bc

Suamiku Mantan Kakak Iparku

book_age18+
875
FOLLOW
6.7K
READ
possessive
age gap
dominant
student
sweet
humorous
campus
affair
addiction
lecturer
like
intro-logo
Blurb

Tak pernah Cyra sangka, bahwa Zaffar, dosen yang selama ini ada di sekitarnya, sering mengganggunya dengan hal aneh dan pernah menuduhnya yang tidak-tidak di awal pertemuan, ternyata seseorang yang berhasil mengambil hatinya. Dan yang lebih mencengangkan lagi, Zaffar juga merupakan mantan kakak iparnya. Cyra tak habis pikir, dunia yang ia kira luas ternyata hanya selebar daun kelor. Cyra memang mencintai Zaffar, begitu pun sebaliknya. Namun sang kakak, Ranti, tak pernah mengizinkan Cyra bersama dengan Zaffar apalagi sampai menikah.

“Saya harap kamu tidak melakukannya di kampus, Cyra. Itu saran saya terhadap perilaku menyimpang kamu. Tidak baik jika orang lain melihat. Ingat, bagaimana pun juga kalian sesama perempuan.”

Tangan Cyra terdiam pada ganggang pintu, ia mencerna semua ucapan Zaffar. Wajahnya tiba-tiba saja memerah saat mengerti kemana arah tujuan perkataan tersebut.

Akh, sial! Ia difitnah!

Picture : Pexel / Edit : PicsArt dan Text On Photo / Font : Hillda

chap-preview
Free preview
1. Pertama
Cyra Shaqueena buru-buru berangkat ke kampus, karena pekerjaan paruh waktunya ia jadi lupa jika ada kelas pagi. Cyra bangun pagi kok, hanya saja ia masih bermalas-malasan di tempat tidur. Cyra pikir masih jam enam pagi. Eh, tidak tahunya ia salah lihat jam. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Jadilah seperti ini, berangkat buru-buru tanpa mengisi perutnya yang sedang kelaparan sedari tadi malam. Cyra rasa ia bisa tahan untuk tidak sarapan dulu. Sambil mengendari motor bututnya, Cyra mendumel pada dirinya sendiri pun menyalahkan sepasang mata bulatnya. Syukurnya Cyra tahu jalan tercepat menuju ke kampus tanpa bermacet ria di jalan umum besar meski jalannya tidak mulus asal bisa ke kampus tepat waktu, tidak ada masalah. Sampai di parkiran kampus, Cyra melihat temannya duduk di bawah pohon. Cyra menghampiri temannya itu dengan berjalan mengendap dan dalam sekali lompatan Cyra menepuk pundak temannya, perbuatannya tersebut menyebabkan temannya kaget dan hampir menjatuhkan ponsel. "Cyra, kau gila ya?!" Dengan polosnya, Cyra menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak gila. Kalau aku gila, aku tidak mungkin jadi temanmu." Teman Cyra bernama Nessie memutar bola matanya kemudian berkata, "terserah dirimu sayang. Aku tidak peduli." Cyra tertawa-tawa saja. Ia senang melihat wajah cemberut Nessie. "Kau tidak ke kelas?" tanya Cyra, ia lalu duduk di samping Nessie. "Cyra sayang, kau tahu?" Cyra menggelengkan kepalanya atas pertanyaan tak langsung yang Nessie berikan padanya. "Aku ada di sini, ya karena aku menunggumu. Kau sudah membuatku gelisah tahu." Nessie berdiri tepat di hadapan Cyra seraya berkacak pinggang. "Di mana ponselmu? Kau tak melihat ponsel sama sekali ya?" Cyra menunjukkan ponselnya sambil menggelengkan kepala. "Aku sama sekali tidak melihat ponsel. Aku buru-buru tadi. Kau tahu Nes, sepertinya mataku bermasalah. Pukul setengah delapan malah aku lihatnya pukul enam pagi," curhat Cyra tanpa melihat wajah kesal Nessie padanya. "Sekarang yang terpenting bukan itu Cyra sayang. Kita harus segera masuk kelas!" Nessie menarik tangan Cyra begitu saja, ia sedikit berlari karena matanya sudah menangkap seorang dosen keluar dari ruangan dan akan menuju ke kelasnya. Nessie dan Cyra berlari mendahului sang Dosen tanpa mengucapkan sepatah kata pun walau sekedar sapaan. Mereka hanya fokus berlari menuju ruang kelas mereka. "Hah, beruntung kita selamat," ucap Nessie dengan sedikit ngos-ngosan. Usai tenang, ia segera mencari tempat duduk. Di belakangnya Cyra juga bertingkah sama seperti Nessie. Cyra memilih duduk di samping Nessie, keduanya bersebelahan. "Kau harusnya memberitahuku pelan-pelan. Kenapa harus berlari coba?" "Perbuatanku adalah cara terbaik. Tidak usah protes Cyra sayang. Yang penting kita aman. Kau harusnya berterima kasih padaku. Daripada tidak diizinkan masuk kelas." "Terima kasih, Nessie sayang," balas Cyra, nada bicaranya terkesan dibuat-buat. "Dosen Sastra sesungguhnya di kelas kita akan muncul kali ini." Cyra mengerutkan dahi. "Sesungguhnya?" Baru selesai bertanya, belum ada sedetik, tangan Nessie sudah mendarat sempurna di atas punggung tangan Cyra. "Kau tidak tahu? Selama ini yang mengajar kita itu hanya Dosen pengganti." "Iyakah?" Cyra tertawa bodoh, ia mengelus punggung tangannya yang agak sakit akibat pukulan Nessie padanya tadi. "Jangan-jangan waktu Dosen Sastra kita mengenalkan diri, kau tidak mendengarkan ya?" tanya Nessie, wajahnya sangat mencurigai tingkah laku Cyra. "Emm, mungkin," balas Cyra seakan tidak berdosa. Nessie memutuskan tidak ambil pusing, teman lamanya ini sungguh tidak bisa diduga sama sekali. "Kau bisa lihat sendiri lah nanti. Awas jangan sampai tergoda." "Maksudmu?" "Dia duda. Bukankah duda sangat menggoda." Cyra melotot. "Astaga, Nessie! Kaca matamu tidak mencerminkan otakmu sama sekali." Nessie tertawa, perempuan berkaca mata itu suka sekali melihat ekspresi Cyra. Sangat lucu, Nessie seakan memiliki adik yang masih polos. Bahkan berulang kali digoda tentang cowok tampan, tidak mempan. Walau begitu, Nessie bersyukur bisa berteman dengan Cyra. Cyra yang waktu itu menyapanya terlebih dulu, mau berteman dengannya, tidak melihat penampilannya dan status fangirlnya. Yap, Nessie si penyuka oppa-oppa Korea. Cyra bahkan tidak risih ketika ia membicarakan idolanya. Perbedaan sangat jauh terlihat dengan semasa sekolah menengah pertamanya dulu. "Cyra, bagaimana pun aku hanyalah manusia biasa. Mudah tergoda," balas Nessie, ia mengedipkan matanya. "Kau membuatku merinding, Nessie." Percakapan itu pun diakhiri dengan tawa Nessie. Tak lama, Dosen yang dibicarakan Nessie masuk ke dalam kelas. Dosen itu dengan tenang menuju mejanya sebelum memperkenalkan diri. Nessie benar, Dosen sastra mereka telah berganti menjadi Zaffar Saghdam. Sebelumnya siapa ya? Astaga, lupa. Cyra tak habis pikir, entah gizi makanan apa yang ia serap hingga membuat otaknya berhenti berpikir menjadi pintar. Parahnya, ia lupa Dosen yang waktu itu mengajar dirinya selama dua pertemuan, astaga! Maafkan saya, Pak atau Bu. Saya tidak bermaksud durhaka kok. Saya berharap tidak bertemu lagi dengan anda. Jujur, saya malu. Baik Cyra dan Nessie, keduanya sama saja. Anak yang rajin dan sama-sama tidak ingin terlihat. Keduanya mendengarkan penjelasan dosen di depan sana dengan baik. Teramat baik pula, sampai Cyra dapat melihat bintang-bintang di wajah Nessie. Astaga, anak itu. "Tampan sih, badannya bagus juga, lebih kayak aktor daripada Dosen." Cyra memandang beberapa siswa di depannya. "Kelas ini mendadak jadi taman. Banyak bunganya," gumam Cyra. Memaklumi tingkah perempuan-perempuan di kelasnya. "Hei, Cyra. Ternyata Dosen kita tampan," ujar Nessie tiba-tiba. "Lumayan," singkat Cyra. Ia membereskan bukunya di atas meja. Memasukkannya kembali ke dalam tas untuk segera pulang ke rumah. Hari ini memang ia hanya memiliki satu kelas saja untuk dimasuki. "Aku tidak mengerti, tampan menurut Cyra standartnya bagaimana. Oppa-oppaku bahkan kau bilang lumayan juga." "Tidak perlu kau pikirkan, Nessie." "Tentu saja aku perlu memikirkannya!" seru Nessie. Ia tiba-tiba saja sudah berdiri di depan meja Cyra. "Hah, buat apa?" "Cyra, kau itu teman pertamaku seumur hidup. Setidaknya orang pertama yang bicara denganku tanpa meremehkan. Aku takut ..." Sejenak Nessie menghentikan ucapannya. Ia jadi ragu mengungkapkan pikirannya. "Takut apa?" tanya balik Cyra. Nessie melihat sekitar, dirasa aman sepi tidak ada orang. Nessie menundukkan sedikit tubuhnya dan berbisik di telinga Cyra. "Aku takut kau melenceng Cyra. Kau masih suka laki-laki, 'kan?" Cyra sontak melotot, ia lalu berteriak, "tentu saja!" Setelah melihat senyum tidak berdosa di wajah Nessie. Nessie mengangkat kedua tangannya meminta Cyra untuk sabar. "Sabar Cyra, cantik. Aku hanya bercanda." "Bercandamu kelewatan, Nessie." "Jangan marah dong, Sayang." Nessie menangkup kedua belah pipi Cyra lalu menguyel-uyelnya seenak hati. Ia tidak mempedulikan pemberontakan Cyra sama sekali. "Lepaskan, Nessie!" "Tidak mau, aku mau menciummu. Sini cium dulu." Nessie kembali memajukan tubuhnya, ia bergerak seakan hendak mencium Cyra. "Tidak, lepaskan aku!" "Astaga, Nessie!" Bunyi meja di pukul menghentikan aksi Nessie menggoda Cyra. Dua perempuan itu mengarahkan mereka ke sumber suara. Di sana, berdiri seraya bersendekap, Dosen mereka yang baru selesai mengajar tadi. "Cyra, aku pulang dulu. Aku lupa Ibuku memintaku belanja selesai kuliah. Sampai jumpa!" "Permisi, Pak!" Nessie yang sadar kondisi serta berfirasat buruk, memilih untuk segera kabur. Ia juga tak lupa pamit kepada Dosennya yang entah sejak kapan kembali masuk ke dalam kelas. "Nessie, tunggu!" Sepeninggal Nessie, Cyra buru-buru memasukkan bukunya yang tersisa ke dalam tas. Ia memiliki firasat tak enak, jantungnya pun berdegup cepat seakan memintanya untuk segera keluar dari kelas. Mana Dosennya tidak pergi lagi. "Cyra Shaqueena, saya tunggu di ruangan saya!" "Mampus!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook