bc

NIKAH DENGAN DUDA TIGA KALI, MALAM PERTAMA BIKIN KAGET

book_age16+
4.8K
FOLLOW
23.3K
READ
HE
opposites attract
dare to love and hate
bxg
kicking
campus
professor
like
intro-logo
Blurb

PERMINTAAN GILA SUAMIKU buat aku kaget banget bagai disengat listrik. Bagaimana bisa dia ....

***

"Setelah sarapan kita langsung ke rumah sakit, ya? Aku sudah buat janji temu dengan temanku."

Sebaiknya aku memberitahu ideku padanya. Aku yakin pasti dia sebelumnya gak memikirkan hal ini.

Suamiku meraih potongan ayam bakar lalu meletakkannya ke piringku, lalu ia mengambil untuk dirinya sendiri.

"Makan, Sayang."

Aku mengangguk. Om Angga mencubit daging ayam, meletakkannya ke nasi, diberi sambal lalu menyuapkannya ke mulut.

"Om, aku gak mau angkat rahim. Gimana kalau Om aja vasektomi? Kan intinya sama, aku gak mungkin hamil kalau Om vasektomi," kataku dengan tatapan ke arahnya.

UHUK-UHUK!

Bahunya bergetar-getar karena tersedak. Wajahnya memerah mungkin karena pedasnya sambal. Aku mengulurkan gelas berisi air putih padanya. Dia meraihnya lalu menyeruputnya.

"Kalau aku angkat rahim pasti belum pulih juga saat kita bulan madu. Jadi, Om  yang vasektomi saja, ya? Kan kata Om, dua anak cukup."

Uhuk-uhuk!

Dia kembali tersedak. Aku memperhatikannya dengan heran. Kenapa dia sampai kaget begitu kan sama saja intinya. Iyakan? Aneh dia sampai tersedak-sedak begitu.

chap-preview
Free preview
Malam Pertama yang Bikin Kaget
"Besok, kita ke dokter untuk angkat rahim kamu ya, Sayang?" "Buat apa angkat rahim, Om?" Aku memandang lelaki yang baru 'mewisudaku' sebagai istrinya dengan heran. "Agar kamu tidak hamil, Sayang." Diusapnya kepalaku penuh sayang. Ia tersenyum melihat darah di sprei, malam ini adalah malam pertama kami. "Memang kenapa kalau aku hamil, Om? Kan kita udah nikah, jadi gak masalah kalau seandainya aku hamil, kaaan? Aku ingin kita punya anak." Ia menggeleng. "Tentu saja bermasalah. Aku tidak ingin punya anak lagi, dua anak saja cukup. Jadi, besok kita ke rumah sakit untuk angkat rahim. Aku punya teman dokter, dia pasti mau bantu angkat rahimmu." "Kalau rahimku diangkat, aku gak akan bisa punya anak, Om." Mataku tiba-tiba memanas dan aku ingin menangis rasanya, namun kutahan. "Iya, tidak papa tidak punya anak lagi, kan kita sudah punya Ian dan Deri. Anakku, maka menjadi anakmu juga. Kamu fokus saja mengurus Ian dan Deri, tidak usah memikirkan punya anak yang akan membuat kita repot. Memiliki dua anak saja sudah sangat merepotkan. Sekarang tidurlah, sudah malam, besok kita harus ke rumah sakit untuk angkat rahim." Ia mengecup keningku lalu memejamkan mata. Aku menggigit bibir kuat menahan diri agar tak menangis. Rasa bahagia yang tadi memenuhi dadaku setelah mempersembahkan mahkota yang selama ini kujaga dengan baik lenyap tanpa sisa. Aku ingin punya anak yang lahir dari rahimku sendiri, gak masalah jika harus menunggu dua atau tiga tahun lagi. Tapi kalau rahimku diangkat .... Aku terisak-isak tanpa suara saat teringat Mama yang tak henti menangis sepanjang ijab kabulku tadi, membuat sebagian para saksi menatap mama dengan iba. Papa sesekali mengusap punggung mama untuk menenangkan mama karena anak satu-satunya ini terus ngotot menikah dengan duda. Kalau tetep gak diijinin nikah, aku mau kabur, ancamku tempo hari pada mama. Untungnya walau terpaksa dan dengan berat hati, mama dan papa merestui aku nikah dengan Om Angga, lelaki berparas rupawan yang saat ini terlelap pulas di sampingku. Sekilas tentang Om Angga. Ia berumur 36 tahun sementara aku 19 tahun baru lulus SMA. Om Angga memiliki dua anak, kelas empat SD satunya umur 4 tahun. Selain itu, Om Angga duda tiga kali, kawin cerai kalau kata mama, itulah kenapa papa mama menentang hubungan kami. Ia adalah duda 3 kali dengan dua anak. Istri pertama Om Angga meninggal karena kecelakaan meninggalkan dua anak lelaki yaitu Deri dan Ian. Pernikahan kedua Om Angga hanya bertahan 3 bulan, sedang pernikahan ketiga hanya bertahan satu Minggu. "Dan nanti nikah denganmu hanya bertahan satu malam!" Omel mama padaku dua hari lalu. Aku menjawab ucapan mama dengan tegas dan lantang, "Enggak bakalan, Ma! Aku akan jadi istri Om Angga sampai maut memisahkan!" Balasku tak mau kalah. "Preeeeet!" Mama mencibir. Dia begitu keberatan aku menikah dengan Om Angga. Tapi keputusanku sudah bulat, aku ingin jadi istri Om Angga. Sebelum melangsungkan ijab kabul, Om Angga bertanya padaku. "Apa kamu sungguh-sungguh ingin jadi istriku?" tanyanya. "Tentu saja, Om, aku mencintai Om." Dia mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, jadilah istri yang baik juga ibu yang baik untuk Deri dan Ian." "Tentu saja, aku akan jadi istri dan ibu yang baik." Itu yang kukatakan padanya tadi. "Urus dan fokus pada anak-anakku, anggaplah seperti anakmu sendiri." Ia menggenggam tanganku dengan tatapan memohon, aku kembali mengangguk tanpa keraguan. Dan sekarang, kami resmi jadi suami istri. Harusnya aku senang, tapi sebaliknya aku justru sangat sangat sedih. Aku tak ingin angkat rahim tapi suamiku menginginkannya karena ingin aku hanya fokus mengurus kedua anaknya. Ya Allah aku benar-benar bingung. Kalau mengabulkan keinginannya, berarti aku tidak akan punya anak seumur hidup. Apa yang harus kulakukan. Aku terus terisak-isak, sakit sekali rasanya hatiku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook