bc

Cartrev

book_age12+
71
FOLLOW
1K
READ
family
goodgirl
student
drama
bxg
highschool
first love
friendship
slice of life
lonely
like
intro-logo
Blurb

Cartrev

(n.) a place for belonging or feelings

Dery percaya, jika sudah takdirnya, dua buah hati akan berlabuh di tempat yang sama.

Dery menyukai Dira, namun dia tidak pernah menyangka, Dira adalah anak dari suami baru Mami, setelah bercerai dengan Papi.

Dery percaya, jika ia dan Dira pun bisa bersama. Salahkah?

chap-preview
Free preview
Bagian Satu
Lacuna (n.) a blank space, a missing part. Ada suasana di sore hari yang kelam, yang tak pernah tidak gagal membiarkan Dery tidur dengan tenang. Sore di mana Mami akhirnya memutuskan untuk pergi, setelah kedapatan Papi mengunjungi seseorang yang berarti di masa lalunya beberapa kali. Dery tidak tahu siapa yang maminya temui, tetapi yang jelas, hal itu memberikan luka mendalam bagi Papi. Keributan jelas terjadi, tetapi satu yang pasti, Papi berusaha meredam emosi sekuat yang ia bisa, Dery tahu, Papi tidak akan pernah bisa menyakiti Mami, suasana dalam hati dan pikiran Dery yang benar-benar merasa dikhianati tak kalah gaduhnya. Abangnya ternyata sudah tahu sejak lama, Papi pun tampak ikhlas, rela ditinggalkan Mami begitu saja. Tetapi Dery sudah tidak tahan lagi, paling tidak, ia ingin mengutarakan satu  kalimat saja supaya bisa merasa sedikit lega. “Mam! Are you crazy?! What the f*****g hell are you doing?” “Giandra Henderyan, language.” Papi menegur dengan tegas, membuat siapa pun yang mendengarnya diam membeku. Papi benar, mungkin bahasa yang Dery gunakan ketika bicara pada Mami memang terlalu kasar. Tangan anak lelaki yang masih belia itu mengepal dengan erat, raut wajah penuh kekesalan juga sarat akan kekecewaan tercetak dengan jelasnya. Dery benar-benar tidak habis pikir. Apakah Papi sudah gila? Melepas Mami dan Abang begitu saja, membiarkan mereka meninggalkan mereka berdua? Mami berjalan lebih dulu menyeret kopernya ke luar, Abang juga akan pergi, ikut membuntuti Mami setelah memberi sebuah pelukan pada sang adik laki-laki yang sedari tadi berdiri di dekat pintu. Iya, Dery bahkan belum mengganti seragam putih abu-abunya. Apa Mami sengaja pergi di jam segini, supaya tidak perlu berpamitan dengan dirinya? Sebab biasanya, Dery baru akan pulang pukul lima. “We will be together, forever.” Andra bicara sambil mengusap punggung Dery, berusaha menangkan. “Bullshit.” Dery membalas dingin. Abang menghela napasnya, ia tahu jelas, adiknya memang agak sedikit keras kepala. Andra kemudian beralih pada Papi, orang yang bagi Andra tak kalah berarti. “Papi,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca, “Andra mau berterima kasih sama Papi, sebab Papi udah jadi sosok ayah terbaik yang pernah Andra punya. Andra sayang sama Papi.” Remaja itu memeluk Papi, sesorang yang begitu berjasa bagi hidupnya. “Jeffandra, selamanya, kamu akan selalu menjadi anak saya.” Perkataan papi barusan berhasil membuat tangis Andra pecah. Andra bukan anak laki-laki yang sering menangis, berbeda dengan Dery yang bisa dibilang cengeng. Anak itu sering menangis, apalagi jika keinginannya tidak dituruti. Orang-orang memaklumi, wajar, katanya, sebab Dery merupakan anak terkecil dalam keluarga mereka. Namun kini, Andra yang kuat menangis di pelukan Papi, begitu tenggelam dalam emosi. Bahunya terguncang, sesungguhnya, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga tidak ingin berpisah dengan papinya. Sebab bagaimanapun juga, Papi adalah sosok yang selalu ada untuk menjaganya sedari  Andra kecil, pahlawan ketika Andra baru mulai belajar menaiki sepeda, ketika Andra mencari hobi untuk bisa menentukan cita-cita, juga hal-hal lainnya. Bagi Andra, Papi adalah salah satu orang paling berjasa dalam hidupnya. Pelukan itu terlepas, Papi menatap anaknya sekali lagi. “Jaga baik-baik Mami kamu. Saya percaya, kamu akan tetap melakukannya tanpa perlu saya minta.” Sesuatu menggores hati Andra. Bahkan, Papi tak lagi menyebut dirinya sebagai ‘Papi” seperti yang biasa beliau lakukan pada anak-anaknya. Andra mau, selamanya dia ingin jadi anak Papi Tyo saja. Tapi tadi papinya bilang, selamanya Andra akan tetap menjadi anaknya, kan? Seruan Mami dari luar rumah membuat Andra bergegas ikut keluar. Sekali lagi, dia menatap Dery yang masih berdiri mematung. “Gue bakal sering kabarin lo. Pastiin lo enggak blokir nomer gue.” Setelah berkata seperti itu, Andra tidak menegok lagi. Anak itu berjalan terus hingga tak menyaksikan Dery yang diam-diam mengelap ingus. “Pi,” Dery menatap Papi dengan penuh tanya, anak itu hanya mencoba meminta penjelasan. Setidaknya, jika Papi atau Mami mau memberikan alasan, Dery mungkin bisa sedikit mengerti. Tetapi nyatanya, orang dewasa memanglah manusia paling egois di dunia. Papi menhela napasnya dengan berat, menatap ke arah anak bungsunya tepat di manik mata, yang kala itu masih lebih pendek dari dirinya. Papi meletakkan kedua telapak tangannya di bahu Dery. “Cukup, Dery, cobalah sekali, kamu dengarkan Papi,” katanya terlampau lelah. “Just let them go, and we will be fine. I promise you.” Apa katanya? Kita bakal baik-baik saja? Di mana letak jalan pikiran Papi sebenarnya? “Gimana, Pi. Gimana caranya kita baik-baik aja kalau enggak ada mereka?” “Kamu. Sebab Papi masih punya kamu. Everything will be fine as long as we are together.” Papi menjeda ucapannya sebentar. Suaranya tercekat di tenggorokan. Bukan hanya Dery, Tyo juga merasa patah untuk kesekian kali. Papi mengambil napas sebelum kembali bicara dengan anak bungsunya, “Dengar, Nak, Papi punya alasan sendiri, dan Papi rasa, kamu tidak perlu tahu. Atau, nanti, akan ada waktunya sendiri untuk kamu mengetahui apa yang terjadi. Sekarang begini, Mami dan abangmu sudah memutuskan untuk pergi, apa kamu juga mau mengikuti jejak mereka dan meninggalkan Papi sendirian di sini?” pertanyaan yang dilontarkan Papi kontan membuat lidah Dery kelu. Oke. Harusnya, Dery lebih memikirkan Papi ketimbang Mami. Maminya akan baik-baik saja dengan abangnya, lagipula mereka akan punya keluarga yang baru, beliau akan cepat lupa sebab dapat dipastikan akan larut dalam bahagia. Dery tanpa sadar terkekeh, menertawakan betapa menyedihkannya nasib mereka. Tetapi, tak apa, ia masih punya Papi. Ia juga akan cari cara supaya tidak lama-lama tenggelam dalam duka. “Woy! Ke mana aja lo?” Dery yang ditanya hanya memasang wajah datar andalannya. Suasana hatinya benar-benar buruk beberapa hari belangan. Tentu saja, Dery punya alasan. Dery belum terbiasa ditinggal Mami. Meski dulu Mami sering ikut Papi kerja ke luar kota, Dery tidak pernah merasa sebegini sepi sebab ya, dia punya Andra yang jadi temannya. Namun kini, mereka sudah tidak ada lagi di sisinya. Jika Papi pergi ke luar kota, otomatis, yang ada di rumah hanya Dery saja, meski sesekali, tantenya datang berkunjung. Namun tentu saja, semua terasa berbeda. Dery akan selamanya merasa hampa. “Gue males aja keluar.” Dery menjawab pertanyaan temannya. Cowok itu turun dari sepeda gunungnya, kemudian bergabung dengan yang lainnya. “Der, kayaknya gue udah lama enggak ngeliat Bang Andra. Ke mana dia?” tanya salah satu anak yang sedang menyantap es krim. Dery dibuat terdiam. Jujur, dia tidak mengantisipasi teman-teman mainnya akan bertanya sebegininya. Memutar otak, akhirnya Dery memutuskan untuk berbohong, “Ikut Mami, ke rumah baru.” anak-anak itu mengangguk mengerti. “Om Tyo beli rumah lagi?” “Iya.” Dery terpaksa berbohong lagi. Jika Mami tahu Dery berbohong, dia pasti akan dimarahi. Memi bilang, kebohongan itu tidak akan pernah ada habisnya. Sekali kebohongan itu muncul, maka dia akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan lainnya untuk menyembunyikan fakta yang ada. Maafkan Dery, Tuhan. Dery hanya tidak mau jadi bahan ledekan teman-teman seperti apa yang dialami oleh Juna setelah bercerita jika kedua orang tuanya berpisah. Dery tidak suka jadi bahan ejekan teman-temannya. Beruntunglah, teman-temannya tidak bertanya lagi. Para anak lelaki itu kini sudah siap dengan sepedanya masing-masing, “Yang sampe lapangan belakangan harus traktir cilok mang Ujang!” seru salah satu diantara mereka yang seolah mengomando semuanya untuk mulai mengayuh sepeda mereka kuat-kuat. Dery senang, dengan bermain balap sepeda, ia bisa sedikit lupa akan lukanya. Mungkin nanti, jika Dery sudah dibelikan motor sendiri seperti Andra, ia ingin jadi pebalap motor saja. Soalnya, motor tidak membuat kakinya pegal sebab ia tak perlu mengayuhnya seperti sepeda.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook