bc

Gelora Berbahaya Tuan Mafia

book_age18+
119
FOLLOW
1.3K
READ
one-night stand
HE
escape while being pregnant
arrogant
stepfather
mafia
blue collar
bxg
serious
like
intro-logo
Blurb

Hidup sebatang kara tanpa peninggalan harta orang tua, membuat Aluna harus bekerja keras dan rela melakukan pekerjaan apapun demi mendapatkan uang untuk membiayai hidup dan kuliahnya. Hingga suatu hari, dia yang bekerja sebagai pelayan bar, dijebak oleh temannya sendiri dan dikejar-kejar oleh penjahat yang ingin menodainya, malah terjebak gelora berbahaya seorang pria yang ditemuinya tanpa sengaja. Aluna meminta tolong pria itu, hingga terjadilah cinta satu malam di antara mereka.

Lima tahun kemudian, Aluna yang ternyata hamil dan diam-diam melahirkan anaknya di luar kota, kembali memunculkan dirinya di ibu kota karena rekomendasi pekerjaan dari temannya. Aluna berhasil melamar menjadi cleaning service di salah satu perusahaan terbesar, tanpa sengaja dia mengetahui jika CEO sekaligus pemilik perusahaan tersebut adalah ayah dari anaknya, seorang pria bernama Ares yang ditemuinya malam itu dan memiliki identitas tak biasa. Bagaimanakah kisah Aluna dan Ares selanjutnya? Yuk baca kisahnya, semoga suka.

chap-preview
Free preview
Bab 01. Hal Yang Sangat Mengerikan
Aluna Aurellia, mahasiswi psikologi tingkat akhir yang hidup sebatang kara, rela mengorbankan malamnya bekerja sebagai pelayan di sebuah bar demi membayar kuliahnya dan mencari sesuap nasi. Malam itu, teman Aluna, Mika, memintanya menggantikan tugas mengantar minuman ke sebuah ruangan dengan alasan yang terdengar sepele, karena Mika sudah tak tahan untuk ke toilet. Aluna, yang saat itu sedang kosong orderan, mengiyakan tanpa rasa curiga sedikit pun. Namun, begitu pintu ruangan itu terbuka, dingin yang menusuk tubuh Aluna datang bertubi-tubi. Seorang pria paruh baya menatapnya penuh maksud dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan senyum menggoda, membuat bulu kuduknya berdiri tegak. Jantung Aluna berdegup liar, tapi ia menahan gelombang jijik yang hendak menyeruak demi menjaga profesionalisme dalam bekerja. "Silakan diminum, Tuan," ucap Aluna dengan suara seolah setenang dan seramah mungkin. Ia meletakkan gelas itu di atas meja dan ingin segera melangkah pergi. Tapi tiba-tiba, suara berat pria itu menghentikan langkah Aluna, menembus keheningan ruangan seperti jebakan tak terelakkan. "Ambilkan minuman untuk saya" perintahnya sambil menyerahkan gelas kosong ke arah Aluna, tatapan matanya yang mengerikan membuat udara seolah membeku. Aluna berdiri terpaku, hatinya bergolak antara rasa takut dan kebencian yang membuncah. Malam itu bukan sekadar pekerjaan. Ia sadar, sebuah badai mengintai di balik senyum penuh tipu daya itu. Aluna merasakan ada sesuatu yang salah sejak awal, tapi entah mengapa dia tetap mengambil gelas itu dan menuangkan minuman beralkohol dengan tangan yang bergetar. Tiba-tiba, tangan kasar pria itu mencengkeram pergelangan tangannya, menariknya ke dalam jarak yang membuat napas mereka hampir bertemu. "Kamu cantik sekali. Saya sudah bayar mahal pada temanmu untuk kebersamaan kita malam ini," ucap pria itu dengan nada menjijikkan, seperti klaim kepemilikan yang licik dan penuh keangkuhan. Jantung Aluna berdebar keras, matanya melebar penuh ketakutan. "Lepaskan saya! Saya tidak mengerti apa maksud Anda!" serunya, suaranya gemetar tapi tetap berusaha tegas menolak. "Malam ini, kamu adalah milik saya, manis. Kamu harus melayani saya." Pria tua itu menggeram, tanpa sisa sopan santun, seolah dunia ini hanya miliknya. Panik membakar darah Aluna. Dengan kekuatan terakhir, dia menggigit lengan pria itu, menusuk dengan sekuat tenaga hingga pria itu mengerang kesakitan dan melepaskannya. Aluna tak menunggu lama, dia berlari secepat mungkin menuju pintu keluar. Namun, mimpi buruk itu belum usai. Suara kasar pria itu memanggil dua anak buahnya membuyarkan harapan Aluna untuk melarikan diri dengan mudah. Langkah kaki mereka menggema di belakangnya, semakin dekat. Dengan napas terengah, Aluna terus berlari, mencoba menghindar dari cengkeraman nasib yang hendak menjeratnya lebih dalam di balik lampu redup bar itu. * Tanpa sadar, Aluna berlari terseret oleh gelombang ketakutan, melintasi jalanan sepi yang seolah memerangkapnya dalam kesendirian tanpa ujung. Napasnya tercekat, hatinya berdegup tak menentu, tapi ia tak tahu ke mana harus berlari, keamanan terasa seperti fatamorgana yang terus menjauh. Tiba-tiba, di ujung pandangannya, muncul bayang-bayang sebuah bangunan tua yang kelam dan terlantar. Tanpa ragu, ia menerobos masuk, mencari perlindungan di balik gudang yang ada setitik penerangan. Dengan jantung nyaris melonjak keluar dari d**a, ia merunduk di balik tumpukan barang berdebu, berharap orang-orang itu tak akan menemukannya. Namun, matanya segera menangkap pemandangan yang lebih mengerikan daripada bayang-bayang tadi. Di sana, dalam remang-remang yang mencekam, segelintir sosok mengerikan tengah menyiksa seseorang dengan kebiadaban yang tak berperikemanusiaan. Suara jeritan penuh derita memecah keheningan, menusuk relung hatinya hingga gemetar. Wajah korban tersembunyi dalam bayang-bayang, tapi kesakitan yang terpancar dari suara itu terasa menusuk hingga tulang. Aluna terpaku antara ngeri dan takut; dunia di sekelilingnya mendadak membeku dan pikirannya membingung. Haruskah dia melarikan diri, membiarkan orang yang tersiksa itu? Atau haruskah ia melangkah maju, walau tak tahu apakah keberaniannya cukup untuk menyelamatkan? Setiap pilihan menyimpan maut yang mengintai, membuat jiwanya bergulat antara harapan dan keputusasaan. Aluna tahu, keberadaannya di sana saja sudah sangat berbahaya jika diketahui oleh gerombolan orang kejam itu, apalagi kalau sampai dia nekat untuk membantu karena tidak tahu apa masalahnya. Mungkin saja nyawanya yang akan melayang. Menarik napas dalam-dalam, Aluna berusaha menenangkan hatinya yang bergemuruh tak karuan. "Aku harus bisa keluar dari sini. Pelan-pelan," pikirnya dalam hati, mencoba menenangkan diri, meyakinkan bahwa pengejarnya tadi sudah pergi entah kemana. Tubuhnya mulai menggeliat, mencoba bangkit dari tempat persembunyian. Namun, nasib rupanya tidak berpihak padanya. Tanpa sengaja, Aluna menyenggol sesuatu yang menghempaskan barang itu ke lantai. Bunyi keras itu langsung memecah keheningan, mengundang tatapan penuh kecurigaan dari para pria yang sebelumnya tampak larut dalam keseriusan mereka. "Siapa di sana?!" bentak salah satu dari mereka. Seorang pria bertato di leher yang merupakan bos dari mereka dan sejak tadi hanya diam menyaksikan atas penyiksaan di depan matanya, kini dengan matanya yang dingin dan tajam segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mencari arah sumber suara. Dalam sekejap, langkah mereka mendekat dengan aura mengancam yang tak terbendung. Aluna terperangkap, tubuhnya tak mampu bergerak, jantungnya seolah berhenti berdetak. "Siapa kamu? Berani sekali kamu masuk ke tempat ini!" Suara pria berbadan besar menghantam telinga Aluna seperti palu godam. Dengan suara yang gemetar, hampir tak terdengar oleh dirinya sendiri, Aluna menjawab, "Maaf .... Saya benar-benar tidak sengaja masuk ke sini. Saya hanya ingin bersembunyi dari para penjahat. Tolong biarkan saya pergi." Setiap kata itu keluar dari bibirnya seperti bisikan putus asa, namun dunia di sekitarnya terasa runtuh dalam gelap yang mengerikan. Pria itu mencengkeram tangan Aluna dengan kekuatan yang menggetarkan tulang, menariknya paksa tanpa peduli permohonannya yang putus asa. "Lepaskan saya ... tolong lepaskan!" Suara Aluna tercekat dalam dadanya, tapi pria itu tetap membisu, diamnya bagaikan badai yang menakutkan. Di bawah remang lampu yang redup, Aluna melihat sosok pria bertato, tampan, namun sorot matanya membekukan nyawa. Hatinya bergetar, seolah terjerat dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Malam ini, ia terjebak oleh pengkhianatan dari teman sendiri. Kini, nasib membawanya pada situasi yang lebih mencekam dari bayangannya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Aluna dalam hati, rasa takut dan kebingungan mengaduk-aduk pikirannya. "Tuan, wanita ini sudah mengintip, dia tahu semuanya," bisik salah satu anak buah pada tuannya, dengan suara penuh ancaman. Namun pria misterius itu tetap membisu, hanya memberikan isyarat dingin untuk membawa sosok lemah yang tergeletak di sudut sana, seseorang yang telah mereka siksa hingga hilang kesadaran, entah pingsan atau mati. Sementara Aluna meringkuk di sana, terjebak dalam malam yang penuh bayang gelap dan rahasia kelam yang siap menghancurkan segalanya. Hingga kini, dia hanya tinggal berdua saja dengan pria misterius itu, tak tahu bagaimana nasibnya. "Siapa kamu?" Pria itu menuntut jawaban dengan tatapan dingin yang menusuk, suaranya datar penuh ancaman. Aluna menggigil, kata-katanya tercekat dalam d**a. "Saya … saya benar-benar minta maaf, Tuan. Saya tidak sengaja masuk ke gudang ini dan melihat semuanya. Tapi saya janji, saya tidak akan pernah membuka rahasia ini kepada siapa pun. Saya akan menganggap bahwa saya tidak melihat apa-apa," ujarnya, suaranya nyaris tak terdengar, tanpa berani menyebutkan namanya. Pria itu menanggapinya dengan dengusan kasar, seolah meremehkan sumpahnya. "Kamu pikir, bisa semudah itu keluar dari sini setelah mengetahui rahasiaku?" Suaranya bergetar penuh ancaman yang tak tertahankan. Aluna menunduk, hatinya berdegup kencang, napasnya tersengal. "Lalu, apa yang harus saya lakukan? Tolong … bebaskan saya dari sini," pintanya dengan putus asa, suaranya bergetar hingga menyayat jiwa. Tiba-tiba, dunia berputar liar di hadapan Aluna. Pandangannya kabur meskipun jarak pria itu begitu dekat, namun seperti kabut yang tak bisa diraih. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dadanya, perasaan yang tak mampu ia jelaskan, membakar tanpa kata. Lalu, tanpa diduga, bibir Aluna terucap dengan tergesa, "Tolong … tolong bantu saya. Rasanya panas sekali …." Dan saat kata-kata itu meluncur, Aluna mendadak menarik tengkuk pria di hadapannya, lalu mencium serta melumat bibir pria itu dengan penuh hasrat yang membakar jiwa, membuat sang pria merasa sangat terkejut. Bersambung …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.0K
bc

Setelah Tujuh Belas Tahun Dibuang CEO

read
1.2K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
52.2K
bc

TERNODA

read
198.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook