusnahkan hampir seluruh Keluarga Naga, garis keturunan kerajaan yang sah. Ibu kota, yang dulunya gemerlap oleh festival dan tawa, kini terasa dingin, dipenuhi mata-mata, dan dikuasai oleh Pasukan Bayangan—prajurit bertopeng yang tugasnya hanya satu: menegakkan tirani Bhairawa dengan ketakutan mutlak. Tidak ada hukum selain kemauan Bhairawa, tidak ada harapan selain keputusasaan. Jauh di luar tembok-tembok emas ibu kota, yang kini hanya menjadi simbol penderitaan rakyat, terbentang sebuah lembah terpencil, sunyi, dan diselimuti oleh kabut yang tidak pernah sirna—Lembah Peneduh. Kabut itu bukan sekadar fenomena alam; ia adalah selimut pelindung yang menjauhkan lembah dari jangkauan sihir dan mata-mata Bhairawa. Di sanalah, tersembunyi dari mata dunia dan dendam sang tiran, hiduplah seorang pemuda bernama Arya. Arya adalah pewaris darah yang terlupakan, satu-satunya harapan tersisa dari Keluarga Naga. Ia lahir yatim piatu dalam pelarian. Orang tuanya—ayahnya seorang Pangeran muda yang diasingkan karena ancaman Bhairawa, dan ibunya seorang tabib desa dengan kearifan alam dan pengetahuan rahasia tentang pusaka kuno—diburu tanpa henti. Mereka gugur tepat di perbatasan Lembah Peneduh, dibunuh oleh Pasukan Bayangan Raja Bhairawa saat Arya masih bayi. Mereka bertarung hingga tetes darah terakhir, dan air mata terakhir mereka seolah menjadi kabut tebal yang melindungi sisa-sisa harapan yang mereka bawa. Arya dibesarkan oleh Kakek Resi Bima, seorang petapa tua yang dulunya adalah pengawal terbaik ayahnya. Resi Bima tidak pernah mengajarkan Arya tentang takhta, kemewahan istana, atau hak waris, yang baginya hanyalah beban yang akan memancing perang dan membawa kematian. Sebaliknya, ia mengajarkan satu hal yang mutlak untuk kelangsungan hidup: Silat Bayangan. Di bawah bimbingan keras Resi Bima, Arya tumbuh menjadi seorang Jawara Silat yang tak tertandingi di usianya. Ia menjalani latihan yang melampaui batas manusia biasa; pagi hari ia berlatih keseimbangan di puncak bambu yang bergoyang, malam hari ia belajar kecepatan di bawah cahaya bulan sabit. Tubuhnya secepat kilat, mampu bergerak melintasi hutan seperti desiran angin yang tidak meninggalkan jejak. Gerakannya sehalus bayangan; anggun, namun mematikan, ia bisa menyerang enam titik vital sebelum musuhnya menyadari kehadirannya. Lebih dari sekadar jurus fisik, Arya diajarkan menguasai energi Batin—kekuatan alam yang mengalir di dalam diri setiap makhluk dan terhubung dengan Semesta. Dengan energi Batin yang terfokus, ia mampu memperkuat setiap tendangan dan pukulan, menciptakan ilusi kecepatan yang membingungkan lawan, bahkan memungkinkannya menghilang dan muncul kembali sesuka hati, sepenuhnya menyatu dengan kegelapan. Ia adalah Jawara di dalam kabut, seorang yang hidup dalam keseimbangan sempurna antara raga dan roh. Selama bertahun-tahun, Arya hidup dalam kedamaian yang semu, menjaga rahasia darahnya dan berlatih tanpa henti, percaya bahwa ia hanya seorang pelindung Lembah. Namun, kedamaian itu pecah tepat saat Arya menginjak usia dua puluh tahun, usia di mana ia seharusnya mulai merencanakan masa depan sederhana. Suatu malam di gubuk sederhana mereka, yang diterangi oleh nyala api yang lemah, Resi Bima menyerahkan sebuah liontin kecil berbentuk naga yang terbuat dari batu giok hitam. Liontin itu adalah peninggalan terakhir ayahnya. Liontin itu terasa dingin di tangan Arya, namun memancarkan getaran kekuatan yang aneh. "Ini adalah warisanmu, Arya," kata Resi Bima, suaranya bergetar karena usia dan kesedihan yang telah lama dipendam. "Simbol Keluarga Naga. Kau harus pergi. Aku telah melatihmu bukan untuk kedamaian, tetapi untuk sebuah janji yang harus kau tunaikan." "Janji apa, Kek?" tanya Arya, menggenggam liontin itu erat-erat, merasakan urgensi yang mendesak di mata gurunya. "Janji untuk mencari keadilan bagi orang tuamu," jawab Resi Bima, matanya memancarkan gabungan kesedihan dan tekad baja. "Orang yang membunuh mereka, orang yang merebut segalanya darimu, adalah Raja Bhairawa, si Tiran Mandira. Kekuatanmu, Silat Bayanganmu, bukanlah milikmu semata. Itu adalah alat yang harus meruntuhkan kekejaman ini." Resi Bima kemudian menjelaskan bahwa menghadapi Bhairawa yang dilindungi benteng sihir gelap dan ribuan prajurit elit adalah misi bunuh diri jika Arya hanya mengandalkan kelincahannya. "Kau butuh Cahaya Kebenaran untuk menembus kegelapan yang melindunginya," ujar Resi Bima sambil menunjuk sebuah peta kuno yang sudah usang, penuh simbol bintang dan ukiran rumit. Arya harus menemukan Keris Naga Langit, pusaka legendaris yang disembunyikan di Reruntuhan Kuil Seribu Patung, jauh di tengah Hutan Angker yang hanya diketahui dalam mitos. Keris itu akan menjadi pedang keadilan, tetapi kekuatannya harus dibangkitkan oleh pewarisnya sendiri melalui serangkaian ujian dan pengorbanan yang menguji jiwa dan raga. Arya merenung sejenak, menatap peta kuno itu. Tangannya yang kasar memegang giok naga, merasakan warisan berat yang kini membebani bahunya. Ini bukan lagi tentang melatih diri, ini tentang takdir. Ia tidak pernah bermimpi menjadi pahlawan, apalagi raja. Ia hanya ingin hidup damai. Namun, kilatan ingatan tentang cerita samar kematian orang tuanya yang diceritakan samar-samar oleh Resi Bima di masa lalu, kini terasa tajam dan nyata. Rasa keadilan, yang tertanam jauh di bawah didikan Dharma kuno, mendidih di dalam dirinya. Ia harus pergi, bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi untuk memenuhi janji yang dibuat oleh darah Keluarga Naga yang mengalir di nadinya. Ia berjanji akan menggunakan setiap jurus, setiap tetes Batin, untuk mengakhiri tirani ini. Arya mengerti. Takdir yang selama ini ia hindari kini memanggilnya dengan paksa. Ia mengecup dahi Resi Bima, merasakan kehangatan yang terakhir. Ia melangkah keluar dari kabut Lembah Peneduh, bayangannya memanjang di bawah bulan. Ia bukan lagi Arya si anak desa, melainkan Bayangan Keadilan yang akan kembali ke ibu kota. Perjalanannya untuk membalas dendam, mencari keadilan, dan merebut kembali keseimbangan yang dicuri dari Mandira baru saja dimulai. Ia melangkah menuju hutan gelap, siap menghadapi takdirnya, sebuah perjalanan yang akan mengubahnya dari Jawara tersembunyi menjadi legenda abadi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
307.5K
bc

Too Late for Regret

read
271.6K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.6M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.2M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
135.8K
bc

The Lost Pack

read
374.6K
bc

Revenge, served in a black dress

read
144.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook